Kata Sistematika Penyajian Deiksis bahasa Jawa Ngoko dalam Majalah Djaka Lodang edisi Mei 1992.

32 referen yang dituju oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu, untuk mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti harus digunakan. Metode padan khusus referensial adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa dan metode padan pragmatis yang alat penentunya adalah mitra wicara. Daya pilah itu dipandang sebagai alat, sedangkan penggunan alat yang bersangkutan dapat dipandang sebagai tekniknya. Contoh data deiksis waktu sebagai berikut: 16 Satwa mau asale tuku apa hadhiah. Djaka Lodang, 9 Mei 1992: 6. „Asal satwa itu didapat dari membeli atau hadiah‟. 17 Pak Tono saiki dilantik dadi lurah neng desane. „Pak Tono sekarang dilantik menjadi lurah di desanya‟. 18 Aku mengko lunggo neng Wonosari. „Aku nanti pergi ke Wonosari‟. Kata mau „tadi‟, saiki „sekarang‟ dan mengko „nanti‟ merupakan kata-kata yang memiliki jangkauan waktu yang berbeda-beda, berdasarkan satuan waktu kata mau termasuk dalam jenis waktu lampau dengan jangkauan dekat tidak pasti, kata saiki termasuk dalam jenis waktu kini dengan jangkauan peristiwa sedang berlangsung dan kata mengko „nanti‟ termasuk dalam jenis waktu akan datang dengan jangkauan dekat ke depan tidak pasti. 33 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu mengatur dan mengurutkan data yang sudah terkumpul. Setelah data terumpul dilakukan analisis terhadap tiap-tiap data, dan dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Data diklasifikasikan dana diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria, yaitu data dianalisis berdasarkan pada kriteria bentuk deiksis waktu dan tempat berupa data dalam bentuk kata dan frase. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu mengatur dan mengurutkan data yang sudah terkumpul. Setelah data terkumpul dilakukan analisis terhadap tiap-tiap data, dan dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Data diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini.  Data dianalisis berdasarkan pada kriteria bentuk deiksis waktu dan tempat berupa data dalam bentuk kata dan frase.

1.7.3 Metode Pemaparan Hasil Analisis Data

Metode pemaparan hasil analisis data yang digunakan adalah metode pemaparan hasil analisis data informaldan formal. Pemaparan hasil analisis data informal adalah pemaparan analisis data dengan menggunakan kata-kata Sudaryanto, 1993: 145. Dalam pemaparan ini, penulis memaparkan rumus dan kaidah penggunaan deiksis bahasa Jawa ngoko dalam majalah Djaka Lodang edisi Mei 1992 dengan menggunakan kata-kata. Pemaparan data formal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemaparan data dengan menggunakan tabel. 34

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam tiga bab, yaitu Bab I, Bab II, dan Bab III. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sisitematika penyajian, Bab II Pembahasan yang berisi jenis- jenis deiksis dan fungsi- fungsi deiksis, dan Bab III Penutup yang berisi simpulan. 35 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Deiksis

Dalam bab ini dikemukakan tiga jenis deiksis dalam bahasa Jawa ngoko, yaitu i deiksis persona, ii deiksis ruang, dan iii deiksis waktu.

2.1.1 Deiksis Persona

Deiksis persona adalah salah satu jenis deiksis yang berupa kata ganti persona yang memiliki referen berpindah-pindah sesuai dengan konteks percakapan. Contohnya, aku „saya‟, kowe „kamu‟, awake dhewe „kita‟, dheweke „dia‟. Berikut ini dikemukakan contohnya. 19 Lan cetha menawa njalari pengerahan massa sing kebangetan lan nuwuhake swasana sing kurang nyenengake, anane mung dadi poyok-poyokan, ngala-ala OPP liya, ngalem awake dhewe. Djaka Lodang, 9 Mei 1992: 3. „Dan jelas apabila dilakukan pengerahan massa yang terlalu banyak dan menumbuhkan suasana yang tidak enak, yang akhirnya terjadi saling ejek, menjelek- jelekkan OPP lain, dan memuji diri sendiri‟. 20 “Ing pagelaran drama mau, aku dadi sutradara serta pemain Gadis Ratna”, tambahe kanthi mesem lan nerangake yen bapak lan ibune nyengkutung banget marang karir teatere. Djaka Lodang, 9 Mei 1992: 12. 36 “Dalam pergelaran drama itu, saya jadi sutradara merangkap pemain gadis Ratna”, tambahnya sambil tersenyum dan menjelaskan bahwa kedua orangtuanya sangat mendukung karirnya be rteater”. 21 Mula saka iku, dalem kabupaten iki dakborongake marang kowe. Djaka Lodang, 16 Mei 1992: 2. „Pada waktu itu pas jam dua belas tengah malam‟. 22 Mbaka siji pesenan pentas teka marang dheweke, kayata pesenan saka Kanwil Depdikbud Kaltim, perusahaan kayu PT. Sumalindo nalika ulang taun ing taun 1987, PGRI Kaltim pentas ing stadion Gelora Segiri Samarinda nalika ngadani Ulang Tun PGRI lan liya-liyane. Djaka Lodang, 9 Mei 1992: 12. „Satu per satu pesanan untuk pentas datang, seperti pesanan dari Kanwil Depdikbud Kaltim, perusahaan kayu PT. Sumalindo ketika berulang tahun di 1987, PGRI Kaltim pentas di stadion Gelora Segiri Samarinda ketika mengadakan perayaan ulang tahun PGRI dan lain- lain‟. 23 Pungkasan iku dheweke mondhok ing kampong Ledok Prawirodirjan RT 60, cerak kali Code. Djaka Lodang, 9 Mei 1992: 10. „Setelah itu dia tinggal dikampung Ledok Prawirodirjan RT 60, dekat sungai Code‟. 24 Kowe saiki tambah lemu. „Kamu sekarang tambah gemuk‟. 37 25 “Sari, piye yen sesambungane awake dhewe diterusake ora mung nganggo layang,” kandhe Suryo alon karo nyawang Sari. Djaka Lodang, 16 Mei 1992: 7. “Sari, bagaimana bila hubungan kita diteruskan tidak hanya melalui surat saja”. Kata Suryo lirih sambil menatap Sari‟‟. Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya aku „saya‟, kowe „kamu‟, awake dhewe „kita‟, dan dheweke „dia‟. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka. Tabel 1: Jenis dan Contoh Kata dan Kalimat Deiksis Persona Jenis Deiksis Contoh Kata Contoh Kalimat Deiksis Persona aku „saya‟ “Ing pagelaran drama mau, aku dadi sutradara serta pemain Gadis Ratna”, tambahe kanthi mesem lan nerangake yen bapak lan ibune nyengkutung banget marang karir teatere. Djaka Lodang, 9 Mei 1992: 12.