E. Validasi Metode
Validasi metode analisis merupakan suatu proses pembuktian bahwa suatu metode analisis mampu menghasilkan data yang dapat diterima dan
terpercaya, sehingga dapat digunakan untuk tujuan analisis tertentu. Konsep dari proses validasi didasarkan pada dua aspek yaitu masalah dan persyaratan data
yang diperoleh serta metode yang akan digunakan dan karakteristik performanya Christian, 2004. Langkah awal dari proses validasi metode adalah menentukan
tujuan dan kriteria minimum dari parameter validasi metode yang akan diuji. Pada penelitian ini validasi metode yang dilakukan tergolong validasi metode kategori
II, yaitu validasi metode yang diperuntukkan untuk menentukan campuran dalam substansi bahan baku atau komponen sisa pada produk akhir farmasetika. Pada
penelitian ini, timbal Pb merupakan campuran yang terdapat dalam daun murbei yang digunakan sebagai pangan cacing. Parameter validasi yang diuji pada
penelitian ini meliputi akurasi, presisi, linearitas dan rentang. Sensitivitas yang ditunjukkan dengan batas kuantifikasi dan batas deteksi juga dihitung sebagai
parameter validasi.
Gambar 5. Kategori validasi menurut USP Huber, 2007
1. Akurasi
Kemampuan suatu metode untuk memberikan hasil pengukuran yang sama atau mendekati ukuran yang sesungguhnya disebut dengan akurasi. Akurasi
dinyatakan dalam persen perolehan kembali recovery. Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk menentukan persen perolehan kembali, yaitu dengan
metode simulasi spiked-placebo recovery dan dengan metode penambahan baku standard addition method. Metode penambahan baku dilakukan dengan
manambahkan sejumlah tertentu analit ke dalam sampel. Selisih kedua hasil kemudian dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya Harmita, 2004. Metode
ini biasanya dilakukan apabila matriks sampel tidak diketahui atau tidak dapat dibuat plasebonya, sehingga diperlukan penyesuaian antara matriks standarbaku
dengan matriks sampel Harvey, 2000. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah daun murbei, matriks dari daun murbei ini tidak dapat diketahui
kandungan maupun komposisi senyawa-senyawa didalamnya serta tidak dapat dibuat juga daun murbei placebo yang tidak mengandung timbal. Oleh sebab itu
perlu dilakukan metode panambahan baku untuk melihat apakah didalam matriks sampel, metode dapat memberikan respon yang sama baiknya dengan analit pada
matriks baku. Metode penambahan baku dilakukan dengan cara menambahkan 0, 2, 4,
6, 8, dan 10 µgmL baku PbNO
3 2
ke dalam sampel dan dilakukan replikasi tiga kali. Hasil perolehan kembali recovery yang diperoleh dari hasil penelitian pada
masing-masing replikasi adalah sebagai berikut:
Tabel IV. Hasil persen perolehan kembali recovery baku PbNO
3 2
Konsentrasi µgmL
Recovery Replikasi 1
Replikasi 2 Replikasi 3
- -
- 2
82,750 82,750
82,500 4
99,875 99,875
102,750 6
87,500 95,417
92,083 8
83,312 91,187
86,750 10
82,400 91,850
83,000
Pada Tabel IV dapat dilihat hasil persen perolehan kembali recovery baku PbNO
3 2
pada masing-masing replikasi. Berdasarkan Gonzalez dan Herrador 2004 untuk konsentrasi analit sebenarnya yang berada pada range 100 ppb-1
ppm, rentang persen recovery yang dipersyaratkan adalah 80-110.
Gambar 6. Pesyaratan recovery Gonzalez dan Herrador, 2007
Berdasarkan hasil penelitian, persen recovery penambahan baku adisi terendah yang diperoleh adalah 82,400 sedangkan persen recovery penambahan baku adisi
tertinggi adalah 102,750. Persen recovery tersebut memenuhi kriteria yang dipersyaratkan sehingga terbukti bahwa metode analisis yang digunakan memiliki
akurasi yang baik.
2. Presisi
Presisi dari suatu metode menunjukkan apakah metode analisis dapat memberikan hasil yang sama atau mirip apabila dilakukan pengulangan. Presisi
dilihat melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata saat prosedur diterapkan secara berulang Harmita, 2004. Presisi ditentukan melalui persen relative
standar deviation RSD. Suatu metode analisis untuk sampel dengan
konsentrasi sebenarnya yang terletak pada rentang 100 ppb–1 ppm dikatakan memenuhi kriteria presisi apabila memiliki RSD 16 menurut Horwitz dan
11 menurut AOAC Gonzalez dan Herrador, 2007.
Tabel V. Kriteria presisi Gonzalez dan Herrador, 2007
Hasil yang diperoleh dari penelitian ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel VI. Hasil presisi baku PbNO
3 2
Konsentrasi µgmL
Kadar µgmL Rata-rata kadar
µgmL SD
RSD Rep. I Rep. II Rep. III
1,072 1,072
1,049 1,064
0,0133 1,2476
2 1,403
1,403 1,379
1,395 0,0139
0,9933 4
1,871 1,871
1,871 1,871
0,0000 0,0000
6 2,122
2,217 2,154
2,164 0,0172
0,8065 8
2,405 2,531
2,437 2,458
0,0655 2,6648
10 2,720
2,909 2,725
2,785 0,1077
3,8678
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa RSD baku PbNO
3 2
untuk masing-masing konsentrasi memenuhi persyaratan presisi sehingga terbukti
bahwa metode analisis yang digunakan memiliki presisi yang baik untuk menetukan kadar timbal Pb dalam daun murbei sebagai pangan cacing L.
rubellus .
3. Linearitas
Linearitas merupakan kemampuan prosedur analisis untuk memperoleh hasil percobaan yang berbanding lurus dengan konsentrasi analit didalam sampel
Huber, 2007. Hubungan yang linier ini dilihat dari nilai koefisien korelasi r yang menyatakan korelasi antara jumlah analitkonsentrasi dengan absorbansi
yang dihasilkan. Suatu metode dikatakan memiliki linearitas yang baik jika memiliki nilai r 0,9985 atau R
2
0,997 Chan et al., 2004. Pada penelitian ini nilai koefisien korelasi r yang diperoleh adalah 0.9990. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan yang ditentukan yaitu lebih dari 0,9985. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
linearitas yang baik bila digunakan untuk penetapan kadar timbal Pb dalam daun murbei sebagai pangan cacing.