Konsep Negara IdealUtama KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM NEGARA UTAMA AL-

Tujuan di sini seperti yang al- Fārābī inginkan bahwa setiap warga negara harus memunyai ide rāʼ yang mesti diperjuangkan terus-menerus dan menuju kepada satu titik terakhir dari suatu negara, yang menjadi harapan dan tujuan bersama. Bagi al- Fārābī tujuan akhir itu adalah kebahagiaan. Dalam buku Negara Utama Madīnah Fāḍilah karya Ahmad Zainal Abidin yang meneliti buku rāʼ Ahl al-Madīnah al-Fāḍilah bahwa persetujuan masyarakat untuk mendirikan negara didasarkan kepada keikhlasan mereka untuk meniadakan hak-hak individual mereka demi kebahagiaan bersama. Perjanjian untuk saling meniadakan hak-hak individu adalah dasar dari segala penaklukan diri secara damai kepada negara. Jika ada penduduk yang mencoba menekan penduduk yang lain, seluruh penduduk akan bersatu dan saling membantu untuk memertahankan kemerdekaannya. ” 5 Saling meniadakan hak-hak pribadi, tidak diartikan bahwa seluruh hak-hak kemanusiaan harus dikorbankan dan dilenyapkan, sehingga manusia hidup dan diperintah bagai hewan. Meniadakan hak-hak itu untuk suatu maksud dan cita-cita yang lebih luhur, ialah menciptakan ideologi negara. Al- Fārābī memisahkan antara satu negara dari negara lainnya berdasarkan ideologi yang dianut oleh negara itu. Ia tidak mengikuti cara-cara Yunani yang membagi negara menurut kepala negara seperti monarki, aristokrasi, dan demokrasi. Dan tidak pula ia sepakat dengan pembagian negara secara modern yang berdasarkan kepada kedaulatan rakyat, kedaulatan kekuasaan, dan kedaulatan hukum. Al- Fārābī menempuh jalannya sendiri, yaitu pembagian 5 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 53. berdasarkan ideologi, di mana al- Fārābī menuliskan konsep Negara IdealUtama beserta negara-negara yang berlawanan terhadap konsep Negara IdealUtama. 6 Pertama, Madīnah al-Fāḍilah Negara IdealUtama menurut al-Fārābī adalah negara yang didirikan oleh warga negara yang memunyai tujuan yang tegas yaitu kebahagiaan. Dalam rāʼ Ahl al-Madīnah al-Fāḍilah dinyatakan bahwa terwujudnya Kota IdealUtama dalam Negara IdealUtama adalah suatu kota yang para warganya memiliki pengertian-pengertian sebagai berikut: Para warganya memiliki pengertian-pengertian tentang sebab pertama dan segala sifat-sifatnya, segala bentuk yang menjadi halangan terjalinnya hubungan dengan akal aktif, benda-benda langit dan segala sifatnya, benda-benda fisik dan di bawahnya, bagaimana benda itu muncul dan kemudian hancur. Mereka juga memiliki kesadaran akan munculnya segala yang ada ini berjalan dengan serasi dan adil lagi penuh hikmah. Tuhan yang menciptakan segalanya tidak mungkin memiliki kekurangan dan tidak mungkin pula Dia berbuat zalim. Mereka juga memiliki kesadaran akan tujuan keberadaan manusia, bagaimana munculnya daya-daya jiwa, bagaimana jiwa itu diterangi oleh sinar yang beremanasi dari akal aktif sehingga dia mengenal wujud pertama, bagaimana manusia memiliki kehendak dan pilihan. Kemudian munculnya 6 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 102. pemimpin utama dan diperolehnya wahyu. Kemudian pemimpin- pemimpin yang menjadi wakil-wakil pemimpin utama kalau pemimpin utama berhalangan dan kesempurnaan-kesempurnaan lain yang seharusnya dimiliki oleh warga dalam Negara IdealUtama. Kemudian munculnya Kota IdealUtama yaitu suatu kota yang para warganya memeroleh kebahagiaan yang diidam-idamkan. 7 Hal ini juga ditegaskan dalam Negara Utama Madīnah al-Fāḍilah karangan M. Zainal Abidin berdasarkan buku al- Siyāsah al-Madaniyyah karya al- Fārābī bahwa kebahagiaan adalah kebaikan yang tertinggi dan yang diidam- idamkan. Tidak satu pun yang lebih tinggi daripadanya, yang mungkin dicapai oleh manusia. Ia tidak dapat diwujudkan kecuali dengan ilmu pengetahuan dan dengan usaha. Dan manusia tidak bisa memahami kebahagiaan secara baik, kecuali sesudah mengenal arti keutamaan.” 8 Dikutip dari buku yang sama berdasarkan buku al- Fārābī Taḥṣīl al- Sa ādah, ada empat macam keutamaan manusia yang dapat menjamin bagi segala bangsa di dunia dan segala penduduk dari suatu negara, akan kebahagiaan sejati dan sempurna. Unsur-unsur keutamaan itu adalah: 1. Keutamaan pikiran dan ilmu pengetahuan, yaitu keunggulan cara berpikir dan menyelidiki ilmu pengetahuan yang melebihi bangsa lain. 2. Keutamaan tanggapan di dalam menetapkan barang yang paling berguna, yaitu keunggulan di dalam mengatur dan merencanakan barang yang paling berguna. 3. Keutamaan moral di dalam berpikir dan berbuat, yaitu keunggulan di dalam budi pekerti dan akhlak yang tetap memelihara kemanusiaan dan kesopanan. 4. Keutamaan cara bekerja dan berusaha, yaitu keunggulan dalam teknik pekerjaan di dalam segala lapangan perusahaan, baik perusahaan teknik dan perindustrian, atau perusahaan lainnya. 9 7 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 146. 8 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 72. 9 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 112. Jalan satu-satunya untuk mencapai 4 empat macam keutamaan itu ialah setiap orang bekerja untuk bakatnya di bawah pemimpin yang memunyai bakat yang lebih besar dan sungguh-sungguh kuat. 10 Kebahagiaan hanya bisa dicapai dengan ilmu pengetahuan dan usaha yang mati-matian, yaitu kebahagiaan yang dikatakan al- Fārābī sebagai “sa ādah mādiyyah wa ma nawiyyah”. Kebahagiaan jasmani dan rohani, material dan spritual, untuk hidup dunia dan akhirat. Untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna, tidaklah dapat dilakukan dengan berpikir dan bertindak sendiri-sendiri. Negara harus menghimpun segenap tenaga yang ada, dengan membuat rencana yang lengkap untuk melakukan pembangunan. Al- Fārābī mengemukakan tiang-tiang utama bagi pembangunan: 1. Kerja sama manusia secara kolektif 2. Kesucian pribadi masing-masing dalam pikiran dan perbuatan 3. Semangat kemasyarakatan berupa koperatif, harmoni, dan simpati 11 Dengan tiga tiang utama yang disebutkan di atas, maka sistem pembangunan tidak bersifat individualis. Al- Fārābī tetap tidak mengingkari adanya hak perseorangan, tetapi menganjurkan supaya bekerja sama, gotong royong, dan saling simpati antara satu sama lain. Al- Fārābī mengatakan bahwa di samping adanya hak milik bersama di mana masing-masing orang dan tiap-tiap kelas memunyai hak yang sama, 12 diizinkan pula memunyai hak pribadi sebagai hasil dari kepandaian dan kerja keras. 13 10 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 113. 11 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 113. 12 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 88. 13 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 93. Kedua, Madīnah al-Jāhilah Negara Jahiliyah ialah negara yang tidak memunyai ideologi yang tinggi, artinya tidak memunyai tujuan yang ideal sama sekali atau menganut ideologi yang salah, yang bertentangan dengan kebahagiaan. Kota ini dihuni oleh warga yang tidak mengetahui tentang arti kebahagiaan yang seharusnya menjadi tujuan utama manusia dan hal ini memang tidak pernah terlintas di dalam benak mereka. Bahkan, jika diarahkan secara benar untuk sampai kepada hal tersebut kebahagiaan, mereka tetap tidak dapat memahaminya, bahkan tidak memercainya. Hal-hal baik yang mereka kenali hanyalah hal-hal yang secara superfisial, tetapi mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang paling baik dan itu pulalah yang mereka jadikan tujuan hidup. Di antara hal-hal baik dan esensial yang menjadi perhatian dan tujuan mereka hanayalah seperti kesehatan badan, kemakmuran, kenikmatan kesenangan jasmani badani, kebebasan melampiaskan hawa-nafsu, dan merasa dihormati. Menurut para warga kota kebodohan, hal-hal ini merupakan unsur-unsur yang menjadi kelengkapan dari kebahagiaan. Kebahagiaan terbesar dan paling sempurna bagi mereka adalah apabila orang dapat memeroleh semuanya itu secara total. Sebaliknya, menurut mereka, keadaan-keadaan seperti badan yang tidak sehat, kemiskinan, tidak adanya hiburan, ketiadaan kebebasan melampiaskan hawa- nafsu, dan tidak memeroleh penghormatan merupakan sebuah penderitaan. 14 Untuk itu mereka berusaha menghindari hal-hal tersebut. Menurut al- Fārābī, jiwa penduduk kotanegara kebodohan adalah tidak sempurna karena keinginan mereka terhadap hal-hal yang bersifat materi terlalu 14 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 128. besar dan tidak mau berpikir tentang hakekat materi itu yang kemudian berujung pengenalan kepada Pencipta Pertama. Mereka bagaikan binatang yang tanpa memunyai perasaan akan adanya kehidupan akhirat. Semua yang ada ini, bagi mereka, pada akhirnya akan hilang musnah juga. 15 Al- Fārābī membagi KotaNegara Kebodohan menjadi enam macam yaitu; 1. Al-Madīnah al-Ḍarūriyyah KotaNegara Kebutuhan Dasar. 2. Al-Madīnah al-Baddālah KotaNegara Jahat 3. Al-Madīnah al-Khissah wa al-Siqūṭ KotaNegara Rendah dan Hina 4. Al-Madīnah al-Karāmah KotaNegara Kehormatan, Aristokratik 5. Al-Madīnah al-Taghallub KotaNegara Imperialis 6. Al-Madīnah al-Jamā iyyah KotaNegara Komunis Al- Madīnah al-Ḍarūriyyah KotaNegara Kebutuhan Dasar adalah suatu kotanegara yang di dalamnya para warga hanya memrioritaskan persoalan- persoalan dasar bagi kelangsungan hidup dan kesehatan badan mereka, seperti makan, minum, berpakaian, bertempat tiggal, dan menikah. Mereka selalu berusaha sungguh-sungguh dan saling bahu membahu dalam memerolehnya. 16 Al- Madīnah al-Baddālah KotaNegara Jahat, yaitu suatu kotanegara yang warganya menjadikan kekayaan dan kemakmuran secara berlebih-lebihan sebagai tujuan hidup, 17 dan mereka tidak mau membelanjakan harta benda kecuali untuk kebutuhan-kebutuhan dasar jasmani. Apa yang mereka peroleh bisa berasal dari pekerjaan dari berbagai jenis profesi maupun dari sumber daya alam yang ada di negeri itu. Yang paling utama di antara mereka adalah yang paling dapat memeroleh kekayaan itu dengan mudah. Sedangkan yang menjadi 15 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 139. 16 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 132. 17 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 132. pimpinan bagi mereka adalah orang yang paling banyak perolehannya dan selalu dapat memertahankan perolehan kekayaan itu. 18 Al- Madīnah al-Khissah wa al-Siqūṭ Kota Hina dan Rendah yaitu suatu kotanegara yang tujuan hidup para warganya hanya memburu kesenangan, dan kenikmatan belaka. Kesenangan dan kenikmatan itu bisa berwujud makanan, rninuman, dan menikah hubungan seks. Kenikmatan indrawi dan khayali itu mereka lakukan tidak lain hanyalah bertujuan untuk bersenda gurau dan main- main belaka. 19 Al- Madīnah al-Karāmah KotaNegara Kehormatan Aristokratik, yaitu suatu kota negara yang tujuan para warganya adalah untuk meraih kehormatan, pujian dari bangsa-bangsa lain, merasa dimuliakan, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan perlakuan, memiliki kebanggaan dan kemegahan, baik di mata orang lain maupun di antara mereka warga itu sendiri. 20 Madīnah al-Taghallub Kota Imperialis, yaitu kotanegara yang tujuan pokok warganya hanyalah untuk mengalahkan menundukkan orang lain, mencegah orang kelompok lain mengalahkan dan menundukkan dirinya, dan kerja keras mereka hanyalah didasari pada rasa mengalahkan orang lain. 21 Al- Madīnah al-Jamā iyyah KotaNegara sosialis yaitu suatu kota yang tujuan inti para warganya adalah memeroleh kebebasan yang tanpa batas untuk 18 Al- Fārābī, Al-Siyāsah al-Madaniyyah, h. 97. 19 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 132. 20 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 132. 21 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 132. melampiaskan hawa nafsu. Dalam kota itu tak seorang pun berhak melarang apa yang menjadi keinginan dan apa yang dilakukan oleh warga kota 22 . Ketiga, Madīnah al-Fāsiqah KotaNegara Fasiq ialah negara yang pandangan-pandangan para warganya adalah pandangan Kota IdealUtama. Mereka mengetahui konsep kebahagiaan, dengan meyakini akan adanya mengenal Allah, benda-benda langit, dan akal aktif, dan semua cara yang lazim dilakukan oleh warga negara utama untuk mencapainya tetapi apa yang mereka lakukan sangat bertolak belakang dengan pandangan mereka. Perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan adalah perbuatan yang lazim dilakukan oleh warga negara kota kebodohan. 23 Mereka melakukan itu semua dengan alasan yang bermacam- macam; ada kalanya demi memerolehmemertahankan jabatan, demi penghormatan atau demi kemenangan dan gengsi sehingga mereka melakukan hal-hal demikian di luar apa yang mereka yakini kebenarannya. 24 Jadi, persamaan warga kota ini dan warga Kota IdealUtama hanyalah dalam hal pendapat yang mereka yakini saja, tidak pada praktiknya. 25 Penduduk KotaNegara F āsiqah ini memiliki jiwa yang sakit karena sebenarnya mereka menderita oleh perbuatan- perbuatan mereka yang hina. Jiwa ini, sebagaimana dinyatakan al- Fārābī, akan tersiksa dan tetap menderita selama-lamanya atau dalam bahasa lain, mereka akan selalu ada dalam kesengsaraan. 26 Pandangan-pandangan mereka tentang bagaimana seharusnya bernegara dan apa yang seharusnya menjadi tujuan inti dalam bernegara itu sudah benar, namun karena adanya faktor-faktor dari luar 22 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 133. 23 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 133. 24 Al- Fārābī, Al-Siyāsah al-Madaniyyah, h. 103. 25 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 133. 26 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 133. yang memengaruhinya, mereka berbalik arah sehingga melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pandangannya. Keempat, Madīnah al-Mubaddilah Negarakota yang bertukar kebutuhan ialah negara yang pandangan-pandangan dan perbuatan-perbuatan penduduknya pada mulanya sama dengan pandangan dan perbuatan-perbuatan masyarakat negara utama kemudian beralih dari pandangan-pandangan itu karena kemasukan pandangan lain sehingga menyeleweng dari pandangan semula. 27 Penyelewengan- penyelewengan itu menyebabkan negara menyimpang jauh dari garis-garis yang ada dalam negara utama sehingga apa yang mereka lakukan semakin menjauh dari tercapainya kebahagiaan. 28 Kelima, Madīnah al-Ḍāllah KotaNegara Sesat ialah negara yang para warganya memrediksi adanya kebahagiaan sejati setelah mati di akhirat tetapi mereka berubah pikiran. Penduduk kota ini memercayai adanya Tuhan, malaikat-malaikat dan akal aktif dengan keyakinan yang rusak tidak benar dan mengekspresikan dalam bentuk patung-patung dan khayalan-khayalan. Pemimpin utama mereka adalah orang yang dipercaya yang kemudian kepercayaan itu disalahgunakan dan dia menciptakan opini tersendiri yang kemudian berujung kepada kepalsuan, penipuan, dan pengelabuan. 29 Dari uraian di atas mengenai konsep Negara IdealUtama beserta negara yang berlawanan dengan Negara IdealUtama, kita mulai mendapati pemahaman tentang pembagian-pembagian negara. Pembagian negara itu berdasarkan ideologi 27 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 133. 28 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 104. 29 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 133.. warga dan pemimpinnya, karena memang unsur utama dalam negara adalah warga dan pemimpinnya. Lalu pada sub bab selanjutnya, penulis akan memfokuskan pembahasan pemimpin. Di sana akan dibahas mengenai kepemimpinan ideal yang ada di dalam Negara IdealUtama yaitu berupa pembahasan mengenai apa tugas dan fungsi pemimpin yang ideal, seperti apa cara pengangkatan pemimpin yang ideal, dan bagaimana kriteria pemimpin ideal.

B. Tugas dan Fungsi Pemimpin

Sudah banyak dibahas dalam ilmu kepemimpinan modern mengenai pengertian tugas dan fungsi pemimpin yaitu melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi. Namun hal ini berbeda dari pengertian tugas dan fungsi seorang pemimpin menurut al- Fārābī. Al-Fārābī memahami tugas dan fungsi pemimpin sebagai simbol yang bersifat falsafi. Hal ini dikarenakan bagi al- Fārābī pemimpin yang sesungguhnya adalah pemimpin yang tujuan utama dari segala apa yang dilakukannya dapat memberi manfaat kepada diri dan para warga dalam meraih kebahagiaan. Ini merupakan tugas pemimpin. Untuk itu pemimpin negara utama haruslah orang yang paling sejahtera di antara yang lain karena dia akan menjadi sebab kesejahteraan warga kota. 30 30 Al- Fārābī, Fu ṣ ūl Muntaza ah Beirut: Dār al-Masyriq, 1993, h. 47. Kemudian juga al- Fārābī memahami pemimpin sebagai orang yang diikuti atau diterima. Dalam arti diterima dengan alasan bahwa dia adalah orang yang memiliki kesempurnaan tujuan. Apabila perbuatan-perbuatan, keutamaan- keutamaan, dan kreatifitas pemimpin tidak seperti yang dikehendaki oleh masyarakat, maka kepemimpinannya tidak bisa diterima. Dengan kata lain pemimpin adalah orang yang paling utama, paling kreatif, dan memiliki tujuan yang paling utama. Semua itu tidak mungkin terjadi apabila dia tidak memiliki ilmu-ilmu teoritis dan keutamaan berpikir sebagaimana yang dimiliki oleh seorang failasuf. 31 Karena itu bagi al- Fārābī, agar semua komunitas manusia ini memeroleh kebahagiaan sejati, pemimpin utama dalam melaksanakan tugasnya di Negara Utama bisa memergunakan dua metode, yaitu pengajaran dan pembentukan karakter. Metode pengajaran dilakukan dengan memerkenalkan kebajikan teoritis, dengan harapan orang dapat memahami teori-teori dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan teoritis normatif tersebut. Sedangkan pembentukan karakter adalah metode memerkenalkan kebajikan moral dan seni praktis dengan membiasakan bangsa dan penduduk untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersumber dari keadaan lingkungan sekitar yaitu dengan cara membangkitkan pada diri mereka tekad untuk melakukan tindakan-tindakan utama baik secara persuasif maupun paksaan. 32 Di sini ada dua unsur utama yang sebenarnya memungkinkan untuk berpartisipasi dalam membangun umat yaitu, kelompok pertama adalah orang 31 Al- Fārābī, Ta ḥṣ īl al-Sa ādah Hyderabad: Majlīs Dāʼirah al-Ma ārif al- Utsmāniyyah, 1349 H., h. 43. 32 Al- Fārābī, Ta ḥṣ īl al-Sa ādah, h. 29. berilmu teoritis yang dengan suka hati dan kemauannya sendiri menransfer ilmu pengetahuan teoritisnya kepada orang lain, dan kelompok kedua adalah kelompok orang yang menransfer ilmu pengetahuan teoritisnya dengan terpaksa. Laksana sebuah rumah tangga, pemimpin adalah pengajar dan pembentuk karakter semua anggota-anggota keluarga itu. Dia harus mengajari dan membentuk karakter semua anggota keluarga, mulai dari yang masih anak-anak sampai yang beranjak dewasa. Sebagian dari mereka ada yang memerlukan didikan secara lemah lembut dan penuh pengertian, sementara yang lain ada yang harus keras dan paksaan. Demikian halnya dengan umat, ada yang cukup dengan perlakuan lemah lembut, tapi ada juga yang mesti keras dan paksa untuk mengarahkan mereka menjadi warga yang baik. Tujuan dari semua itu adalah kebahagiaan tertinggi. 33 Bagi al- Fārābī, pemimpin negara harus memiliki ilmu-ilmu teoritis dan dapat merealisasikan dalam kepemimpinannya sehingga kepercayaan masyarakat terhadap dirinya semakin kuat. Dia tidak hanya pandai tebar pesona tetapi mewujudkan gagasan-gagasannya secara nyata. Karakter demikian ini biasanya dimiliki orang-orang yang memahami falsafat secara baik, dia adalah failasuf sejati, bukan failasuf palsu atau failasuf pendusta yaitu para failasuf yang memelajari ilmu pengetahuan teoritis dan kebenaran dan kebijaksanaan tetapi tidak memraktikkannya. 34 Kemudian juga semakin amat terlihat jelas, bahwa al- Fārābī benar-benar memahami pemimpin sebagai simbol yaitu tentang teorinya mengenai organisme, 33 Al- Fārābī, Ta ḥṣ īl al-Sa ādah, h. 31-32. 34 Al- Fārābī, Ta ḥṣ īl al-Sa ādah, h. 44. di mana hakikat negara adalah laksana suatu tubuh yang hidup sebagaimana tubuh manusia. Sebagai ciri-ciri dari organisme ialah sifatnya yang berubah-ubah. Badan organisme yang hidup dapat menerima dan mengambil bahan-bahan dan zat-zat dari luar dirinya, lalu diolah untuk kebutuhan hidup dan kemudian dipisahkan mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak. Di dalam organisme terdapat struktur dan hierarki sehingga setiap bagiannya memiliki kedudukan tertentu. 35 Hal ini sebagaimana yang dikutip dari rāʼ Ahl al-Madīnah al-Fāḍilah bahwa Negara IdealUtama tak ubahnya bagaikan susunan tubuh manusia yang sehat dan sempurna: Negara IdealUtama tak ubahnya bagaikan susunan tubuh manusia yang sehat dan sempurna. Masing-masing anggotanya bekerja sama untuk menyempurnakan dan memelihara segala kebutuhan hidup bersama. Setiap anggota tubuh memiliki fungsi dan kemampuan yang berbeda-beda, yang masing-masing bertugas sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya. Dia atas semua itu ada suatu anggota yang berfungsi sebagai kepala yang mengendalikan segala gerak dari keseluruhan bagian tubuh yang lain yaitu hati jantung. 36 Pemimpin utama itu laksana jantung manusia. Jantung adalah organ utama dalam tubuh manusia. Dia harus dalam kondisi prima sebelum anggota-anggota tubuh vital lainnya. Anggota-anggota tubuh vital selain jantung itu dalam beraktifitas selalu di bawah koordinasi dan otoritas jantung. Demikian juga 35 Ahmad Zainal Abidin, Negara Utama, h. 54. 36 Al- Fārābī, rā ʼ Ahl al- Madīnah al-Fā ḍ ilah, h. 118.