Pengangkatan Pemimpin KONSEP KEPEMIMPINAN MENURUT AL-QUR

Pentashih Mushaf al-Qur ʼān yang terdiri dari mufassir Indonesia. Adapun kriteria- kriteria itu adalah sebagai berikut: 30 a. Beriman dan Bertaqwa Seorang pemimpin negara harus beriman dan bertaqwa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Dengan demikian, dapat diharapkan ia mendapat taufik dan hidayah dari Allah untuk mengatasi berbagai kesulitan yang diatasi. Ia juga mengetahui bahwa segala perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban di dunia, terutama di akhirat akan mendapat ganjaran yang setimpal dengan perbuatan, sebagaimana firman Allah:                          Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim Q.S. al- Māʼidah: 51 Dalam Tafsīr al-Ṭabarī, Abū Ja fār Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī mengungkapkan bahwa: Sesungguhnya Allah melarang seluruh orang Mukmin untuk menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai penolong dan pemimpin bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Juga memberitahukan bahwa barangsiapa menjadikan mereka Yahudi dan Nasrani 30 Kementerian Agama RI, Tafsir al-Qur ʼ an Tematik: al-Qur ʼ an dan Kenegaraan Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur ʼān, 2011, Cet. Ke-I, hal. 191. sebagai penolong, pemimpin, dan wali, sesungguhnya ia telah termasuk golongan mereka dalam membangkang kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka telah memutuskan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya. 31 Sedangkan dalam Tafsir al-Mishbah, M. Quraish Shihab mengungkapkan jika keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani —atau siapa pun, seperti dilukiskan oleh ayat di atas, yakni lebih suka mengikuti hukum Jahiliyah dan mengabaikan hukum Allah, bahkan bermaksud memalingkan kaum Muslim dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah, maka “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil ” dengan susah payah, apalagi dengan mudah “orang-orang Yahudi dan Nasrani ” serta siapa pun yang bersifat seperti sifat mereka—yang dikecam ini, jangan mengambil mereka “menjadi pemimpin-pemimpinmu” yakni orang-orang dekat. Sifat mereka sama dalam kekufuran dan dalam kebencian kepada kamu, karena itu wajar jika “sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain ” dalam menghadapi kamu, karena kepentingan mereka dalam hal ini sama, walau agama dan keyakinan mereka satu sama lain berbeda. “Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka” yang memusuhi Islam itu “menjadi pemimpin, maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk ” dan tidak mengantar “orang-orang yang zalim” menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. 32 b. Sehat Jasmani dan Rohani, Jujur, serta Memiliki Kemampuan 31 Abū Ja fār Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al- Ṭ abarī , terj. Akhmad Affandi dkk Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 103. 32 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Cet. Ke-1, Jilid III, hal. 144. Seorang pemimpin negara harus kuat, yaitu sehat jasmani dan rohani, atau sehat fisik dan mental, jujur dapat dipercaya dan berani, serta memiliki kemampuan, yaitu berilmu dan memiliki wawasan yang luas, seperti firman Allah:            Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata:Wahai ayahku Jadikanlah dia sebagai pekerja pada kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya Q.S. al-Qa ṣaṣ: 26. Menurut Abū Ja fār Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī dalam Tafsīr al- Ṭabarī, maksud ayat di atas adalah sesungguhnya orang yang paling baik dijadikan sebagai penggembala ternak —dalam konteks itu, adalah orang yang kuat menjaga hewan-hewan ternakmu dan melaksanakan tugas demi kebaikan ternakmu. Al- Amīn adalah orang yang tidak perlu dikhawatirkan akan berbuat khianat terhadap sesuatu yang kamu percayakan kepadanya. 33 Dalam ayat ini disebutkan bahwa sesungguhnya orang yang paling baik dipekerjakan adalah orang yang kuat dan terpercaya. Menurut Quraish Shihab, kekuatan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kekuatan dalam berbagai bidang. Karena itu, terlebih dahulu harus dilihat bidang apa yang akan ditugaskan kepada yang dipilih. Selanjutnya kepercayaan yang dimaksud adalah integritas pribadi, yang menuntut adanya sifat amanah sehingga orang yang dipilih itu tidak merasa milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat yang harus dipelihara dan bila dimintai kembali, maka ia harus rela mengembalikan. 34 33 Abū Ja fār Muḥammad bin Jarīr al-Ṭabarī, Tafsīr al- Ṭ abarī, Jilid XX, h. 188. 34 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jilid X, hal. 334