mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian Suriawiria, 1996.
Pembuangan air limbah ke badan sungai tidak selalu terus menerus sepanjang hari. Limbah yang dibuang baik kuantitas, kualitas maupun waktu
pembuangannya berkaitan erat dengan kegiatan yang dilakukan baik oleh rumah tangga secara individu, tempat-tempat pelayanan dan fasilitas umum
maupun oleh pabrik yang menghasilkan limbah tersebut. Air limbah dari sektor rumah tangga umumnya dibuang pada pagi hari hingga sore hari dan mencapai
puncaknya pada sekitar pukul 07.00 – 10.00 dan 16.00 – 20.00 sehingga komposisi air limbah tidak akan konstan sepanjang waktu. Sekitar 60-80
dari total air yang digunakan dalam rumah tangga dibuang sebagai limbah cair. Limbah tersebut secara langsung maupun tidak akan mencapai badan air air
tanah, sungai, danau sehingga mempengaruhi kualitas badan air Sudarmadji,
1995 dalam Nurmayanti, 2002.
2.2.4. Parameter Uji Kualitas Perairan Sungai
Kualitas air sungai menurut Alaerts dan Santika 1987 sangat tergantung pada komponen penyusunnya dan banyak dipengaruhi oleh masukan komponen
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari pemukiman. Perairan yang melintasi daerah pemukiman dapat menerima masukan bahan organik yang berasal dari aktivitas penduduk.
Dengan demikian ekosistem sungai keberadaannya terkait integral dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik disekitarnya.
Menurut Riyadi 1984 parameter-parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis. Parameter-
parameter tersebut adalah :
1. Sifat Fisik Parameter fisik air yang sangat menentukan kualitas air adalah kekeruhan
turbiditas, suhu, warna, bau, rasa, jumlah padatan tersuspensi, padatan terlarut dan daya hantar listrik DHL.
a. Suhu Kenaikan suhu air akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut
dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif
tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut
tidak juga kembali pada suhu normal, lama kelaman dapat menyebabkan kematian ikan dan hewan lainnya.
b. Total Suspended Solid TSS Total Suspended Solids TSS adalah padatan dalam air yang bisa
terperangkap oleh filter. TSS dapat mencakup berbagai materi, seperti
Universitas Sumatera Utara
materi lumpur, tanaman membusuk dan hewan, limbah industri, dan limbah. Konsentrasi tinggi padatan tersuspensi dapat menyebabkan
banyak masalah bagi kesehatan aliran dan kehidupan akuatik. Total Suspended Solid TSS, adalah salah satu parameter yang
digunakan untuk pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran pori 0.45
μm Clescerl, 1905. Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan dengan cara menuangkan
air dengan volume tertentu, biasanya dalam ukurtan liter, melalui sebuah filter dengan ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang
dan kemudian beratnya akan dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami pengeringan. Berat filter tersebut akan
bertambah disebabkan oleh terdapatnya partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang tersuspensi ini
dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS adalah miligram per liter mgl.
Kandungan TSS memiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi
penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik
Blom, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Nilai TSS umumnya semakin rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan padatan tersuspensi tersebuit disupply oleh daratan melalui aliran sungai
Helfinalis, 2005. Keberadaan padatan tersuspensi masih bisa berdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi
baku mutu kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70 mgl Helfinalis, 2005.
c. Total Padatan Terlarut TDS Total padatan terlarut TDS adalah jumlah total dari ion bermuatan
mobile, termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume tertentu air, dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air mg L,
juga disebut sebagai bagian per juta ppm. TDS Total Dissolve Solid yaitu ukuran zat terlarut baik itu zat organik
maupun anorganik, mis: garam, dll yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per
Million PPM atau sama dengan milligram per Liter mgL. 2. Sifat Kimia
Sifat kimia yang dapat dijadikan indikator yang menentukan kualitas air adalah pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD.
a. pH pH adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam dan basa sesuatu larutan Sutrisno, 2004. Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila air
Universitas Sumatera Utara
dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila diatas 7 bersifat basa rasanya pahit Kusnaedi,2004.
b. BOD Biological Oxigen Demand BOD merupakan ukuran jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh
bakteri aerobjumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob. Menurut Mahida
1981 BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk
menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu
20 C. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen
terlarut tetapi syarat BOD air limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30 ppm. Kristanto 2002
menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah:
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan- bahan organik atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut juga
Intermediate Oxygen Demand. 2. Uji BOD membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu lima hari.
3. Uji BOD yang dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan ± 68 dari total BOD.
Universitas Sumatera Utara
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD kurang teliti.
c. Chemical Oxygen Demand COD Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan
suatu uji yang lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji ini disebut dengan uji COD, yaitu suatu uji
yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat di dalam air. Banyak zat organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara cepat berdasarkan pengujian BOD lima hari,
tetapi senyawa-senyawa organik tersebut juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O kalium
dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan nilai COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama. Di samping
itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. 90 hasil uji COD yang selama
10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama lima hari Kristanto, 2002. Senyawa klor, selain mengganggu uji BOD, juga
dapat mengganggu uji COD, karena klor dapat bereaksi dengan kalium
Universitas Sumatera Utara
dikromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan bereaksi dengan klor membentuk senyawa komplek.
d. Chromium Berdasarkan sifat kimianya logam chromium dalam persenyawaannya
mempunyai bilangan oksidasi +2, +3 dan +6. Namun yang lebih bersifat toksik adalah chromium heksavalen Cr
6+
. Jika kadar chromium yang masuk ke dalam tubuh manusia melebihi batas yang ditentukan maka
akan menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan serta pada sistem pernapasan Palar, 2008. Analisa chromium heksalen dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel dalam air sungai Babura memiliki kadar chromium heksavalen melebihi batas ambang. Kadar chromium
maksimum yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05 mgLiter. Oleh karena itu chromium merupakan salah satu parameter
kimia yang penting dalam analisa kualitas air. e. ArsenAs
Salah Satu logam yang mencemari adalah arsen. Dengan nomor atom 33, berat atom 74,92 gmol. Gejala toksisitas arsen per oral antara lain
berupa: ketidak normalan kulit, antara lain berupa spot gelap terang pada kulit, keratosis pada telapak tangan kaki, dan akhirnya
berkembang menjadi kanker kulit. widiowati,2008.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Perilaku Masyarakat