BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari-Juni 2010, bertempat di Rumah Kaca Ekologi Hutan dan Laboratorium Silvukultur Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah semai jabon berumur ± 6 minggu, tanah, pasir, polibag, kompos yang dijual di pasaran Guano, Andam,
Cocopeat dan Ofer, batang pisang, larutan EM-4, arang sekam, dedak, dan sabut kelapa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah pisaugolok, ember cat
dengan kapasitas 20 liter, sarung tangan, masker, label, oven, gelas ukur, kain kasa, ayakan, wadah dengan kapasitas 2 liter, bak kecambah berukuran ± 25 cm x
30 cm, sprayer, gembor, timbangan dengan ketelitian dua angka di belakang koma, gayung, pengaduk, mistar, kaliper, alat tulis, kalkulator, seperangkat
komputer, kamera dan tally sheet.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pembuatan kompos dan penyiapan media tanam
Batang pisang yang digunakan diperoleh dari kebun di sekitar kampus IPB Dramaga, Bogor. Batang pisang yang digunakan ialah jenis pisang batu.
Pembuatan kompos dilakukan di dalam ember yang pada bagian bawah dan sampingnya dilubangi untuk aerasi dan bagian atasnya ditutup dengan penutup
yang terbuat dari bantalan sabut kelapa.
Bahan baku pembuatan kompos terdiri atas batang pisang, larutan EM-4, air dan dedak. Larutan EM-4 dengan konsentrasi 2. Batang pisang yang sudah
disiapkan dipotong-potong dengan ukuran ±1-2 cm supaya proses pengomposan berlangsung cepat. Potongan batang pisang kemudian dicampur dengan dedak
secara merata. Banyaknya larutan EM-4 yang ditambahkan ialah sampai kandungan air adonan mencapai 30-40. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara
mengepal adonan: bila adonan dikepal dengan tangan maka air dari adonan tidak
keluar, dan bila kepalan dilepas maka adonan akan mengembang. Adonan dimasukan kedalam ember, kemudian ditutup dengan bantalan sabut kelapa
selama 30 hari. Pengadukan adonan dilakukan seminggu sekali. Suhu dalam ember yang berisi adonan dipertahankan 40-50
˚C dan kelembaban 50. Untuk memperoleh ukuran kompos yang sesuai dengan yang
dikehendaki, maka dilakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan berukuran 2,5 x 2,5 mm.
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini ialah campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1vvv. Sebagai kontrol hanya
digunakan tanah dan pasir dengan perbandingan 3:1 vv. Tanah dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti daun, akar, dan ranting kering kemudian dikering-
udarakan dan diayak dengan ayakan berukuran 2,5 x 2,5 mm. Pasir juga diayak dengan ayakan ukuran yang sama. Tanah, pasir dan kompos kemudian dicampur
dan dimasukkan dalam polibag berukuran 15 x 20 cm.
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian Perkecambahan
benih. Media perkecambahan yang digunakan dalam
penelitian ini ialah pasir. Pasir dibersihkan dengan ayakan 2,5 x 2,5 mm kemudian disterilisasi dengan cara disangrai selama ± 2 jam. Setelah dingin, pasir
dimasukan ke dalam bak kecambah dan disemprot dengan air untuk menjaga kelembaban media kecambah.
Setelah media disemprot dan tampak lembab, benih jabon ditaburkan secara merata ke dalam bak kecambah. Dalam penaburan benih, jarak tanam tidak
diperhatikan mengingat benih jabon sangat kecil. Pemeliharaan selama pengecambahan dilakukan dengan menyiram dua kali sehari, pagi dan sore hari.
Untuk mengendalikan patogen pada benih jabon seperti damping off, diberikan Dithane-45 dengan konsentrasi 0,1 seminggu sekali dengan cara disemprot
dengan menggunakan sprayer. Selain itu juga dilakukan pembersihan gulma.
Penyapihan semai. Kecambah yang disapih ialah kecambah yang telah
berumur ± 6 minggu, dan memiliki 2-4 pasang daun. Semai jabon dimasukkan ke dalam polibag yang telah berisi media sapih. Sebelum semai dicungkil, media
pada bak kecambah disiram terlebih dahulu, untuk mempermudah pengambilan semai. Saat pencungkilan, media dalam bak kecambah diusahakan terbawa,
supaya akar tetap utuh dan tidak rusak. Semai jabon kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang telah berisi media sapih.
Penanaman dalam polibag dilakukan dengan cara membuat lubang tanam ± 3 cm dengan ranting, lalu semai ditanam
dalam lubang tersebut hingga bagian akar terbenam. Penyiraman dilakukan secara hati-hati agar semai tidak roboh.
Setelah disapih semai jabon diletakkan terlebih dahulu di tempat yang teduh, tujuannya untuk adaptasi semai sebelum diletakkan di rumah kaca.
Pemeliharaan. Semai jabon diletakkan di dalam rumah kaca selama dua
bulan. Penyiraman jabon dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan sprayer dan gembor agar media tetap lembab. Selain itu juga
dilakukan pembersihan gulma dan perbaikan posisi polibag.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan satu faktor yang terdiri atas 6 perlakuan. Setiap perlakuan
diulang sebanyak 6 kali dan setiap ulangan terdiri atas 4 semai jabon. Dengan demikian terdapat 144
semai yang ditanam. Perlakuan yang diberikan
ialah kompos yang dijual di pasaran seperti Guano, Andam, Cocopeat, Ofer, dan kompos batang pisang yang dibuat sendiri.
Guano merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran kelelawar. Andam marupakan kompos yang berasal dari serasah daun. Sedangkan Cocopeat
merupakan serbuk ringan yang berasal dari sabut kelapa yang pada umumnya digunakan untuk pencampuran media tanam dan Ofer merupakan pupuk organik
yang berasal dari campuran jerami padi dan kotoran hewan sapi. Media tanam yang digunakan merupakan campuran dari
tanah:pasir:kompos dengan perbandingan 2:1:1 vvv. Sebagai kontrol, media tanam tidak dicampur dengan kompos, hanya tanah:pasir dengan perbandingan
3:1 vv.
3.4 Pengamatan dan Pengambilan Data
Peubah yang diukur ialah pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter semai, berat kering total BKT, nisbah pucuk akar NPA, berat media,
kekompakan media dan analisis jaringan.
Tinggi Semai cm. Pengukuran tinggi semai dilakukan setelah
penyapihan, tinggi diukur setiap minggu selama dua bulan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang yang sudah ditandai
terlebih dahulu hingga titik tumbuh pucuk semai. Diameter Semai mm.
Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur pada pangkal batang yang sudah ditandai dengan
spidol. Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu pada awal dan akhir pengamatan. Bobot Kering Tanaman g.
Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel tanaman dipotong, bagian pucuk dan akarnya dibungkus
kertas secara terpisah, kemudian dioven pada suhu 70 C selama 72 jam. Setelah
tercapai bobot kering yang konstan dilakukan penimbangan. Dari hasil
penimbangan didapat data bobot kering pucuk dan bobot kering akar. Nisbah Pucuk Akar.
Nisbah pucuk akar ditentukan dengan
membandingkan bobot kering pucuk dengan bobot kering akar. Berat Media g.
Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan dengan
cara mengambil media tanam sebanyak 3 polibag dari masing-masing perlakuan.
Dari setiap polibag, diambil media tanam sebanyak 100 ml. Media tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 120ºC selama 48 jam. Berat basah
ditimbang sebelum media tanam dimasukkan ke dalam oven, sedangkan berat kering ditimbang pada keadaan kering oven.
Kekompakan Media. Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan,
dengan cara menyobek polibag pada salah satu sisi dengan menggunakan cutter dan membandingkan kekompakan media yang satu dengan yang lainnya.
Pengamatan dilakukan dengan cara memegang semai pada bagian pangkal batang kemudian diangkat. Media dianggap kompak bila tidak hancur pada saat semai
diangkat.
Analisis Jaringan Tanaman . Analisis jaringan pada akhir pengamatan,
untuk mengetahui kemampuan semai menyerap unsur-unsur N, P dan K dari
media tanam yang digunakan. Pada analisis ini diambil sampel dari perlakuan media tanam yang memberikan hasil terbaik dalam pertumbuhan Kontrol, Ofer
dan kompos batang pisang. Analisis jaringan dilakukan di Services Laboratory
SEAMEO BIOTROP, Bogor. 3.5 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah yang diamati, dilakukan analisis keragaman yang diperoleh dari pengolahan data
dengan menggunakan program SAS 9.1. Untuk mengetahui adanya pengaruh yang berbeda dalam masing-masing perlakuan dilakukan uji berganda Duncan
pada taraf kepercayaan 95 . Model rancangan acak lengkap RAL pada penelitian ini menggunakan rumus umum Mattjik dan Sumertajaya 2006 :
Yij = µ + τ
i
+ ε
ij
Dimana : i = 1, 2, 3, ..., t dan j = 1, 2, 3,..., r Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum τ
i
= Pengaruh perlakuan ke-i ε
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Yij = µ +
τ
i
+ ε
ij
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Sidik Ragam
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan tinggi,
pertambahan diameter, berat kering total BKT, nisbah pucuk akar, berat media,
kekompakan media dan analisis jaringan. Untuk mengetahui respon pengaruh perlakuan dari masing-masing media yang digunakan terhadap parameter
tanaman, maka dilakukan sidik ragam Tabel 2. Untuk mengetahui ada tidak adanya pengaruh yang berbeda dalam masing-masing perlakuan maka dilakukan
uji Duncan. Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh semua media yang digunakan
terhadap parameter semai jabon
Parameter F hitung
Pertambahan tinggi 38,16
Pertambahan diameter 29,26
Berat kering total 9,92
Nisbah pucuk akar 6,53
Berat media 4,78
berpengaruh nyata p0,05
4.2 Tinggi semai
Tinggi semai dapat digunakan sebagai indikator maupun parameter petumbuhan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Sitompul dan Guritno 1995. Tinggi semai diukur satu minggu setelah semai dipindahkan ke polibag. Perlakuan media yang digunakan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai jabon pada selang kepercayaan 95 Tabel 2. Karena itu, untuk mengetahui jenis perlakuan yang
berbeda nyata pada penggunaan media dengan penambahan kompos maka dilakukan uji Duncan Tabel 3 dan Lampiran 1.