4. memperbaiki drainse dan tata udara tanah, terutama tanah berat, dan 5. memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah akan
menjadi baik. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah ialah merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah ialah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah ialah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman Gaur 1980.
Hasil penelitian Fathia 2010 menunjukkan bahwa pemberian kompos pada tanaman gmelina Gmelina arborea Roxb. yang ditanam pada media tanah
bekas tambang emas tailing memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai gmelina. Hal ini disebabkan oleh penambahan kompos pada tanah
tailing dapat meningkatkan pH tanah dan porositas tanah. Menurut Larson dan Clapp dalam Yulyatin 2007, peningkatan jumlah bahan organik yang
ditambahkan ke tanah mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan agregat porositas dan penurunan agregat berat, dan distribusi agregat dalam kisaran
sempit yang menghasilkan berat tanah rendah. Semakin banyak perbandingan kompos yang diberikan, semakin dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga
akar tanaman dapat menyerap nutrisi dan air lebih baik untuk pertumbuhannya.
2.7 Prinsip Pengomposan
Pengomposan merupakan proses penghancuran atau dekomposisi bahan organik oleh berbagai jenis mikroorganisme di dalam suatu lingkungan terkendali,
dengan hasil berupa produk yang cukup stabil disimpan dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bila diberikan pada tanah maupun tanaman. Produk dari
pengomposan, yaitu kompos. Kompos apabila dicampur dengan tanah akan mempengaruhi sifat kimia, fisika maupun biologi tanah Harada et al. 1993.
Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber, seperti kotoran ternak manure atau bakteri inokulan bakterial
inoculant berupa Effective Microorganisms EM-4, orgadec, dan stardec.
Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon C dan nitrogen N yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos.
Jenis mikroba yang berperan dalam pengomposan antara lain: bakteri, fungi, aktinomisetes, protozoa serta makro fauna seperti semut, laba-laba, tungau,
cacing, dan lain-lain Dalziell et al. 1987. Beberapa faktor yang berpengaruh penting dalam pembuatan kompos di antaranya: 1 CN rasio bahan organik, 2
ukuran bahan, 3 aerasi, 4 kelembaban, dan 5 suhu Aminah et al. 2003.
CN Rasio
. Kompos memiliki nisbah CN yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah CN sekitar 30, sedangkan kompos yang
dihasilkan memiliki nisbah CN 20. Bahan organik yang memiliki nisbah CN di atas 30 akan terdekomposisi dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah
tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses berlangsung. Tabel 1 menyajikan nilai CN rasio bahan organik yang berpotensi
untuk dijadikan kompos. Tabel 1 CN rasio dari beberapa bahan organik yang berpotensi
dijadikan kompos
Bahan Kompos CN Rasio
Kayu 200-400 Serbuk gergaji umumnya
400 Jerami gandum
40-125 Jerami padi
80-130 Jerami jagung
50-60 Daun segar tergantung jenisnya
10-20 Daun kering tergantung jenisnya
50 Kulit kopi
15-20 Bahan pangkasan, cabang tergantung
jenis dan umur 15-60
Pangkasan teh 15-17
Daun dadap muda 11
Bungkil kacang tanah 7
Eceng gondok 17,6
Ampas tebu 110-120
Sisa sayuran 11-27
Sumber: Gaur 1983
Ukuran bahan . Ukuran bahan baku akan mempengaruhi kecepatan proses
pengomposan. Semakin kecil ukuran bahan 5-10 cm, proses dekomposisi berlangsung semakin cepat. Semakin kecil ukuran bahan, maka semakin luas
bidang permukaan yang bersentuhan dengan mikroorganisme pengurai sehingga proses dekomposisi lebih cepat. Namun bila potongan terlalu kecil maka adonan
kompos akan menjadi padat sehingga tidak ada sirkulasi udara Musnamar 2003.
Aerasi.
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan supaya proses dekomposisi pengomposan bahan organik berjalan lancar. Aerasi pengaturan udara yang
baik ke semua bagian adonan bahan kompos sangat penting untuk ketersediaan oksigen bagi mikroorganisme dan membebaskan CO
2
yang dihasilkan. Karbondioksida yang dihasilkan harus dibuang supaya tidak menimbulkan zat
beracun yang merugikan mikroorganisme pengurai sehingga dapat menghambat aktivitasnya Simamora dan Salundik 2006.
Salah satu cara untuk memberikan cukup aerasi dalam pengomposan dapat dilakukan dengan cara menyediakan celah-celah kosong di bagian bawah
tumpukan adonan kompos. Cara lainnya yaitu dengan membalikan atau mengaduk tumpukan adonan kompos secara berkala, setiap seminggu sekali sampai kompos
terbentuk Aminah et al. 2003.
Kelembaban. Dalam proses pengomposan keadaan lingkungan yang
lembab sangat diperlukan untuk aktivitas mikroba pengurai, sehingga pengaturan kelembaban perlu dilakukan. Bahan yang kering akan menghentikan aktivitas
mikroba yang akan menghambat proses dekomposisi. Bahan yang terlalu basah akan membuat aerasi terganggu yang pada akhirnya juga akan menghambat
proses penguraian oleh mikroba. Kelembaban optimal yang disarankan adalah 40- 60. Jika bahan terlalu kering, air perlu ditambahkan, tetapi jika bahan-bahan
yang akan dikomposkan mengandung banyak air, maka perlu diupayakan drainase yaitu dengan cara menempatkan adonan kompos pada dasar yang miring Aminah
et al . 2003. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penambahan bahan kering
arang sekam atau dedak hingga mencapai kelembaban yang optimum Simamora dan Salundik 2006.
Suhu. Proses dekomposisi bahan organik menghasilkan panas sebagai
akibat dari terjadinya metabolisme pada mikroba pengurai. Pada awal
pengomposan suhu tumpukan bahan akan berada pada kisaran 32°C dan akan terus naik sampai 60°C bahkan 78°C. Tinggi rendahnya suhu tergantung bahan-
bahan yang didekomposisi. Bahan dengan CN rasio tinggi akan sulit mencapai suhu tinggi, sebaliknya bahan-bahan dengan CN rasio rendah akan cepat
mencapai suhu tinggi. Semakin tinggi suhu yang dapat dicapai, akan semakin cepat pula proses pengomposan. Kecenderungan tersebut digunakan supaya
proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat yaitu dengan cara menutup bahan yang dikomposkan dengan terpal atau penutup lainnya, sehingga panas
yang dihasilkan tidak ke luar tetapi bertahan di dalam. Pada suhu tinggi yang stabil mikroba pengurai akan bekerja dengan lebih cepat. Pengomposan akan
berlangsung efisien jika dapat mencapai suhu sekurang-kurangnya 60°C
2.8 Proses Pengomposan Aerob