Menurut Sutisna et al. 1998, pada pohon muda permukaan batang licin dan berwarna sangat terang, sedangkan pada pohon tua berwarna kelabu hingga
cokelat kelabu, beralur dangkal, kadangkala dengan punggung-punggung kecil, sering retak dan agak kasar. Cabang-cabang mendatar dengan ujung menjuntai,
pemangkasan cabang terjadi secara alami. Jabon mempunyai daun tunggal dengan ujung daun berbentuk runcing sampai meruncing serta berdaun penumpu,
penumpu antar tangkai berbentuk segitiga sempit dan mudah rontok Soerianegara dan Lemmens 1994. Bentuk daun bulat telur hingga lonjong dengan ukuran
panjang 15-50 cm dan lebar 8-25 cm. Bagian pangkal berbentuk menyerupai jantung, bagian ujung lancip Sutisna et al. 1998.
Dalam perbanyakan bibit dan untuk memenuhi permintaan bibit yang dibutuhkan, jabon dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Cara
generatif dilakukan dengan mengecambahkan bijinya sedangkan cara vegetatif dilakukan dengan cara stek pucuk maupun stek batang. Tanaman jabon berbuah
sekitar bulan Juni- Agustus. Buah jabon merupakan buah majemuk dengan bentuk bulat dan bertekstur lunak. Biji jabon sangat kecil, jumlah biji kering per kilogram
sekitar 26.182.000 biji Khaerudin 1994. Jabon ditanam sebagai ornamen, pohon penaung, dan dapat digunakan
untuk reforestasi dan aforestasi Soerianegara dan Lemmens 1994. Menurut Tantra 1980 kayu jabon merupakan kayu ringan yang digunakan untuk papan,
peti, tripleks, dan korek api. Selain itu kayu jabon digunakan untuk cetakan beton, mainan anak-anak, dan pulp Badan Revitalisasi Industri Kehutanan 2003. Saat
ini jabon dikembangkan untuk dijadikan sebagai bahan baku industri plywood atau kayu lapis Anonim 2004. Kulit kayu yang telah kering berguna untuk
mengobati demam dan sebagai obat kuat, ekstraksi dari daun digunakan untuk obat kumur, daun muda dapat dijadikan sebagai makanan ternak fodder, getah
kuning dari kulit akar dapat digunakan sebagai bahan celupan untuk barang kerajinan tangan Kapisa dan Sapulata 1994.
2.2 Bahan Organik
Bahan organik adalah bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh
tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang
telah mati, pada berbagai tahapan dekomposisi Millar 1959. Menurut Soepardi 1983 bahan organik adalah timbunan sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian
telah mengalami pelapukan dan pembentukan materi yang lebih sederhana. Sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman, sehingga komposisi dari
bahan organik tanah mencerminkan asal sumber bahan tesebut. Bahan organik secara umum dapat dibedakan atas bahan organik yang
mudah terdekomposisi dan sukar terdekomposisi. Bahan organik mudah terdekomposisi tersusun oleh senyawa sederhana yang terdiri atas C, H, dan O;
contohnya: selulosa, pati, gula, dan protein. Bahan organik yang sukar terdekomposisi tersusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, contohnya: bahan organik yang banyak mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui
pada jaringan tumbuhan. Tingkat kemudahan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh Brady 1990 sebagai berikut:
1. Gula, zat pati, protein sederhana Mudah terdekomposisi
2. Protein 3. Hemiselulosa
4. Selulosa 5. Lemak
6. Lignin, lemak, lilin dan lain-lain Sukar terdekomposisi
Bahan organik mempunyai peran penting dalam kehidupan dan kesuburan tanah. Peran bahan organik tanah tersebut ialah dalam pelapukan dan proses
dekomposisi mineral tanah, sumber hara tanaman, pembentukan struktur tanah stabil dan berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman
di bawah kondisi tertentu Kononova 1966.
2.3 Limbah Organik
Limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang belum atau tidak
memiliki nilai ekonomi. Limbah dapat memiliki nilai ekonomi yang negatif karena untuk membuang dan membersihkannya memerlukan biaya yang cukup
besar atau dapat mencemari lingkungan Gaur 1980. Limbah organik perlu didaur ulang dan dikembalikan ke dalam tanah untuk mempertahankan
produktivitas tanah. Sebagian dari limbah organik dapat dengan mudah mengalami perombakan sehingga secara langsung dapat dikembalikan ke dalam
tanah, tetapi sebagian lagi sulit mengalami perombakan sehingga akan lebih baik bila limbah tersebut dikomposkan terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke dalam
tanah Dallzell et al. 1987.
2.4 Pisang Musa paradisiaca Linn.