Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga Kemampuan Pemecahan Masalah

b. Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan. Kelebihan pada pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut: 1 Dapat menampung kelas yang besar. 2 Bahan pelajaran dapat disampaikan secara urut. 3 Guru dapat menekankan hal-hal yang dianggap penting. 4 Tuntutan kurikulum secara cepat dapat diselesaikan. 5 Kekurangan buku pelajaran dapat diatasi. Di samping memiliki kelebihan, pembelajaran ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya: 1 Peserta didik pasif, bosan, dan belum tentu paham. 2 Padatnya materi, dapat membuat peserta didik kurang menguasai materi pelajaran. 3 Pelajaran yang diperoleh mudah terlupakan. 4 Peserta didik cenderung menghafal bukan memahami isi pelajaran. 5 Iniasiatif dan kreatifitas peserta didik kurang berkembang Suherman, 2003:202.

2.1.5 Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga

Alat peraga matematika ialah salah satu atau seperangkat benda konkrit yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja dan dipergunakan utuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep dan prinsip- prinsip dalam matematika Suryanto, 2002:10. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar peserta didik mampu memahami arti dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, memanipulasi obyekalat peraga maka peserta didik mempunyai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep Widayantini, 2009:3. Menurut Suherman 2003:243 dalam pembelajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga maka: 1. Proses belajar mengajar temotivasi. Baik peserta didik maupun guru, terutama peserta didik minatnya akan timbul. 2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkrit sehingga lebih dapat dipahami dan dimengerti. 3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami. 4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematika yang dipakai sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.

2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, peserta didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Polya sebagaimana dikutip Hudojo 2005:112 mendefinisikan pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal Wardhani, 2005:93. Menurut Hudojo 2001: 149, soal-soal matematika dibedakan menjadi dua bagian sebagai berikut. 1. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan. 2. Masalah tidak seperti halnya latihan tadi, menghendaki peserta didik untuk menggunakan sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan suatu masalah, peserta didik tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia menggunakannya pada suatu situasi baru. Pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506CPP2004 dalam Shadiq, 2004: 14, pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Indikator yang menunjukkan pemecahan masalah antara lain: 1 Menunjukkan pemahaman masalah. 2 Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. 3 Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4 Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 5 Mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6 Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7 Menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Langkah-langkah pemecahan masalah mengacu pada empat tahap pemecahan masalah yang diusulkan George Polya sebagaimana dikutip Suherman 2003:90 sebagai berikut. 1. Memahami masalah Untuk memahami masalah yang dihadapi, peserta didik harus memahami membaca masalah secara verbal. Kemudian permasalahan tersebut kita lihat lebih rinci sebagai berikut. a. Apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan? b. Data apa yang dimiliki?. c. Mencari hubungan-hubungan apa yang diketahui, data yang dimiliki dan yang ditanyakan dengan memperhatikan: bagaimana kondisi soal?; mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau hubungan lainnya?; apakah kondisi yang ditanyakan cukup untuk mencari yang ditanyakan?; apakah kondisi itu tidak cukup atau kondisi itu berlebihan, atau kondisi itu saling bertentangan?. 2. Membuat rencana untuk menyelesaikan maslaah Pada langkah perencanaan pemecahan masalah, perlu diperhatihan hal- hal berikut. a. Pertama kita memulai lagi dengan mempertanyakan hubungan antara yang diketahui dan ditanyakan. b. Pernahkah ada soal yang serupa? c. Teori mana yang dapat digunakan dalam masalah ini? d. Perhatikan yang ditanyakan Coba pikirkan soal yang pernah diketahui dengan pertanyaan yang sama atau serupa. e. Jika ada soal yang serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah sekarang? Dapatkah hasil dan metode yang lalu digunakan? Apakah harus dicari unsur lain agar memanfaatkan soal semula? Dapatkah menyatakannya dalam bentuk lain? f. Andaikan soal baru belum dapat diselesaikan, cobalah pikirkan berbagai kemungkinan cara penyelesaian yang mungkin dilakukan. 3. Melaksanakan penyelesaian soal Laksanakan rencana pemecahan dengan melakukan perhitungan yang diperlukan untuk mendukung jawaban suatu masalah. Periksalah bahwa tiap langkah perhitungan dengan benar, dan menunjukkan bahwa langkah yang dipilih sudah benar. 4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh Langkah yang terakhir adalah memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh kemudian menyimpulkan jawaban dari permasalahan. Jika perlu dapatkah dicari dengan cara atau hasil yang mungkin berbeda dengan cara atau hasil yang telah ada, selanjutnya jika ada jawaban lain, apakah kesemua jawaban itu benar dan apa hubungan antara jawaban tersebut.

2.1.7 Kriteria Ketuntasan Minimal KKM

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII

4 34 369

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII MATERI PELUANG

4 107 174

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL SOMATIC AUDITORY VIZUALIZATION INTELLECTUAL BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI SEGITIGA SMP NEGERI 1 SEMARANG

1 32 429

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN METODE IMPROVE DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

2 14 285

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS GALLERY WALK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT SISWA KELAS VII

2 77 435

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII

16 97 444

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AIR BERBANTUAN WORKSHEET TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII PADA MATERI HIMPUNAN

2 17 157

Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Segiempat Oleh: Amalia Fitri Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract - Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Berban

0 0 11

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

1 1 12