Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora 2002
laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya: 1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan
satuan mata uang. 2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan judgement dan
estimasi. 3.
Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history. 4.
Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan keuangan.
2.2. Analisa Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian
Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi
pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan
pada masa yang akan datang Bernstein, 1989.
2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan yang dapat digunakan, yaitu:
2.2.2.1. Index Number Trend Senses
Jika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi
tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka
indeks Bernstein, 1989.
Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rx
t
=
o t
Px Px
x 100
Dimana; Rx
t
= nilai persentase untuk tahun ke-t Px
t
= pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Px
o
= pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
2.2.2.2. Common Size Financial Statement
Common Size Financial Statement merupakan analisa
vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok
yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu Kieso, 1992.
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya
difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi
digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan tersebut dengan penjualan.
Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ry
t
=
o t
Py Py
x 100
Dimana; Ry
t
= nilai persentase pos yang dibandingkan
Py
t
= pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Py
o
= pos dasar sebagai pembanding
2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan
Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan
mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
ke waktu Mushlih, 2003. Menurut Mushlih 2003 Analisa rasio keuangan mempunyai
beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak
melihat faktor kualitatif. 2.
Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan. 3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena
perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan. 4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri
dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu industri.
5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang berbeda.
6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam
membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda. Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa
rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat keterbatasan tersebut.
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas
Munawir, 2002.
A. Analisis Likuiditas
Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo
Munawir, 2002. Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan
jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut:
1. Rasio Lancar Current Ratio
Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio
lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan
ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba Sawir, 2005.
Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio lancar = Lancar
Hutang Lancar
Aktiva
2. Rasio Cepat Quick Ratio
Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir 2005 persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah
sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio cepat = Lancar
Hutang Persediaan
Lancar Aktiva
−
B. Analisis Solvabilitas
Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain Munawir, 2002.
1. Rasio Utang Debt to Total Asset Ratio Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan
dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko
perusahaan yang harus ditanggung perusahaan Sawir,2005. Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio utang = Aktiva
Total Hutang
Total
2. Rasio Utang terhadap Ekuitas Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas
modal yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya Sawir, 2005. Rasio utang terhadap ekuitas dapat dirumuskan:
Rasio utang terhadap ekuitas = Ekuitas
Total Hutang
Total
3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva Equity to Total Asset Ratio Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang
digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ekuitas terhadap total aktiva = Aktiva
Total Ekuitas
Total
4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap Equity to Fixed Asset ratio Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang
digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan
lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang. Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri
supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu- waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap = Tetap
Aktiva Total
Ekuitas Total
5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang Fixed Asset to long Term Debt Ratio
Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini
merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin
tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Aktiva tetap thd Utang jgk. panjang =
Panjang Jgk.
Hutang Tetap
Aktiva Total
C. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba profit dalam
periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah:
1. Rasio Marjin Laba Kotor Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan
yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin Laba kotor = Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Penjualan
2. Rasio Marjin Laba Bersih Net Profit Margin Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Dapat dirimuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Bersih = Penjualan
Bersih Laba
3. Rasio Marjin Operasi Operating Margin Ratio Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin
besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin operasi = Penjualan
Usaha Laba
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas Return Of Equity Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan
dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas ROE = Ekuitas
Bersih Laba
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi Return Of Invesment Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi
yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan
yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan profit. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi ROI =
Aktiva Total
Bersih Laba
6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva Return of Asset Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan
operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva ROA
= Aktiva
Total Usaha
Laba
D. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan
asset untuk memperoleh keuntungan profit dari penjualan. Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio
sebagai berikut: 1. Rasio Perputaran Total Aktiva Total Asset Turn Over Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan
penjualan dan memperoleh laba profit. Nilai rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh
untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva = Aktiva
Total Penjualan
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Fixed Asset Turn Over Ratio Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam
kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Tetap
Aktiva Penjualan
3. Rasio Perputaran Modal Kerja Working Capital Turn Over Ratio
Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan dalam rupiah
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Modal Kerja = Bersih
Kerja Modal
Penjualan
4. Rasio Perputaran Persediaan Inventory Turn Over Ratio
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini mencerminkan besarnya
nilai penjualan yang dilakukan perusahaan untuk setiap persediaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Persediaan = Persediaan
Penjualan
5. Rasio Perputaran Piutang Account Receivable Turn Over Ratio
Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Raio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Piutang
=
Piutang Penjualan
2.2.2.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Terhadap Penjualan