Kewajiban Konsumen Hak dan Kewajiban Konsumen

9. Hak untuk dilindungi akibat negatif persaingan curang Persaingan curang atau dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 disebutkan dengan Persaingan Usaha Tidak Sehat seorang pengusaha berusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk memajukan usahanya atau memperluas penjualan atau pemasarannya, dengan menggunakan alat atau alat yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran dalam pergaulan perekonomian. Walaupun persaingan terjadi antara pelaku usaha, dampak persaingan itu selalu dirasakan konsumen. Jika persaingan sehat maka konsumen diuntungkan, sebaliknya jika persaingan curang konsumen pula yang dirugikan. 10. Hak untuk mendapatkan perlindungan konsumen Di negara kita masih banyak konsumen yang belum menyadari hak- haknya. Kesadaran akan hak sejalan dengan kesadaran akan hukum. Makin tinggi kesadaran hukum masyarakat, makin tinggi penghormatan pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melalui media massa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat.

2. Kewajiban Konsumen

Hak-hak konsumen harus dikaitkan dengan kewajibannya. Berbicara tentang kewajiban konsumen berarti membahas isi Pasal 5 UUPK No. 8 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa: “Kewajiban Konsumen, adalah: Universitas Sumatera Utara a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut” 25 Adanya kewajiban konsumen membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa demi keamanan dan keselamatan merupakan kewajiban yang sangat penting karena sering kali pelaku usaha telah menyampaikan peringatan secara jelas pada label suatu produk, namun konsumen tidak membaca peringatan yang telah disampaikan kepadanya. Adanya pengaturan kewajiban ini memberikan konsekuensi pelaku usaha tidak bertanggung jawab jika konsumen yang bersangkutan menderita kerugian akibat mengabaikan kewajiban tersebut, misalnya untuk penggunaan obat-obatan dari dokter atau berdasarkan etika produk tersebut, telah diberikan instruksi bahwa pemakaianya hanya dalam dosis tertentu, namun konsumen sendiri yang tidak mamatuhi instruksi tersebut. Masalah pemenuhan kewajiban konsumen dapat terlihat jika peringatan yang disampaikan pelaku usaha tidak jelas atau tidak mengundang perhatian konsumen untuk membacanya. . 25 Undang-undang No. 8 Tahun 1999, Pasal 5 Universitas Sumatera Utara Menyangkut kewajiban konsumen beritikad baik hanya tertuju pada transaksi pembelian barang dan atau jasa saja. Hal ini tentu saja disebabkan karena bagi konsumen kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat melakukan transaksi dengan produsen. Berbeda dengan pelaku usaha, kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak barang dirancang diproduksi oleh produsen pelaku usaha. Kewajiban konsumen menbayar sesuai dengan nilai ukur yang disepakati dengan pelaku usaha adalah hal yang sudah biasa dan semestinya demikian. Kewajiban lain yang perlu mendapat penjelasan lebih lanjut adalah kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Kewajiban ini di anggap sebagai hal baru sebab sebelum diundangkan UUPK hampir tidak dirasakan adanya kewajiban secara khusus seperti dalam perkara perdata. Adanya kewajiban seperti ini dianggap tepat sebab kewajiban ini adalah untuk mengimbangi hak konsumen dalam mendapatkan upaya penyeselaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Hanya saja kewajiban konsumen ini bisa saja menjadi tidak cukup efektif jika tidak diikuti oleh kewajiban yang sama dari pihak pelaku usaha.

D. Hak dan Kewajiban Produsen 1. Hak Produsen

Dokumen yang terkait

PERLIDMENGA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 16

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 20

PENUTUP PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 16

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 7

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 1

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 18

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 22

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM) Chapter III V

0 0 30

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 4

FUNGSI DAN PERANAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DALAM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA FIRJAT ANGGRAINI SULWAN PUSADAN ROSNANI LAKUNNA Abstrak - FUNGSI DAN PERANAN BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPOM) DA

0 0 14