Retinopati Diabetes Definisi Diabetes Melitus
insulin dependent jauh lebih banyak, yaitu mencapai sembilan kali lebih banyak, maka jumlah non-insulin dependent yang mengalami retinopati akan lebih banyak
Adam, 2005.
Skema 1. Patofisiologi Retinopati Diabetes Hiperglikemia
Perubahan vaskular retina
Abnormalitas makrovaskular
Kerusakan kapiler Oklusi kapiler
Hipoksia retina Edema retina
Neovaskularisasi retinopati
proliferatif Difusi edema
AV shunt IRMAs
Edema yang disertai
eksudat Perdarahan
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga stadium utama pada retinopati diabetes yaitu : a.
Retinopati Nonproliferatif Retinopati nonprliferatif merupakan stadium awal dari proses penyakit ini.
Selama menderita DM, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil pada mata melemah sehingga dapat menimbulkan tonjolan kecil
mikroaneurisme. Tonjolan ini sangat mudah pecah dan mengalirkan cairan dan sejumlah protein ke dalam retina sehingga menimbulkan bercak berwarna abu-abu
atau putih. Endapan lemak protein yang berawarna putih kekuningan juga terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan
kecuali cairan dan protein dari pembuluh darah yang rusak dapat menyebabkan pembengkakan pada pusat retina makula. Keadaan ini disebut edema makula,
yang dapat memperparah penglihatan seseorang Medicastore. b.
Retinopati Praproliferatif Keadaan ini merupakan lanjutan dari retinopati nonproliferatif dan
merupakan pencetus terjadinya retinopati proliferatif yang cukup serius. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa 10 - 50 pasien DM dengan retinopati
akan menderita retinopati proliferatif dalam jangka waktu 1 tahun. Perubahan visual yang terjadi pada stadium ini juga disebabakan oleh edema makula
Brunner Suddarth, 2001. c.
Retinopati Proliferatif Retinopati proliferatif diawali dengan terdapatnya pertumbuhan abnormal
pembuluh darah baru pada permukaan retina sebagai bentuk kompensasi iskemia yang terjadi pada retina. Pembuluh darah yang abnormal ini mudah pecah
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada pertengahan bola mata, atau sering disebut dengan istilah perdarahan vitreus, yang dapat menghalangi penglihatan
Steele, 2008. Konsekuensi lain dari perdarahan vitreus ini adalah terbentuknya jaringan parut fibrosa yang disebabakan oleh reabsorpsi darah ke dalam korpus
vitreus. Jaringan parut ini dapat menarik retina sehingga terjadi pelepasan retina, atau disebut dengan istilah ablasio retina, dan akhirnya dapat mengakibatkan
kebutaan Brunner Suddarth, 2001.