Pengetahuan, Keyakinan dan Penggunaan Antibiotik pada Masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Selayang II

(1)

Widodo, R. S. Si. Apt. 2004. Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan

Obat. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Halaman 109-112.


(2)

Lampiran 2.Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

PENELITIAN

Assalamualaikum Wr Wb/Salam Sejahtera Denga Hormat,

Nama Saya Baiq Ummi Murtafia., sedang menjalani pendidikan Farmasi di Program S1 Ekstensi Farmasi USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan, Keyakinan dan Penggunaan Antibiotik pada Masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Selayang II”.

Antibiotik, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Eclrich pada tahun 1910, sampai saat ini masih menjadi obat pilihan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi (Utami, 2012).Antibiotik ditemukan sekitar delapan dekade lalu dan sejak itu telah terjadi revolusi dalam manajemen, pengobatan dan hasil penyakit menular.Oleh karena itu, obat antibiotik adalah salah satu yang paling sering diresepkan, dijual dan digunakan di seluruh dunia (Abimbola, 2013).

Suatu konsekuensi yang tidak terelakkan dari penggunaan antibiotik adalah timbulnya mikroorganisme yang resisten. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat telah memotori peningkatan dalam pemunculan patogen – patogen yang resisten terhadap berbagai obat ( Katzung, 2004 ).

Masyarakat memainkan peranan penting dalam penyebaran resistensi bakteri terhadap antibiotik.Sebagai upaya untuk mengurangi resistensi antibiotik adalah dengan mendidik masyarakat tentang penggunaan antibiotik. Ini akan menjadi kampanye mengatasi fakta bahwa antibiotik tidak menyembuhkan batuk biasa atau pilek. Beberapa negara telah melakukan kampanye nasional untuk memodifikasi kesalahpahaman masyarakat mengenai efektivitas antibiotik, untuk mempromosikan penggunaan antibiotik yang tepat dan mencegah perkembangan resistensi antibiotik (McNulty et al, 2007).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengetahuan, kepercayaan dan penggunaan antibiotik pada masyarakat di Kelurahan Padang bulan Selayang II.Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai penelitian ini


(3)

diharapkan dapat menambah pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik dan mengedukasikan masyarakat tentang kepentingan penggunaan antibiotik sehingga dapat menghindari terjadinya resistensi antibiotik dan Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan pemerintah sehingga mereka dapat memberikan informasi, edukasi kepada masyarakat agar memperhatikan penggunaan antibiotik.

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak/ibu/sdra/sdri mengenai: a. Data demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sumber

informasi mengenai hipertensi.

b. Data klinis seperti tekanan darah, obat/terapi hipertensi yang digunakan, riwayat penyakit, penggunaan obat lain, dan efek samping yangpernah diderita.

c. Data penilaian tingkat pengetahuan dan kepatuhan dalam menjalankan terapi hipertensi, seperti kepatuhan dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.

Wawancara akan kami lakukan sekitar 20 menit. Petugas pewawancara adalah peneliti yaitu saya sendiri.Dan wawancara yang dilakukan tidak menimbulkan potensi efek samping bagi responden.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Baiq Ummi Murtafia

Alamat : Jln. Letdjen Jamin Ginting No 32 Padang Bulan Selayang II No. HP : 08116211169

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Agustus 2015 Peneliti,


(4)

Lampiran 3. Lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pengetahuan, keyakinan dan penggunaan Antibiotik pada Masyarakat di Kelurahan Padang Buln Selayang II”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Agustus 2015


(5)

Lampiran 4. Data Demografi Responden

DATA DEMOGRAFI

1. Nama Responden :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Usia : __________ tahun.

4. Pendidikan :

SD SMP SMA/SMK Perguruan tinggi Tidak Sekolah 5. Pekerjaan :

Pegawai wiraswasta Mahasiswa Lain-lain


(6)

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER

A. Pertanyaan pengetahuan masyarakat tentang antibiotik

1. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri ?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

2. Apakah antibiotik dapat mengobati virus ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

3. Penyakit dibawah ini yang memerlukan antibiotik adalah ? a. TBC

b. Flu (Batuk dan pilek) c. Penurun panas d. penghilang sakit

4. Apakah antibiotik dapat menyebakan efek samping ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

5. Apa yang terjadi jika penggunaan antibiotik tidak tepat dosis, waktu, ataupun cara pemilihannya ?

a. Kuman akan kebal terhadap antibiotik b. Tidak terjadi apa-apa

c. Tidak tahu

6. Haruskah antibiotik sesuai dosis/petunjuk dokter? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

7. Kapan sebaiknya penggunaan antibiotik dihentikan ? a. Jika gejala penyakit sudah hilang/sembuh b. Jika obat usdah habis

c. Tidak tahu

8. Apakah antibiotik boleh digunakan hanya satu butir jika diperlukan ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

9. Berapa jangka waktu penggunaan antibitoik yang tepat ? a. 3-7 hari


(7)

b. Kurang dari 3 hari c. Tidak tahu

10. Manakah yang merupakan golongan dari antibiotik ? a. Keras

b. Bebas terbatas c. Bebas

d. Tidak tahu

B. Pernyataan keyakinan masyarakat tentang antibiotik

1. Antibiotik merupakan obat yang dapat menyembuhkan segala penyakit. a. Setuju

b. Tidak setuju

2. Meminum antibiotik saat sakit dapat mencegah penyakit menjadi lebih parah. a. Setuju

b. Tidak setuju

3. Apakah mengobati luka pada tangan/kaki dengan menuangkan serbuk antibiotik pada kulit yang terluka dapat menyembuhkan luka dengan cepat?

a. Setuju b. tidak setuju

C. Pertanyaan penggunaan antibiotik pada masyarakat

1. Pernakah anda membeli/menggunakan obat antibiotik dalam 1 bulan ini? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah alasan anda untuk mengkonsumsi/membeli antibiotik ? a. Flu/pilek

b. Sakit kepala c. Demam

d. Batuk/sakit tenggorokan e. Sakit perut

f. Penyakit lain

3. Siapa yang menggunakan/diobati dengan obat antibiotik tersebut ? a. Diri sendiri

b. Suami/istri c. Anak

d. Anggota keluarga lain e. Teman

4. Bagaimana anda memperoleh antibiotik tersebut ? a. Dari sisa antibiotik yang disimpan

b. Diberi oleh keluarga atau teman c. Membeli antibiotik secara langsung d. Dokter/puskesmas/RS

5. Dimana anda biasanya membeli obat antibiotik ? a. Apotek

b. Warung c. Toko obat d. Puskesmas e. Lain - lain

6. Apakah dalam membeli antibiotik anda mendapat informasi cara minumnya? a. Ya


(8)

b. Tidak

7. Jenis obat antibiotik apa yang biasa anda gunakan ? a. Amoksisilin

b. penisilin c. kloramfenikol d. kotrimoksazol e. lainnya


(9)

(10)

Lampiran 7. Hasil uji validasi dan reabilitas Pengetahuan

- Hasil uji pengetahuan hari ke-1 Correlations

soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soal10 total

total

Pearson Correlation

,630** ,463** ,363* -,389* ,600** -,383* ,376* ,471** ,431* ,475** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,010 ,049 ,034 ,000 ,037 ,041 ,009 ,017 ,008

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

- Hasil uji pengetahuan hari ke-15 Correlations


(11)

total

Pearson Correlation

,613** ,461* ,354 -,398* ,611** -,368* ,367* ,485** ,422* ,480** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,010 ,055 ,030 ,000 ,046 ,046 ,007 ,020 ,007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

- Uji reabilitas pengetahuan Test Statisticsa

tes kedua - tes pertama

Z -,447b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,655

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.

Keyakinan

- Uji Validasi Keyakinan Hari ke-1 Correlations

soal1 soal2 soal3 total

total

Pearson Correlation ,580** ,650** ,556** 1

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,001

N 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

- Uji Validasi Keyakinan Hari ke-15 Correlations

soal1 soal2 soal3 total

total

Pearson Correlation ,482** ,686** ,698** 1

Sig. (2-tailed) ,007 ,000 ,000


(12)

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

- Uji reabilitas keyakinan Test Statisticsa

waktu ke 2 - waktu ke 1

Z -1,134b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,257

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.

Penggunaan

- Uji Validasi penggunaan Hari ke-1 Correlations

soal ke1 soal ke2 soal ke3 soal ke4 soal ke5 soal ke6 soal ke7 total

total

Pearson Correlation

,641** ,432* ,486** ,626** ,574** -,004 ,706** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,017 ,007 ,000 ,001 ,983 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

soal ke1 soal ke2 soal ke3 soal ke4 soal ke5 soal ke6 soal ke7 total

total Pearson Correlation


(13)

- Uji Validasi penggunaan Hari ke-15 - Uji reabilitas pengetahuan

Test Statisticsa

soal ke 2 - soal ke 1

Z -1,000b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,317

a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.

Lampiran 8Uji Normalitas

- Karakteristik Demografi dengan Tingkat Pengetahuan Tests of Normality

jenis kelamin Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Pengetahuan

laki-laki ,252 56 ,000 ,791 56 ,000

Perempuan ,273 44 ,000 ,783 44 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Usia Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Pengetahuan

18 – 30 ,278 27 ,000 ,783 27 ,000

31 – 45 ,357 21 ,000 ,713 21 ,000

Sig. (2-tailed) ,000 ,020 ,005 ,000 ,001 ,779 ,000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(14)

46 – 60 ,265 40 ,000 ,794 40 ,000

61 keatas ,209 12 ,153 ,824 12 ,018

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

pendidikan responden

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Pengetahuan

Sd ,367 15 ,000 ,716 15 ,000

smp ,300 10 ,011 ,815 10 ,022

SMA ,309 37 ,000 ,751 37 ,000

Perguruan tinggi ,456 21 ,000 ,564 21 ,000

tidak sekolah ,257 17 ,004 ,799 17 ,002

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality pekerjaan

responden

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Pengetahuan

Pegawai ,493 24 ,000 ,466 24 ,000

wiraswasta ,286 26 ,000 ,762 26 ,000

mahasiswa ,277 11 ,018 ,799 11 ,009

lain-lain ,326 39 ,000 ,770 39 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

- Karakteristik Demografi dengan Tingkat Keyakinan Tests of Normality

jenis kelamin

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hasil keyakinan

laki-laki ,225 56 ,000 ,840 56 ,000

perempuan ,221 44 ,000 ,871 44 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

usia Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hasil keyakinan

18 – 30 ,225 27 ,001 ,839 27 ,001


(15)

46 – 60 ,233 40 ,000 ,858 40 ,000

61 keatas ,230 12 ,080 ,900 12 ,160

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality pendidikan

responden

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hasil keyakinan

Sd ,233 15 ,027 ,823 15 ,007

smp ,302 10 ,010 ,781 10 ,008

SMA ,252 37 ,000 ,840 37 ,000

Perguruan tinggi

,272 21 ,000 ,778 21 ,000

tidak sekolah ,234 17 ,014 ,889 17 ,044

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality pekerjaan

responden

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hasil keyakinan

Pegawai ,283 24 ,000 ,765 24 ,000

Wiraswasta ,262 26 ,000 ,866 26 ,003

Mahasiswa ,274 11 ,021 ,828 11 ,022

lain-lain ,209 39 ,000 ,866 39 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 9. Uji Statistik


(16)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90% Confidence Interval

Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

7,358a 6 ,289 ,280b ,206 ,354

Likelihood Ratio 7,435 6 ,282 ,350b ,272 ,428

Fisher's Exact Test

7,037 ,300b ,225 ,375

Linear-by-Linear Association

2,023c 1 ,155 ,140b ,083 ,197 ,060b ,021 ,099

N of Valid Cases 100

a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,92. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 1039640005.

c. The standardized statistic is 1,422.

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90%

Confidence Interval

Sig. 90%

Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

,001a 2 ,999 1,000b ,977 1,000

Likelihood Ratio ,001 2 ,999 1,000b ,977 1,000

Fisher's Exact Test ,051 1,000b ,977 1,000

Linear-by-Linear Association

,000c 1 1,000 1,000b ,977 1,000 ,580b ,499 ,661

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,04. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 1039640005.

c. The standardized statistic is ,000.

Chi-Square Tests Value df Asymp.

Sig.

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)


(17)

Chi-Square Tests Value df Asymp.

Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided) Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90% Confidence Interval

Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square 32,643 a

6 ,000 ,000b ,000 ,023

Likelihood Ratio

36,095 6 ,000 ,000b ,000 ,023

Fisher's Exact Test

34,141 ,000b ,000 ,023

Linear-by-Linear Association

22,315 c

1 ,000 ,000b ,000 ,023 ,000b ,000 ,023

N of Valid Cases

100

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,76.

b. Based on 100 sampled tables with starting seed 1039640005. c. The standardized statistic is 4,724.

- Karakteristik Responden dengan Tingkat Keyakinan sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

29,822a 8 ,000 ,000b ,000 ,023

Likelihood Ratio 29,512 8 ,000 ,000b ,000 ,023

Fisher's Exact Test 27,767 ,000

b

,000 ,023

Linear-by-Linear Association

,063c 1 ,802 ,840b ,780 ,900 ,430b ,349 ,511

N of Valid Cases 100

a. 6 cells (40,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,60.

b. Based on 100 sampled tables with starting seed 1039640005.

c. The standardized statistic is -,251.


(18)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90% Confidence Interval

Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

9,503a 9 ,392 ,490b ,408 ,572

Likelihood Ratio 9,058 9 ,432 ,540b ,458 ,622

Fisher's Exact Test

9,013 ,470b ,388 ,552

Linear-by-Linear Association

4,712c 1 ,030 ,030b ,002 ,058 ,020b ,000 ,043

N of Valid Cases 100

a. 7 cells (43,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,20. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 805840992.

c. The standardized statistic is -2,171.

Chi-Square Tests

Value df Asymp.

Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided) Sig. 90% Confidence

Interval

Sig. 90%

Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

2,988a 3 ,393 ,460b ,378 ,542

Likelihood Ratio 3,019 3 ,389 ,470b ,388 ,552

Fisher's Exact Test

2,935 ,460b ,378 ,542

Linear-by-Linear Association

,148c 1 ,701 ,750b ,679 ,821 ,420b ,339 ,501

N of Valid Cases 100

a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 805840992.


(19)

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90%

Confidence Interval

Sig. 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

16,578a 12 ,166 ,180b ,117 ,243

Likelihood Ratio 17,886 12 ,119 ,220b ,152 ,288

Fisher's Exact Test 15,629 ,220b ,152 ,288

Linear-by-Linear Association

,352c 1 ,553 ,610b ,530 ,690 ,380b ,300 ,460

N of Valid Cases 100

a. 12 cells (60,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 805840992.

c. The standardized statistic is -,593.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90% Confidence Interval Sig . 90% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Pearson Chi-Square

14,838a 9 ,095 ,120b ,067 ,173

Likelihood Ratio 14,521 9 ,105 ,140b ,083 ,197

Fisher's Exact Test 13,898 ,120b ,067 ,173

Linear-by-Linear Association

2,730c 1 ,098 ,130b ,075 ,185 ,04

0b

,008 ,072

N of Valid Cases 100

a. 7 cells (43,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,10. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 805840992.


(20)

Chi-Square Tests Value df Asymp.

Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (2-sided)

Monte Carlo Sig. (1-sided)

Sig. 90% Confidence Interval

Sig. 90% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Lower Bound

Upper Bound

Pearson Chi-Square

13,394a 6 ,037 ,040b ,008 ,072

Likelihood Ratio 13,141 6 ,041 ,050b ,014 ,086

Fisher's Exact Test 12,779 ,050b ,014 ,086

Linear-by-Linear Association

6,406c 1 ,011 ,000b ,000 ,023 ,000b ,000 ,023

N of Valid Cases 100

a. 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,60. b. Based on 100 sampled tables with starting seed 1905543110.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abimbola, I. O. 2013. Knowledge and practices in the use of antibiotics among a

group of Nigerian university students. International Journal of Infection Control. 9 (7), 1-8.

Ambada, PS. 2013.Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada Masyarakat

Kecamatan X Kabupaten X. Jurnal.Surakarta: Fakulas Farmasi Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Halaman 1-16.

Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Halaman 76. Baltazar, F., Azevendo, M.M.,Pinheiro C., Yaphe J. 2009.Portuguese

StudentKnowledge of Antibiotics : a Cross-Sectional Study of Secondary School and University Studen in Braga. Journal.1-6 BMC Public Health,

Portugal.

Center for diseases Control and Prevention. 2010. Get Smart. Know When Antibiotics Work: CDC Available from: Diakses tanggal 26 November 2015.

Dahlan, S. 2011.Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriftif, Bivariat, Multivariat. Edisi V. Jakarta : Salemba Medika. Halaman : 21-30.

DiazGranadoz, CA., Carlo, DM., MC Gowan JE. 2008. Antimicrobial Resistant International Control Strategies, with a Focus on limited-resource setting, int. Antimicrobial Agents. Journal. NCBI PubMed, US. 32:1-9

Fernandez, M. A. B., 2013. Studi Pengunaan Antibiotik Tanpa Resep di Kabupaten Manggarai dan Manggara Barat – NTT.Jurnal. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya. Halaman 3-10.

Fithriya, S. 2014. Hubungan Karakteristik Orang Tua dengan Pengetahuan

Dalam Pemberian Antibiotik pada Anak di Dusun Sonotengah Kabupateng Malang.Jurnal. Jakarta: Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Halaman 68-70.

Harvey, R. F., MichelleA. Clark, Richard Finkel, Jose A. Rey, and Karen Whalen.Pharmacology.Fifth Edition. New Jersey: Lippincott’s William and Wilkins. Halaman 369-380.

Hauser, R. A., 2007. Antibiotics Basic for Clinicians. Choosing the Right

Antibacterial Agent.New Jersey: Lippincott’s William and Wilkins.

Halaman 678-690.

Katzung, B. G., Master, S. B., Trevor A. J. 2012. Basic and Clinic Pharmacology 12th Ed.McGraw-Hill Education.Halaman 1245.


(22)

Keyakinan dan Kepercayaa

Lemeshow, S., Hormer, D. W., Klar, J., dan Lwangsa S.K. 1997.Bedar Sampel

dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Halaman 54.

Lim, K. K., Teh, C. C. 2012. A Cross Sectional Study of Public Knowledge and Attitude towards Antibiotics in Putrajaya, Malaysia.Southern Med Review.5 (2), 26-33.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Indonesia Peringat Ke-8 Kebal

Obat di Dunia. Availabl

com/home/indonesiaperingat- ke-8-kebal obat-di-dunia/5414. Diakses tanggal 25 Februari 2015.

Moorthy, YT. 20014. Gambaran Pengetahuan Masyarakat terhadap Penggunaan

Antibiotik. Jurnal. Medan: USU Press.Halaman1.

Mosby. 1995. Antibiotics In: Robin Carter. Mosby’s Pharmacology Nursing. 19th Ed. St. Louis: Nancy Coon. Halaman 1071-1100.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi V. Buku Ajar Farmakologi dan

Toksikologi.ITB. Bandung. Halaman 899-912.

National Health Service. 2012.Antibiotic

Penis

Neal, M. J. 2006.Obat Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat. In: Amalia, S. At a Glance Farmakologi Medis. 5th Ed. Jakarta: Erlangga. Halaman 80-85.

Norris, P., Chong, C.E., Chou, A., Hsu T.H., Lee, C.C., Wang, Y., 2009,

Knowledge and reported use of antibiotics amongst school-teachers in New Zealand, www.pharmacypractice.org,Pharmacy Practice (Internet) 2009

Oct-Dec;7(4):238-241.

Notoatmojo s. 2007. Metodologi Penelitan Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 67-69.

Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta. Pedoman Skripsi& Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Buku. Penerbit Salemba Medika. Halaman 1-3.

Olson, J., M. D., Ph. D. 1995. Zat Anti-Infeksi. In: dr. Lydia I. Mandera. Belajar

Mudah Farmakologi. Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam

Terbitan (KDT). Jakarta: EGC. Halaman 122-137.

Pavyde, E., Veikutis, V., Machiulien, A., Maciulis, V., Petrikonis, K., Stankevicus, E., 2015. Public Knowledge, Beliefs and Behavior on


(23)

Antibiotic use and Self-medication Lithunia.Int. J. Environ. Res. Public

Health.12: 7002-7003.

Pratama, MA. Tingkat Pengetahuan Mayarakat terhadap Pengetahuan Antibiotik

di Kelurahan Sukamaju Kecamatan Medan Johor Kotamadya Medan.Jurnal. Medan: Fakultas Kedokteran USU. Halaman 122-30.

Safera, R. 2015. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Belief Siswa. Tersedia dari: http://digilib.unilaa.ac.id/7186/

Setiabudy, R., Gunawan, S. G., Nafrialdi dan Elysabeth. 2009. Antimikroba. In: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Fifth Edition. Farmakologi dan Terapi.Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Halaman 59.

Situmorang S. H., Dalimunthe, D. M. J., Iskandar, M. L., dan Syahyunan (2008).

Analisi Data Penelitian. Medan: USU Press. Halaman 34-40.

Suhardi. 2009. Konsep Pengetahuan. Edisi IV. Yogyakarta. Remaja Rosdakarya. Halaman 1, 24-26.

Tarigan, C. 2014. Perilaku Pemilihan Pemula pada Pemilihan Umum Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus : Kelurahan Selayang II). Jurnal. Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Halaman 32-36.

Toraya, AN., Dewi, KM., Susanty, Y. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuantentang Penggunaan Antibiotik.Jurnal. Badung: Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Bandung. Halaman 91-92.

Trihendradi. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik : Menggunakan

SPSS 19. Yogyakarta: ANDI. Halaman 223.

Utami, R. E. 2012. Antibiotika, Resistensi dan Rasionalitas Terapi.Jurnal. Malang: Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Maulana Malik Malang. Halaman 1, 124-138.

Wattimena, J. R., Sugiarso, N. C., Widianto, M. B., Sukandar, N. E., Soemadji, A. A., Setiadi, A. R., 1991. Farmakodinamika dan Terapi Antibiotik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 1, 60-62,

74-76, 119-12, 128-129.

Widayati, A., Suryawati, S., Crespigny, C., Hiller, J., E. 2012.Knowledge and beliefs about antibiotics among people in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey.Antimicrob Resist Infect Control. 1 (1): 38, BMC.


(24)

Widodo, R. S. Si. Apt. 2004. Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan

Obat. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Halaman 109-112.


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode cross

sectionalyang didukung oleh data primer berupa data yang diperoleh langsung

melalui pengisian kusioner yang dijawab oleh responden.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan agustus 2015.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data penelitian bertempat di Kelurahan Padang Bulan Selayang II melalui pengisian kuisioner oleh responden secara langsung.Kelurahan Padang Bulan Selayang II merupakan salah satu dari 6 kelurahan yang di kecamatan Medan Selayang.Merupakan Kelurahan terluas dengan luas 700 Ha, Kelurahan ini terdiri dari 17 lingkungan dengan jumlah penduduk yakni 26.091 jiwa (Tarigan, 2014).

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti (Notoatmojo, 2005). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria inklusi.


(26)

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a. masyarakat yang pernah menggunakan antibiotik . b. masyarakat yang berusia 18 tahun keatas

c. masyarakat yang dapat berkomunikasi dengan baik.

Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun kriteria ekslusi yang dimaksud adalah: a. masyarakat yang tidak bersedia menjawab kuesioner

b. masyarakat yang tidak menjawab kuesioner secara lengkap. c. Tenaga Kesehatan

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sampel minimal (Lameshow, 1997).

n = z21 – α/2p( 1– p)

d2

keterangan: n = jumlah sampel minimal Z1-α/2 = derajat kemaknaan

p = proporsi konsumen d = tingkat presisi/deviasi

dengan persen kepercayaan yang diinginkan 90%; Z1-α/2= 1,645; p = 0,5; dan d =

0,1 maka diperoleh besar sampel minimal:

n = 1,6452 x 0,5 (1-0,5) = 67,65 orang = 70 orang 0,12

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden yang pernah melakukan pengobatan dengan antibiotik diKelurahan Padang Bulan Selayang II. Kuesioner terdiri dari 4 bagian yaitu:


(27)

a. data demografi berupa biodataresponden yang terdiri dari 4 poin, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan.

b. pengetahuan responden terdiri dari 10 poin pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenaipengertian antibiotik, indikasi, aturan minum, batas penggunaan obat, efek samping, dan golongan antibiotik.

c. keyakinanresponden terdiri dari 3 poin pernyataan meliputi sikap responden dalam menyikapi antibiotik.

d. penggunaan antibiotik terdiri dari 7 poin pertanyaan meliputi pola penggunaan antibiotik pada responden.

3.6 Penilaian Pengetahuan, Keyakinan dan Penggunaan 3.6.1 Penilaian Pengetahuan

Pada penlaian pengetahuan terdapat 10 (sepuluh) soal pertanyaan, setiap jawaban yang benar pada kuesioner diberi nilai 1, jawaban yang salah dan tidak tahu diberi nilai 0. Menurut Riduan yang dikutip oleh Simanjuntak (2011), skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan :

a. baik, bila responden menjawab 8-10 pertanyan dengan benar (>80-100%). b. cukup, bila responden menjawab 4-7 pertanyan dengan benar (60-80%). c. kurang, bila responden menjawab 0–3 pertanyan dengan benar (<60%). 3.6.2 Penilaian Keyakinan

Setiap pernyataan tidak setuju akan diberi nilai 1, dan pernyataan setuju akan diberi nilai 0.

Skala pengukuran untuk keyakinan dapat dikategorikan : a. baik, bila menjawab tidak setuju 3 pernyataan


(28)

d. buruk, bila menjawab setuju ke 3 pernyataan 3.6.3 Penilaian Penggunaan

Kuesioner ini terdiri dari 7 pertanyaan terkait penggunaan antibiotik, pada pertanyaan 1, 5 dan 6, setiap jawaban “ya” diberi skor 1 dan setiap jawaban“tidak” diberi skor 0. Pada pertanyaan nomor 2, 3, 4, dan 7 setiap jawaban “a” diberi skor 1, jawaban “b” diberi skor 2, jawaban “c” diberi skor 3, jawaban “d” diberi skor 4, jawaban “e”diberi skor 5, dan jawaban “f” diberi skor 6.

3.7 Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya di dalam penelitian, terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Uji ini dilakukan pada minimal 30 orang yang tidak termasuk responden tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden di lokasi penelitian (Notoatmojo, 2010).

3.7.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampuuntuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut(Situmorang, dkk., 2008).

Dalam penelitian ini, kuesioner telah divalidasi sebanyak 2 kali. Pada uji pertama hasil uji validasi menunjukkan ada beberapa soal memiliki nilai p value> (0,05) dan dinyatakan tidak valid (lampiran 2), sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam struktur kalimat untuk memudahkan responden lebih memahami isi dari pertanyaan. Kalimat yang tidak jelas akan menyulitkan responden, sehingga jawaban yang diberikan dapat menyebabkan kuesioner menjadi tidak valid. Pada uji ke dua menunjukkan nilai p value<0,05 pada seluruh butir


(29)

pertanyaan, yang berarti terdapat korelasi antara variabel butir soal 1 hingga 10 dengan variabel total sehingga seluruh pertanyaan dinyatakan valid.

3.7.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel.Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu.Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya suatu variabel dilakukan uji statistik dengan melihat nilai wilxocon rank test, dimana syarat reliabilitas adalah

p value> α (0,05) (Situmorang, dkk., 2008).

Pada penelitian ini, uji reabilitas dilakukan dengan metode uji ulang (Test

retest), yaitu pengujian keandalan dengan memberikan kuesioner yang sama

kepada seorang responden dengan waktu yang berbeda.Dari hasil uji reabilitas didapatkan nilai wilxocon rank test menunjukkan pvalue>0,05 pada seluruh butir pertanyaan yang berarti seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel.

3.8 Langkah Penelitian

a. meminta rekomendasi Wakil Dekan I Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitiai di Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

b. menghubungi Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medanuntuk mendapat izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas.

c. memberikan surat pengantar dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan kepada Kelurahan Padang Bulan Selayang II untuk mendapatkan izin melakukan penelitian.


(30)

e. mengumpulkan data hasil pengisian kuesioner dari seluruh responden.

f. menganalisis data dan informasi yang diperoleh, hingga diperoleh suatu kesimpulan.

3.9 Teknik pengolahan data

a. Editing, yaitu data yang sudah terkumpul diperksa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

b. Coding (pengkodean data), setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka yaitu dengan cara memberikan kode pada setiap variabel.

c. Imput data, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam IBM SPSS Statistic 21.0.

d. Cleaning data, setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap dianalisis. Proses pembersihan data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang sudah di entry.

3.10Analisis Data

Pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program statistical package for

social sciences( SPSS ). Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan.

3.10.1 Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2007). Dimana analisis


(31)

univariat dengan statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik sosiodemografi, tingkat pengetahuan, tingkat keyakinan dan penggunaan antibiotik.

3.10.2 Analisis bivariate

Analisis yang digunakan adalah Uji kai kuadrat dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variable.Uji kai kuadrat dapat dilakukan bila syarat ujinya terpenuhi, yaitu tidak lebih dari 20% sel yang memiliki nilai harapan kurang dari 5.Penarikkan kesimpulan dilakukan berdasarkan nilai p dari PearsonChi-Square (Trihendradi,2011).Apabila syarat uji kai kuadrat tidak terpenuhi, maka digunakan uji mutlak Fisher (Hastono & Sabri, 2010). Penarikan kesimpulan pada uji mutlak Fisher dilakukan berdasarkan nilai p dari Fisher’sExact Test yang terdapat pada kolom Exact Sig.(2-sided) (Dahlan,2011).Apabila diperoleh nilai p< α, baik dari uji kai kuadrat ataupun uji mutlak Fisher, maka dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variable yang diuji.(Dahlan,2011). Sebelum di analisis data awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan.


(32)

3.11Definisi Operasional

Definisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.Tabel Definisi Operasional Kuisioner penelitian Variabel Defenisi

operasional Cara ukur Alat ukur Parameter Jenis kelamin

Jenis kelamin dari subyek

Observasi Lembar kuesioner

a. laki-laki b. perempuan

Umur total lama waktu

hidup subyek

Observasi Lembar kuesioner

a. 18 - 30 tahun b. 31 – 45 tahun c. 46 – 60 tahun e. diatas 61 tahun Pendidikan

terakhir

Jenjang pendidikan dari subyek

Observasi Lembar kuesioner a.SD b.SMP c.SMA d.perguruantinggi e.tidak sekolah Jenis pekerjaan Aktifitas mata pencarian subyek

Observasi Lembarku esioner a.pegawai b.wiraswasta c.mahasiswa d.lain-lain Tingkat Pengetahuan Pengetahuan

responden mengenai Antibiotik

Observasi Lembar kuesioner a.baik >80% b.cukup 60-80% c.kurang<60% Tingkat Keyakinan Keyakinan responden mengenai antibiotik

Observasi Lembar kuesioner

a.baik 3 b.cukup 2 c.kurang 1 d.buruk 0 Penggunaan Penggunaan antibiotik

responden

Observasi Lembarku esioner


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Demografi Responden

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II, dengan data demografi responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan. Berikut gambaran distribusi frekuensi dari karakteristik responden pada Tabel 4.1

Tabel 4.1Distribusi frekuensi karakteristik responden

Variabel Jumlah

(N = 100)

Persentase (%) Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan 56 44 56 44 Umur

18 – 30 tahun 31 – 45 tahun 46 – 60 tahun 61 tahun keatas

27 21 40 12 27 21 40 12 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak Sekolah 15 10 37 21 17 15 10 37 21 17 Pekerjaan Pegawai Wiraswasta Mahasiswa Lainnya 24 26 11 39 24 26 11 39

Total 100 100

Sebanyak 100 orang responden terlibat dalam penelitian ini. Pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, yang terbanyak adalah laki – laki sebanyak 56 responden (56%) sedangkan pada perempuan sebanyak 44 responden (44%). Berdasarkan usia, yang terbanyak adalah responden dengan usia


(34)

antara 46 – 60 tahun sebanyak 40 responden (40%). Berdasarkan pendidikan terakhir yang terbanyak adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 37 responden (37%).Berdasarkan pekerjaan, responden yang terbanyak adalah ibu rumah tangga, petani, pensiunan, dan tidak bekerja (di dalam tabel disebut sebagai lainnya) sebanyak 39 responden (39%).Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1.

4.2 Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Antibiotik

Untuk pengujian tingkat pengetahuan, dibuat beberapa pertanyaan pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan umum mengenai antibiotik.Hasil ini berguna sebagai informasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan respoden mengenai antibiotik. Berikut gambaran distribusi tingkat pengetahuan responden pada Tabel 4.2

Tabel 4.2Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang antibiotik

Kategori Jumlah Persentase (%)

Baik 41 41

Cukup 43 43

Kurang 16 16

Total 100 100

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, mayoritas responden terdapat pada kategori pengetahuan cukup sebanyak 43 responden (43%).Sedangkan pada kategori baik 41 responden (41%), dan kategori kurang 16 responden (16%).Hasil tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Selayang II tergolong cukup.


(35)

Tabel 4.3 Distribusi jawaban pengetahuan responden mengenai Antibiotik

No Pertanyaan Benar

(%)

Salah (%)

Tidak tahu (%) 1 Antibiotik digunakan untuk

mengobati infeksi bakteri

77 (77) 16 (17) 7 (7) 2 Antibiotik digunakan untuk

mengobati infeksi oleh virus

28 (28) 60 (60) 12 (12) 3 Indikasi Antibiotik 37 (37) 56 (56) 7 (7) 4 antibiotik dapat menimbulkan efek

samping

26 (26) 55 (55) 19 (19) 5 Penggunaan antibiotik yang tidak

sesuai menyebabkan resistensi

54 (54) 32 (19) 14 (15) 6 Antibiotik harus sesuai petunjuk

dokter

62 (62) 22 (22) 16 (16) 7 Aturan pakai antibiotic 57 (57) 33 (33) 10 (10)

8 Waktu Minimal penggunaan

antibiotic

43 (43) 30 (30) 27 (27) 9 Antibiotik dapat diminum satu butir

jika diperlukan

73 (73) 12 (12) 15 (15)

10 Golongan obat 68 (68) 14 (14) 18 (18)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 77% responden mengetahui antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri tetapi lebih dari setengah responden tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak bekerja untuk melawan infeksi virus (60%). 56% responden beranggapan antibiotik dapat mengobati flu (batuk/pilek), penurun panas/ pnghilang nyeri dan cukup sedikit responden yang menjawab untuk mengobati TBC (37%). 55% responden tidak mengetahui bahwa antibiotik antibiotik dapat menimbulkan efek samping. 54% responden mengetahui antibiotik dapat menyebabkan resistensi. 62% responden mengetahui bahwa antibiotik harus sesuai petunjuk dokter. 57% responden mengetahui bahwa antibotik harus dihabiskan, sementara kurang dari setengah reponden mengetahui waktu minimal penggunaan antibiotik (43%). 73% responden mengetahui bahwa antibiotik tidak dapat diminum satu butir jika


(36)

diperlukan dan 68% responden mengetahui golongan antibiotik yang merupakan obat keras.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Lim dan Teh (2012) di Putrajaya, Malaysia yang menyebutkan bahwa mayoritas responden beranggapan antibiotik dapat mengobati virus (83%), mayoritas tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak dapat mengobati batuk dan flu (82%), sementara setengah dari mereka (52,1%) tidak mengetahui bahwa antibiotik dapat menimbulkan banyak efek samping. Penelitian lain yang dilakukan di Malang juga menyebutkan 56,5% responden beranggapan antibiotik dapat mengobati virus, 71,1% responden beranggapan antibiotik dapat mengobati demam, sementara sekitar 47,8% tidak mengetahui bahwa antibiotik dapat menimbulkan efek samping dan sebanyak 80,4% responden mengetahui antibiotik dapat menyebabkan resistensi (Fithriya, 2014).

Penelitian yang dilakukukan oleh Fernandez (2013) di NTT menyebutkan bahwa mayoritas responden beranggapan antibiotik dapat diminum satu butir jika diperlukan (57,41%), mayoritas mengetahui antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri (87,96%), dan mayoritas responden beranggapan antibiotik digunakan untuk penurun demam (41,67%).

4.3 Keyakinan Responden Tentang Antibiotik

Untuk pengujian keyakinan,menggunakanpernyataan untuk mengetahui sejauh mana responden yakin terhadap antibiotik. pernyataantersebut dapat berupa sikap yang ditunjukkan oleh responden saat merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya sudah mencapai kebenaran dalam menggunakan antibioik. Berikut gambaran distribusi tingkat keyakinan responden pada Tabel 4.4


(37)

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat keyakinan responden tentang antibiotik

Kategori Jumlah Persentase (%)

Baik 26 26

Cukup 38 38

Kurang 26 26

Buruk 10 10

Total 100 100

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, mayoritas keyakinan responden terdapat pada kategori cukup sebanyak 38 responden (38%).Sedangkan pada kategori baik 26 responden (26%), dan kategori kurang 26 responden (26%), dan kategori buruk 10 responden (10%).Hasil tersebut menggambarkan bahwa tingkat keyakinan masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Selayang II tergolong cukup. Tabel 4.5 Distribusi jawaban keyakinan responden tentang antibiotik

No Pernyataan Setuju (%) Tidak

Setuju (%) 1 Saya percaya antibiotik dapat menyembuhkan

segala penyakit

29 (29) 71 (71) 2 Saya percaya dengan menuangkan serbuk

antibiotik pada kulit yang terluka dapat menyembuhkan luka dengan cepat

40 (40) 60 (60)

3 Saya percaya antibiotik dapat mencegah penyakit menjadi lebih buruk

49 (49) 61 (61)

Tabel 4.5 menunjukkan kurang dari setengah responden percaya bahwa antibiotik dapat menyembuhkan segala penyakit (29%), menuangkan serbuk antibiotik diatas kulit yang terluka dapat menyembuhkan luka dengan cepat (40%), dan sekitar setengah dari responden percaya bahwa antibiotik dapat mncegah penyakit menjadi lebih buruk/parah (49%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta, yang menunjukkan bahwa cukup sedikit responden percaya bahwa antibiotik dapat menyembuhkan segala penyakit (40%), menuangkan serbuk antibiotik pada kulit yang terluka dapat menyembuhkan luka


(38)

dengan cepat (37%), tetapi cukup banyak responden percaya antibiotik mencegah penyakit menjadi lebih buruk/parah (74%). Bukti tersebut menunjukkan bahwa kesalahpahaman seperti mengenai efek terapi antibiotik memang ada di kalangan masyarakat umum, informasi yang tidak konsisten ada dalam pengetahuan masyarakat tentang efek terapi antibiotik sehingga menimbulkan berbagai asumsi baru (Widayati, 2012).

4.4 Penggunaan Antibiotik Responden

Untuk pengujian penggunaan dibuat beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk melihat apakah penggunaan antibiotik pada responden selama ini sudah tepat secara indikasi maupun penggunaannya. Berikut gambaran distribusi pengetahuan responden pada Tabel 4.6


(39)

Tabel 4.6 Distribusi jawaban responden tentang penggunaan Antibiotik

No Variabel

Jumlah (N=100)

Persentase (%) 1. Apakah anda pernah menggunakan antibiotik

a. Ya 100 100

2. Alasan anda mengambil/meminum antibiotik a. Flu

b. sakit kepala c. demam

d. sakit tenggorokan e. sakit kepala f. penyakit lain

29 7 10 19 15 20 29 7 10 19 15 20 3. Bagaimana anda memperoleh antibiotik tersebut

a. sisa antibiotik

b. diberi oleh orang lain c. membeli langsung d. dokter/puskesmas/RS 13 9 51 27 13 9 51 27 4. tempat memperoleh antibiotik

a. apotek b. warung c. toko obat

d. dokter/puskesmas/RS e. Lainnya 62 5 7 22 4 62 5 7 22 4 5 Memperoleh informasi aturan minum

a. Ya b. Tidak 60 40 32 68 6 Apakah antibiotik tersebut diminum sampai

habis a. Ya b. Tidak 53 47 68 32 7 Jenis antibiotik yang di gunakan

a. amoksisilin b. penisilin c. kloramfenikol d. kotrimoksazol e. lainnya 54 6 3 10 27 54 6 3 10 27 Berdasarkan hasil penilaian kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini, jenis penyakit yang diobati oleh responden dengan antibiotik yang terbanyak menjawab flu, diikuti oleh penyakit lain, sakit tenggorokan, demam dan sakit kepala. Antibiotik yang digunakan responden lebih banyak dibeli secara langsung di apotek dikarenakan menurut responden sudah tau antibiotik yang digunakan, ingin menghemat biaya konsultasi dokter sehingga tidak memiliki


(40)

resep dokterdan dikarenakan apotek adalah tempat yang banyak menjual obat-obatan untuk segala jenis penyakit, obat-obat yang dijual diapotek lebih dapat dipercaya mutu dan keaslianya, sehingga apotik lebih dipilih sebagai tempat pembelian obat.

Untukpemberian informasi saat pembelian antibiotik, baik dalam pelayanan resep maupun pelayanan swamedikasi persentase terbanyak responden menjawab mendapat informasi penggunaan antibiotik pada saat pembelian, tetapi beberapa responden menjawab tidak mendapatkaninformasi saat pembelian, menurut responden petugas kesehatan hanya memberi obat yang diminta responden tanpa diberi informasi. pemberian informasi obat sangat penting terutama untuk obat dengan golongan keras seperti antibiotik untuk memastikan pasien menggunakan obat dengan benar sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai.

Untuk penggunaan antibiotik, persentase responden menjawab menghabiskan obat yang digunakan tetapi masih cukup banyak responden yang menjawab tidak menghabiskan antibiotiknya dikarenakan merasa sudah cukup sehat.Untuk jenis antibiotik yang gunakan, mayoritas responden menjawab menggunakan amoksisilin, diikuti dengan antibiotik lainnya, kotrimoksazol, penisilin, dan yang terakhir kloramfenikol.

Masalah ketidaktepatan dalam penggunaan antibiotik akan mengakibatkan terjadinya resistensi bakteri. ketersediaan antibiotik untuk pengobatan sendiri dapat meningkat mencakup penggunaan oral maupun topikal. Pemakaian antibiotik yang tidak perlu dapat mengakibatkan masyarakat menggunakan obat dengan indikasi yang tidak jelas, sehingga dapat memberikan kontribusi perkembangan resisten antimikroba.Penyalahgunaan antibiotik termasuk,


(41)

kegagalan dalam terapi, over dosis atau penggunaan kembali antibiotik yang tersisa, dapat berpotensi membuat lingkungan sekitar menjadi resisten dengan antibiotik tersebut (Granadoz et al, 2009).Seperti halnya penggunaan antibiotik pada flu, dimana flu merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang bersifat self limiting disease yang artinya dapat sembuh dengan sendirinya karena adanya sistem imunitas tubuh.Sehingga penggunaan antibiotik sebenarnya tidak perlu diberikan apabila tidak disertai radang maupun demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta oleh bakteri.tingkat kesadaran responden rendah mengenai antibiotik, oleh karena itu apoteker berperan memberikan edukasi dan konseling tentang pengendalian resisten antibiotik kepada tenaga kesehatan, konsumen, maupun keluarga konsumen. Edukasi dan konseling bisa dilakukan di apotek pada saat konsumen membeli antibiotik.Setelah di berikan konseling dilakukan evaluasi pengetahuan pasien untuk memastikan pasien memahami informasi yang telah diberikan (Fernandez, 2013).

4.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan.Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametrik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7


(42)

Tabel 4.7Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan (n=100)

Variabel Tingkat Pengetahuan (%) P

Value

Baik Cukup Kurang Jenis Kelamin :

Laki – laki Perempuan 23 (41,1) 18 (40,9) 24 (42,9) 19 (43,2) 9 (16,1) 7 (15,9) 1,000 Usia :

18 – 30 tahun 31- 45 tahun 46 – 60 tahun >61 tahun 12 (44,4) 12 (57,1) 14 (35,0) 3 (25,0) 10 (37,0) 8 (38,1) 20 (50,0) 5 (41,7) 5 (18,5) 1 (4,8) 6 (15,0) 4 (33,3) 0,300 Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 (17,6) 2 (13,3) 2 (20,0) 18 (48,6) 16 (76,2) 7 (41,2) 11 (73,3) 6 (60,0) 16 (43,2) 3 (14,3) 7 (41,2) 2 (13,3) 2 (20,0) 3 (8,1) 2 (9,5) 0,000 Pekerjaan : Pegawai Wiraswasta Mahasiswa Lain – lain

20 (83,3) 11 (42,3) 6 (45,5) 4 (12,8) 2 (8,3) 13 (50,0) 4 (36,4) 24 (61,5) 2 (8,3) 2 (7,7) 1(18,2) 11 (25,6) 0,000

Pada perbandingan kategori jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dapat dilihat perbandingan tingkat pengetahuan di antara kedua kategori tersebut tidak begitu jauh. Hasil korelasi antara jenis kelamin dan pengetahuan diperoleh nilai signifikanP1,000(>0,1) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan tingkat pengetahuan.

Pada korelasi kategori usia dengan tingkat pengetahuan, usia 31-41 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Hasil korelasi antara usia dengan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,300 (>0,1) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan tingkat pengetahuan.

Pada korelasi pendidikan terakhir dengan tingkat pengetahuan, menunjukkan bahwa pendidikan terakhir perguruan tinggi mempunyai tingkat


(43)

pengetahuan yang lebih baik, diikuti oleh pendidikan terakhir SMA, SMP dan yang terendah adalah SD dan tidak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang mereka dapat. Menurut Suhardi (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya adalah pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang didapat. Hasil korelasi antara pendidikan terakhir dengan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,000 (<0,1) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan tingkat pengetahuan.

Pada korelasi pekerjaan dengan tingkat pengetahuan, menunjukkan bahwa pegawai mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Hasil korelasi antara pekerjaan dengan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,000 (<0,1) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan responden dengan tingkat pengetahuan. Pada hubungan tingkat pengetahuan dengan pekerjaan, memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi, dan hal ini tentu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Investisia, 2013).

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dari keempat karakteristik responden tersebut hanya karakteristik pendidikan terakhir dan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai antibiotik Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Singgih Putra Ambada (2013) di Surakarta, yang menunjukkan bahwa kategori pendidikan terakhir dan


(44)

pekerjaan responden mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang antibiotik.

4.6 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Keyakinan

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik responden dengan tingkat keyakinan.Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametrik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan tingkat keyakinan

Karakteristik keyakinan (%) P

Baik Cukup Kurang Buruk Jenis Kelamin :

Laki – laki Perempuan 13 (23,2) 13 (29,5) 23 (41,1) 14 (31,8) 23 (41,1) 14 (31,8) 7 (12,5) 3 (6,8) 0,460 Usia :

18 – 30 tahun 31- 45 tahun 46 – 60 tahun 61 tahun keatas

11 (40,7) 5 (23,8) 8 (20,0) 2 (16,7) 8 (29,6) 9 (42,9) 18 (45,0) 2 (16,7) 6 (22,2) 5 (23,8) 10 (25,0) 6 (50,0) 2 (7,4) 2 (9,5) 4 (10,0) 2 (16,7) 0,470 Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 (11,8) 3 (20,0) 2 (20,0) 10 (27,0) 9 (42,9) 4 (23,5) 6 (40,0) 7 (70,0) 13 (35,1) 7 (33,3) 9 (52,9) 4 (26,7) 0 (0,0) 11 (10,0) 3 (14,3) 2 (11,8) 2 (13,3) 1 (10,0) 3 (8,1) 2 (9,5) 0,180 Pekerjaan : Pegawai Wiraswasta Mahasiswa Lain – lain

10 (41,7) 5 (19,2) 4 (36,4) 7 (17,9) 6 (25,0) 15 (57,7) 4 (36,4) 12 (17,9) 5 (20,8) 4 (15,4) 2 (18,2) 16 (41,0) 3 (12.5) 2 (7,7) 1 (9,1) 4 (10,3) 0,120

Pada Tabel 4.8 perbandingan kategori jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dapat dilihat perbandingan keyakinan tentang antibiotik diantara keduanya.Pada kategori perempuan memiliki tingkat keyakinan yang lebih baik dari laki-laki, hasil korelasi antara jenis kelamin dan pengetahuan diperoleh nilai


(45)

signifikan P0,460. Pada korelasi kategori usia dengan tingkat pengetahuan, usia 18-30 tahun mempunyai tingkat keyakinan yang baik, hasil korelasi antara jenis kelamin dan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,470. Pada korelasi pendidikan terakhir dengan tingkat keyakinan, menunjukkan bahwa pendidikan terakhir perguruan tinggi mempunyai tingkat keyakinan yang lebih baik, hasil korelasi antara jenis kelamin dan pengetahuan diperoleh nilai signifikan

P0,180.Pada korelasi pekerjaan dengan tingkat keyakinan, menunjukkan bahwa

pegawai mempunyai keyakinan yang lebih baik, hasil korelasi antara pekerjaan dengan keyakinan diperoleh nilai signifikanP 0,120. Nilai ke empat karakteristik tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan tingkat keyakinan dimana nilai p > (0,1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan) tidak mempengaruhi tingkat keyakinan mengenai antibiotik..

4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Keyakinan Responden tentang Antibiotik

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan tingkat keyakinan.Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametrik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan responden dengan tingkat keyakinan

hasil keyakinan P

Baik cukup Kurang buruk Hasil

Pengetahuan

Baik 15 (36,6) 16 (39,0) 6 (14,6) 4 (9,8)

Cukup 8 (18,6) 19 (44,2) 14 (32,6) 2 (4,7) 0,050 Kurang 3 (18,8) 3 (18,8) 6 (37,5) 4 (25,0)


(46)

Pada Tabel 4.9 berdasarkan hubungan pengetahuan dengan keyakinan antibiotik pada responden menunjukkan bahwa persentase tertinggi responden ada pada pengetahuan cukup dengan keyakinan cukup sebanyak 44,2%. Dengan nilai signifikan P0,014< (0,1). Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keyakinan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden dapat mempengaruhi keyakinan responden mengenai antibiotik.Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aris Widayati (2012) di Yogyakarta, yang menyatakan hubungan antara pengetahuan dan keyakinan menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik dapat mengurangi kesalahpahaman masyarakat dalam meyakini keefektivitas antibiotik dan membuat masyarakat lebih sadar akan efek penggunaan antibiotik yang tidak tepat.


(47)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : a. tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik tergolong cukup. b. tingkat keyakinan masyarakat mengenai antibiotik tergolong cukup.

c. Perilaku masyarakat terkait penggunaan antibiotik, ditemukan bahwa antibiotik yang paling sering dibeli diapotek adalah amoksisilin, jenis penyakit yang paling sering diobatiadalah flu, sebagian responden tidak mendapatkan informasi tentang aturan minum antibiotik dan sebagian responden tidak menghabiskan antibiotik yang digunakan.

d. karakteristik pendidikan dan pekerjaan masyarakat mempengaruhi tingkat pengetahuan (p>0,1).

e. karakteristik masyarakat (jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan) tidak mempengaruhi tingkat keyakinan (p>0,1).

f. Tingkat pengetahuan masyarakat tidak mempengaruhi tingkat keyakinan (p >0,1).

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan untuk dilakukan kegiatan konseling dan penyuluhan atau promosi penggunaan antibiotik yang benar kepada masyarakat untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan keyakinan masyarakat sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman dalam menggunakan atibiotik.


(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotik

2.1.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy,dkk., 2009).

2.1.2 Aktivitas dan Spektrum

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik; dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudy,dkk., 2009).

Selain dari sifat aktivitasnya, antibiotik dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu antibiotik narrow spectrum, seperti isoniazid karena hanya aktif terhadap mikrobakteri, kedua extended spectrum, misalnya ampisilin karena bertindak terhadap bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram negatif dan yang ketiga broad spectrum, seperti tetrasiklin dan kloramfenikol mempengaruhi berbagai


(49)

spesies mikroba. Di samping itu, antibiotik broad spectrum cenderung menimbulkan superinfeksi oleh kuman seperti Clostridium difficile (Harvey, 2012).

2.1.3 Golongan Antibiotik

Ada beberapa golongan – golongan besar antibiotik, yaitu : a. Penisilin

Penisilin pertama kali diisolasi dari jamur Penicillium pada

tahun 1949. Obat ini efektik melawan beragam bakteri termasuk sebagian besar organisme gram positif. Penggunaan penisilin yang berlebihan menyebabkan timbulnya resistensi bakteri (pembentukan penisilinase), membuat obat ini tidak berguna untuk banyak strain bakteri. Meskipun demikian, penisilin tetap merupakan obat terpilih yang tidak mahal dan ditoleransi baik untuk beberapa

infeksi (Olson, 1995). Menurut Natinal Health Service, (2012)

penisilin merupakan antara antibiotik yang pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun, 1928 dan paling sering digunakan untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran kemih. Antara antibiotik, penisilin merupakan antibiotik yang penting karena kurang toksik,

perkembangan bakteri terhadap resistensinya sedikit

(Mutschler,1999). Menurut Katzung, et al., (2012) penisilin dapat diklasifikasikan kepada beberapa kelompok yaitu:


(50)

i. penisilin (misalnya penisilin G) mempunyai aktivitas terbesar

terhadap organisma gram positif, kokus gram negatif, bakteri anaerob yang tidak memproduksi beta-laktamase,dan mempunyai sedikit aktivitas terhadap gram-negatif batang. Kelompok ini rentan terhadap hidrolisis oleh beta-laktamase.

ii.penisilin antistafilokokus (misalnya, nafcilin) ini resisten

terhadap beta laktamase dari stafilokokus dan aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus, tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob,gram negatif batang dan kokus.

iii. Penisilin dengan perluasan spektrum (ampisilin, penisilin

antipseudomonas) mempunyai spektrum antibakteri penisilin dan memiliki aktivitas yang tinggi terhadap organisma gram negatif, tetapi kelompok ini sering rentan terhadap beta- laktamase.

b. sefalosporin

Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak bakteria beta-laktamase sehingga mempunyai spektrum aktivitas yang lebih luas.Sefalosporin tidak aktif terhadap enterokokus dan Listeria monocytogenes.Sefalosporin diklasifikasikan ke dalam empat generasi yaitu: i. generasi pertama sangat aktif terhadap organisme gram positif, termasuk

pneumokokus, stafilokokus, dan streptokokus (Katzung, et al., 2012). Kelompok ini efektif melawan infeksi yang ditularkan melalui kulit pada


(51)

pasien-pasien opearsi. Misalnya sefazolin, sefadrosil, sefaleksin, dan sefalotin (Olson, 1995).

ii. generasi kedua memiliki paparan gram negatif yang lebih luas termasuk sefaklor, sefamandol, sefoksitin, sefotetan. Kelompok ini merupakan golongan heterogeneous yang mempunyai perbedaan-perbedaan individual dalam aktivitas, farmakokinetika, dan toksisitas (Katzung, et al., 2012).

iii. generasi ketiga adalah sangat aktif terhadap gram negatif dan obat-obat ini mampu melintasi blood-brain barrier. Generasi ini aktif terhadap citrobacter, Serratia marcescens, dan providencia. Misalnya, sefoperazon, sefotaksim, seftazidim, seftizoksim, dan seftriakson (Katzung, et al., 2012).

iv. generasi keempat adalah cefepime. Obat ini lebih kebal terhadap hidrolisis oleh beta- lactamase kromosomal dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap P aeruginosa, Enterobacteriaceae, S aureus, dan S pneumonia. Obat ini sangat aktif terhadap haemophilus dan Neisseria (Katzung, et al., 2012). c. makrolida

Makrolida biasanya diberikan secara oral, dan memiliki spektrum antimikroba yang sama dengan benzilpenisilin (yaitu spektrum sempit, terutama aktif melawan organisme gram positif) serta dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, dan klosridium. Akan tetapi makrolida tidak efektif pada meningitis karena tidak menembus sistem saraf pusat dengan adekuat (Neal, 2006). Yang


(52)

clarithromycin, azithromycin dan troleandomycin. Yang paling sering

diresepkan agen antimikroba makrolida adalah eritromisin (Mosby, 1995).

d. Flurokuinolon

Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin, norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lain–lain. Golongan fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh shigella, salmonella, E.coli, dan Campilobacter (Katzung, et al., 2007).

e. Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Tetrasiklinmemperlihatkan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Tetrasiklin merupakan obat yang sangat

efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Chlamydia trachomatis, dan

berbagai riketsia (Setiabudy, dkk., 2009).Tetrasiklin menembus

plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin diekskresi melalui urin dan cairan empedu (Katzung, et al., 2007).


(53)

f. Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotik yang tertua. Sejak tahun 1944, antibiotik streptomisin merupakan produk dari

bakterium Streptomyces griseus. Selain itu, terdapat juga antibiotik

seperti neomisin, gentamisin, tobramisin, dan amikasin. Seperti penisilin, golongan ini aktif terhadap kedua bakteri gram negatif dan gram positif. Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa (Hauser, 2007).

g. Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim

Sulfonamida dan trimetoprim merupakan obat yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan

yang sangat efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis,

infeksi salmonela sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non tuberkulosis (Katzung, et al., 2007).

h. Golongan Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan inhibitor yang poten terhadap sintesis protein mikroba. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki


(54)

spektrum luas dan aktif terhadap masing – masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob (Katzung, et al., 2007). 2.1.4 Mekanisme Kerja

Antimikroba diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia dan mekanismekerjanya, sebagai berikut:

a. antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk

golongan β-laktam misalnya, penisilin, sefalosporin, dan

carbapenem danbahan lainnya seperti cycloserine, vankomisin, dan bacitracin.

b. antibiotik yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme,

meningkatkan permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraseluler, termasuk deterjen seperti polimiksin, anti jamur poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin B yang mengikat sterol dinding sel, dan daptomycin lipopeptide.

c. antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S

untuk menghambat sintesis protein secara reversibel, yang pada umumnya merupakan bakteriostatik misalnya, kloramfenikol, tetrasiklin,eritromisin, klindamisin, streptogramin, dan linezolid.

d. antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu

sintesis protein, yang pada umumnya adalah bakterisida Misalnya, aminoglikosida.


(55)

e. antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri, seperti rifamycin misalnya, rifampisin dan rifabutin yang menghambat enzim RNA polimerase dan kuinolon yang menghambat enzim topoisomerase.

f. Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang menahan

enzim - enzim penting dari metabolisme folat (Goodman Gillman, 2005).

2.1.5 Penggunaan Antibiotik

Berdasarkan penggunaannya, antibiotik dibagi menjadi dua yaitu antibiotik terapi dan antibiotik profilaksis. Antibiotik terapi digunakan pada pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau definitif.

Terapi empiris merupakan terapi inisial yang diberikan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis kumannya, sedangkan terapi definitif merupakan terapi yang diberikan pada kasus infeksi yang telah diketahui kuman penyebabnya berdasarkan hasil laboratorium mikrobiologi. Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang diberikan pada jaringan tubuh dengan dugaan kuat akan terkena infeksi, seperti pada operasi pembedahan. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan secara intravena.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, (2010) antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri dan tidak bermanfaat untuk mengobati penyakit akibat virus seperti flu atau batuk. Antibiotik harus diambil dengan preskripsi dokter.Dosis dan lama penggunaan yang ditetapkan harus dipatuhi walaupun telah merasa sehat. Selain itu, antibiotik tidak boleh disimpan untuk kegunaan penyakit lain pada masa akan datang dan tidak boleh dikongsi bersama orang lain walaupun gejala penyakit adalah sama. Strategi terapi dengan antibiotik ditentukan oleh karakteristik fenomena infeksi,


(56)

lokasi infeksi, pengenalan penyebab infeksi, kondisi fisiopatologik penderita, serta pengetahuan yang menyeluruh tentang antibiotik yang tersedia dalam arsenal terapi. Berikut ini berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang tercapainya sasaran penggunaan antibiotik (Wattimena, 1991):

a. Aktivitas antimikroba

b. Efektivitas dan efisiensi proses farmakokinetik c. Toksisitas antibiotik

d. Reaksi karena modifikasi flora alamiah tuan rumah e. Penggunaan kombinasi antibiotik

f. Pola penanganan infeksi

Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi Pengguna Obat Antibakteri :

a. jangan sembarangan membeli antibiotik tanpa resep dokter

b. ikuti petunjuk takarannya, jangan mengurangi atau menambahnya

c. habiskan obat sesuai jumlah dalam resep dokter (umumnyaminimal

3 sampai 4 hari)

d. laporkan kepada dokter yang memeriksa apabila sedang

hamil,menyusui, atau alergi terhadap antibiotik tertentu (biasanyagolongan Penisilin)

e. apabila setelah digunakan antibiotiknya timbul gejala alergi,

atauinfeksi tidak kurang, konsultasikan lagi ke dokter (Widodo, 2004).

2.1.6 Resistensi Antibiotik

Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang


(57)

resisten (termasuk bakteri, virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat antimikroba, seperti antibiotik, antivirus, dan lainnya, sehingga standar pengobatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap persisten dan mungkin menyebar (Goodman Gillman, 2005).

Resistensi antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan

antibiotik yang salah, dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen resistensi yang didapat.Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaanantibiotik merupakan penyebab paling utama menyebarnya mikroorganismeresisten. Contohnya, pada pasien yang tidak mengkonsumsi antibiotik yang telahdiresepkan oleh dokternya, atau ketika kualitas antibiotik yang diberikan buruk (WHO., 2012).

Konsekuensi yang ditimbulkan akibat adanya resistensi antibiotik yang paling utama adalah peningkatan jumlah bakteri yang mengalami resistensi terhadap pengobatan lini pertama. Konsekuensi ini akan semakin memberat. Dari konsekuensi tersebut, maka akibatnya adalah penyakit pasien akan lebih memanjang, sehingga risiko komplikasi dan kematian juga akan meningkat. Ketidakmampuan antibiotik dalam mengobati infeksi ini akan terjadi dalam periode waktu yang cukup panjang dimana, selama itu pula, orang yang sedang mengalami infeksi tersebut dapat menularkan infeksinya ke orang lain, dengan bagitu, bakteri akan semakin menyebar luas. Karena kegagalan pengobatan lini pertama ini, dokter akan terpaksa memberikan


(58)

peresepan terhadap antibiotik yang lebih poten dengan harga yang lebih tinggi serta efek samping yang lebih banyak. Banyak factor yang seharusnya dapat menjadi pertimbangan karena resistensi antimicrobial ini. Dapat disimpulkan, resistensi dapat mengakibatkan banyak hal, termasuk peningkatan biaya terkait dengan lamanya kesembuhan penyakit, biaya dan waktu yang terbuang untuk menunggu hasil uji laboratorium tambahan, serta masalah dalam pengobatan dan hospitalisasi (Beuke, C.C., 2011).

2.1.7 Efek Samping Antibiotik

Menurut Setiabudy,dkk., (2009) efek samping antibiotik dapat terjadi sebagai berikut :

a. Reaksi alergi

Dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes; terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat.Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi. Orang yang pernah mengalami reaksi alergi, umpamanya oleh penisilin, tidak selalu mengalami reaksi itu kembali ketika diberikan obat yang sama. Sebaliknya orang tanpa riwayat alergi dapat mengalami reaksi alergi pada penggunaan ulang penisilin.

b. Reaksi idiosinkrasi

Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antibiotik tertentu. Sebagai contoh, 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakuin. Ini di sebabkan mereka kekurangan enzim G6PD.


(59)

c. Reaksi toksik

Antibiotik umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini relatif.Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis antibiotik.Yang mungkin dapat dianggap relatif tidak toksik sampai kini ialah golongan penisilin.Contohnya golongan aminoglikosida pada umumnya bersifat toksik terutama terhadap N.VIII, golongan tetrasiklin cukup terkenal dalam mengganggu pertumbuhan jaringan tulang, termasuk gigi, akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium-ortofosfat. Di samping faktor jenis obat, berbagai faktor dalam tubuh dapat turut menentukan terjadinya reaksi toksik ; antara lain fungsi organ/ sistem tertentu sehubungan dengan biotransformasi dan ekskresi obat.

d. Perubahan biologik dan metabolik pada hospes pada tubuh hospes

Baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya tidak menunjukkan sifat pathogen.Misalnya pada penggunaan antibiotik, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi pathogen.

2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia


(60)

(1979) pengetahuan adalah hal hal yang mengenai sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengethuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku-buku.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


(61)

2.2.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (Green, dalam Notoatmodjo, 2003) mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi perilaku (non

behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

dibentuk dari 3 faktor, yaitu :

a. Faktor-faktor pengaruh (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai–nilai.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor–faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam


(62)

2.3 Keyakinan

Dalam bahasa sehari-hari istilah keyakinan atau belief sering disamaartikan dengan istilah sikap (attitude), disposisi (disposition), pendapat (opinion), filsafat

(philosopy), atau nilai (value).Ada juga peneliti yang menghubungkan belief dengan

motivasi (motivation) dan konsepsi (conception).Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap sesuatu.Keyakinan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh diri dan lingkungannya.Hal ini berimplikasi bahwa keyakinan seseorang dapat berubah sebab setiap saat setiap orang mengalami pembentukan, pengubahan, atau penguataan atas keyakinan yang dimilikinya (Safera,

2015).Dimana menurut Wikipedia Indonesia, Keyakinan adalah suatu sikap yang

ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar.Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu(Notoatmodjo, 2003).


(63)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibiotikpertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada tahun 1910, sampai saat ini masih menjadi obat pilihan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi (Utami, 2012).Antibiotik ditemukan sekitar delapan dekade lalu dan sejak itu telah terjadi revolusi dalam manajemen, pengobatan dan hasil penyakit menular.Oleh karena itu, obat antibiotik adalah salah satu yang paling sering diresepkan, dijual dan digunakan di seluruh dunia (Abimbola, 2013).Penggunaan antibiotik sering kali tidak tepat, akibatnya terjadi peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotik (Baltazar, et al., 2009).

Resistensi antibiotik telah menjadi permasalahan di seluruh dunia. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2011), Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban tinggi kekebalan obat terhadap kuman

Multidrug Resistance (MDR) di dunia berdasarkan data World Health

Organization (WHO) tahun 2009.

Penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Teh (2012) di Putrajaya, Malaysia menyebutkan bahwa 83% responden tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak bekerja untuk melawan infeksi virus dan 82% responden tidak mengetahui bahwa antibiotik tidak dapat mengobati batuk dan flu. Beberapa pernyataan dari responden diantaranya adalah tidak masalah menghentikan pemakaian antibiotik ketika gejala telah membaik dan mengkonsumsi sedikit antibiotik dari yang diresepkan dokter akan lebih sehat daripada mengkonsumsi seluruh antibiotik yang diresepkan (Pratama, 2014).


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMA JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 4

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Antibiotik ... 6

2.1.1 Definisi Antibiotik ... 6

2.1.2 Aktivitas dan Spektrum ... 6


(2)

2.1.4 Mekanisme Kerja Antibiotik ... 11

2.1.5 Penggunaan Antibiotik ... 12

2.1.6 Resistensi Antibiotik ... 13

2.1.7 Efek Samping Antibiotik ... 14

2.2 Pengetahuan ... 16

2.2.1 Pengertian ... 16

2.2.2 Pengukuran Pengetahuan ... 17

2.3 Keyakinan ... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Waktu Penelitian ... 19

3.3 Tempat Penelitian ... 19

3.4 Populasi dan Sampel ... 19

3.4.1 Populasi ... 19

3.4.2 Sampel ... 19

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.6 Penilaian Pengetahuan, Keyakinan dan Penggunaan ... 21

3.6.1 Penilaian Pengetahuan ... 21

3.6.2 Penilaian Keyakinan ... 21

3.6.3 Penilaian Penggunaan ... 22

3.7 Validasi dan Reabilitas ... 22


(3)

3.9 Analisis Data ... 24

3.9.1 Analisis Univariat ... 24

3.9.2 Analisis Bivariat ... 25

3.11 Definisi Operasional ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Data Demografi Responden ... 27

4.2 Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotik ... 28

4.3 Tingkat Keyakinan tentang Antibiotik ... 30

4.4 Penggunaan Antibiotik ... 32

4.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan ... 35

4.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Keyakinan ... 38

4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Tingkat Keyakinan ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

4.1 Kesimpulan ... 41

4.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ... 3


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Definisi Operasional ... 25 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden... 26

4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasaran Tingkat

Pengetahuan ... 27 4.3 Distribusi Jawaban Responden berdasaran Tingkat

Pengetahuan ... 27 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasaran Tingkat

Keyakinan ... 30 4.5 Distribusi Jawaban Responden berdasaran Tingkat

Keyakinan ... 30 4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengunan

Antibiotik ... 32 4.7 Hasil Analisis hubungan Kaakterisitik Responden dengan

Tingkat Pengetahuan ... 35 4.8 Hasil Analisis hubungan Kaakterisitik Responden dengan

Tingkat Keyakinan ... 37 4.9 Hasil Analisis hubungan Tingkat Pengeahuan Responden

dengan Tingkat Keyakinan ... 38


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data ... 45

2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 46

3 Lembar Persetujuan menjadi Responden ... 47

4 Data Demogafi Responden ... 49

5 Kuesioner Penelitian ... 50

6 Foto Pengambilan Data Penelitian ... 52

7 Uji Validasi dan Reabilitasi ... 54

8 Uji Normalitas ... 57