Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan

kegagalan dalam terapi, over dosis atau penggunaan kembali antibiotik yang tersisa, dapat berpotensi membuat lingkungan sekitar menjadi resisten dengan antibiotik tersebut Granadoz et al, 2009.Seperti halnya penggunaan antibiotik pada flu, dimana flu merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang bersifat self limiting disease yang artinya dapat sembuh dengan sendirinya karena adanya sistem imunitas tubuh.Sehingga penggunaan antibiotik sebenarnya tidak perlu diberikan apabila tidak disertai radang maupun demam yang mengindikasikan adanya infeksi penyerta oleh bakteri.tingkat kesadaran responden rendah mengenai antibiotik, oleh karena itu apoteker berperan memberikan edukasi dan konseling tentang pengendalian resisten antibiotik kepada tenaga kesehatan, konsumen, maupun keluarga konsumen. Edukasi dan konseling bisa dilakukan di apotek pada saat konsumen membeli antibiotik.Setelah di berikan konseling dilakukan evaluasi pengetahuan pasien untuk memastikan pasien memahami informasi yang telah diberikan Fernandez, 2013.

4.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan

Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan.Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik non parametrik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7Hasil analisis hubungan karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan n=100 Variabel Tingkat Pengetahuan P Value Baik Cukup Kurang Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan 23 41,1 18 40,9 24 42,9 19 43,2 9 16,1 7 15,9 1,000 Usia : 18 – 30 tahun 31- 45 tahun 46 – 60 tahun 61 tahun 12 44,4 12 57,1 14 35,0 3 25,0 10 37,0 8 38,1 20 50,0 5 41,7 5 18,5 1 4,8 6 15,0 4 33,3 0,300 Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 17,6 2 13,3 2 20,0 18 48,6 16 76,2 7 41,2 11 73,3 6 60,0 16 43,2 3 14,3 7 41,2 2 13,3 2 20,0 3 8,1 2 9,5 0,000 Pekerjaan : Pegawai Wiraswasta Mahasiswa Lain – lain 20 83,3 11 42,3 6 45,5 4 12,8 2 8,3 13 50,0 4 36,4 24 61,5 2 8,3 2 7,7 118,2 11 25,6 0,000 Pada perbandingan kategori jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dapat dilihat perbandingan tingkat pengetahuan di antara kedua kategori tersebut tidak begitu jauh. Hasil korelasi antara jenis kelamin dan pengetahuan diperoleh nilai signifikanP1,0000,1 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan tingkat pengetahuan. Pada korelasi kategori usia dengan tingkat pengetahuan, usia 31-41 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Hasil korelasi antara usia dengan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,300 0,1 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan tingkat pengetahuan. Pada korelasi pendidikan terakhir dengan tingkat pengetahuan, menunjukkan bahwa pendidikan terakhir perguruan tinggi mempunyai tingkat Universitas Sumatera Utara pengetahuan yang lebih baik, diikuti oleh pendidikan terakhir SMA, SMP dan yang terendah adalah SD dan tidak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang mereka dapat. Menurut Suhardi 2009, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya adalah pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang didapat. Hasil korelasi antara pendidikan terakhir dengan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,000 0,1 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan tingkat pengetahuan. Pada korelasi pekerjaan dengan tingkat pengetahuan, menunjukkan bahwa pegawai mempunyai pengetahuan yang lebih baik. Hasil korelasi antara pekerjaan dengan pengetahuan diperoleh nilai signifikan P0,000 0,1 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan responden dengan tingkat pengetahuan. Pada hubungan tingkat pengetahuan dengan pekerjaan, memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi, dan hal ini tentu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang Investisia, 2013. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dari keempat karakteristik responden tersebut hanya karakteristik pendidikan terakhir dan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai antibiotik Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Singgih Putra Ambada 2013 di Surakarta, yang menunjukkan bahwa kategori pendidikan terakhir dan Universitas Sumatera Utara pekerjaan responden mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang antibiotik.

4.6 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Keyakinan