Kaidah Pertuturan Cara Mengembalikan dan Mengalihkan Topik

Emsi Sigian. Strategi percakapan bahasa batak toba dalam acara ‘jou-jou tano batak’. 2007 USU e-Repository©2009 bahasa Indonesia akan menggunakan kalimat yang dimulai dengan, ‘kembali pada topik yang kita…’. Istilah topik wacana sering dikacaukan dengan konsep topik dalam tata kalimat. Menurut Samsuri 1998, topik dalam kalimat adalah bagian yang difokuskan dan yang diterangkan oleh bagian yang lain. Topik dalam kalimat sejajar dengan pengertian subjek dan predikat. Dalam konteks wacana, topik merupakan suatu ide atau hal yang dibicarakan dan dikembangkan sehingga membenntuk suatu wacana. Analisis topik dalam wacana tidak cukup dengan menganalisis sebuah kalimat. Topik dapat diidentifikasi apabila sudah memahami konteks wacana yang mendukungnya. Menurut Brown dan Yule 1983: 68-83, untuk menganalisis topik wacana diperlukan setidak-tidaknya satu penggal wacana. Dan untuk menentukan kapan penggalan wacana itu dimulai dan diakhiri merupakan hal yang sangat rumit. Untuk menentukan penggalan wacana lebih banyak ditentukan oleh intuisi seperti dikatakan oleh Brown dan Yule 1983: 69.

1.5.2.2 Kaidah Pertuturan

Orang-orang yang bergabung dalam suatu percakapan, dapat saling berbagi prinsip-prinsip umun yang membuat mereka dapat saling menginterpretasikan ujaran- ujaran yang mereka hasilkan. Richard 1995: 3-4 Contoh: A: “Berapakah harga blus itu?” B: “Apakah anda menyukainya? Saya membelinya di Metro. Emsi Sigian. Strategi percakapan bahasa batak toba dalam acara ‘jou-jou tano batak’. 2007 USU e-Repository©2009 Untuk menginterpretasikan dan memahami kalimat B, kita perlu mengkaitkannya dengan kalimat A. Salah satu asumsi dalam percakapan adalah bila saya menanyakan pada anda, maka apapun yang anda katakan akan diinterpretasikan sebagai jawaban terhadapap pertanyaan saya. Pada kasus di atas, meskipun B tidak menjawab pertanyaan A, penghindaran terhadap jawaban yang diminta tetap diinterpretasikan sebagai jawaban. Dalam hal ini, ujaran B memiliki implikatur. Konsep implikatur pertama sekali dikenalkan oleh H.P Grice 1975, untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur digunakan untuk memperhitungkan hal yang disarankan atau yang dimaksud penutur sebagai hal yang berbeda dari hal yang dinyatakan secara harfiah Brown dan Yule, 1983: 31. Sebagai contoh, kalau ada ujaran Ruangan ini panas, ya, maka secara implisit penutur menghendaki agar kipas angin atau AC dihidupkan agar dapat mengurangi panas dalam ruangan. Seseorang dapat memahami makna ujaran yang berimplikatur jika memiliki pengetahuan. Pengetahuan untuk menentukan makna tersebut adalah kaidah pertuturan. Menurut, Searle dan Fraser dalam Soemarmo, 1988: 39, kaidah pertuturan itu terdiri dari: 1. Penentuan makna dasar dari ucapan. Makna dasar ini berhubungan dengan makna sebenarnya tanpa melihat konteks kalimatnya. 2. Penentuan implikaturnya, yang terdiri dari penentuan: a. Penganutan prinsip kerja sama Emsi Sigian. Strategi percakapan bahasa batak toba dalam acara ‘jou-jou tano batak’. 2007 USU e-Repository©2009 Percakapan yang baik adalah percakapan yang sesuai dengan prinsip kerja sama yang dinyatakan oleh Grice Leech, 1993: 11. Menurut Grice kerja sama sangat diperlukan agar dapat menggunakan bahasa secara efektif dan efisien. Penggunaan bahasa seperti ini memerlukan prinsip kerja sama dan empat prinsip percakapan. Prinsip kerja sama mengatakan: ‘katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan sesuai dengan tujuan percakapan. Prinsip ini dinyatakan dalam empat prinsipmaksim, yaitu: a. Maksim kuantitas Maksim ini menyatakan bahwa setiap penutur harus menggunakan bahasa yang pas, tidak lebih dan tidak kurang, untuk siapa disampaikan dan apa tujuannya. b. Maksim kualitas Maksim kualitas mengatakan “usahakan agar sumbangan informasi anda benar”. c. Maksim hubungan Maksim hubungan berkaitan dengan muatan komunikasi. Penutur dan mitra tutur dituntut untuk berkomunikasi sesuai dengan topik yang dibicarakan. Dengan demikian, semua penjelasan, sanggahan, tanggapan dan tindakan harus memiliki kaitan dengan topik yang dibicarakan. Prinsip ini mengatakan “usahakan agar perkataan anda ada relevansinya” Dengan demikian jika seorang penutur bertanya maka mitra tutur harus Emsi Sigian. Strategi percakapan bahasa batak toba dalam acara ‘jou-jou tano batak’. 2007 USU e-Repository©2009 memberi jawaban yang ada relevansinya dengan pertanyaan; ada relevansi antara pertanyaan dengan jawaban. d. Maksim cara Maksim cara mengatakan “ usahakan perkataan anda mudah dimengerti”. Jika salah satu dari empat maksim ini tidak dipenuhi oleh sebuah ujaran maka dapat diputuskan bahwa ujaran itu memiliki implikatur. b. Nilai evaluatifnya. Nilai evaluatif yang dimaksud adalah makna dibalik ujaran tersebut. Hal ini dapat diketahui jika ujaran tersebut dihubungkan dengan konteksnya. c. Kemungkinan kesimpulannya. Kesimpulan dari ujaran itu dapat diketahui dari ilokusi ujaran. Pendengar ujaran akan menanggapi ujaran itu sesuai dengan makna yang diterimanya.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Strategi Percakapan BBT 2.2.1 Cara Memulai dan Mengakhiri Percakapan