Pendahuluan DIATESIS DALAM BAHASA BATAK TOBA

Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008

BAB II DIATESIS DALAM BAHASA BATAK TOBA

2.1 Pendahuluan

Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipansubjek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa Kridalaksana, 1982 : 34. Bertolak dari pandangan mengenai diatesis menurut batasan yang dikemukakan dalam 1.5.2 di atas, dapat ditemukan setidak-tidaknya lima macam diatesis, yaitu: diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis medial, diatesis resiprokal, dan diatesis refleksif. Meskipun pengertian diatesis medial sering mencakupi, baik diatesis pasif maupun refleksif dan pada gilirannya pula, diatesis refleksif sering tidak begitu mudah dibedakan dengan diatesis resiprokal atau setidak-tidaknya perbedaan itu tidak terlihat Kridalaksana, 1983:72. Kelima jenis diatesis diatas akan satu demi satu. Dalam paparan itu, akan digunakan istilah objek O dan keterangan K, disamping istilah subjek S dan predikat P untuk menyebut fungsi sintaktik yang bersifat inti yang diisi oleh argumen tertentu. Unsur O adalah fungsi khusus dalam diatesis aktif, yang pengisinya dapat menjadi S dalam kalimat berdiatesis pasif. Adapun K adalah fungsi dalam kalimat yang diatesisnya bukan aktif yang pengisinya dapat menjadi S dalam kalimat lain, sedangkan S adalah fungsi yang pengisinya tidak dapat dipertanyakan atau diganti dengan kata tanya, dan P fungsi secara dominan diisi oleh kata kerja pembentuk diatesis itu. Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008 Sesuai pula dengan batasan diatesis yang diikuti disini, yaitu kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa, maka agaknya pemahaman terhadap apa yang dimaksud dengan partisipan atau subjek dan verba itu mutlak perlu. Di bawah ini akan dijelaskan S dan P lebih lanjut, disamping konsep- konsep yang dilabeli dengan istilah partisipan, argumen, dan verba yang juga akan dijelaskan berikut ini. Istilah partisipan diidentikkan dengan istilah argumen yang konsepnya lebih bersifat kemaknaan. Dalam hubungannya dengan konsep argumen yang demikian itu, S sebagai konsep imbangan bagi P yang merupakan fungsi sintaktik merupakan salah satu tempat bagi argumen tertentu. Selanjutnya, argumen secara bentuk, yang formal, secara dominan berupa kata benda atau nomina, atau frase yang konstituen intinya dipandang secara semantik kata benda atau penggantinya kata ganti itu. Adapun istilah verba diidentikkan dengan istilah kata kerja kk yang mengacu pada konsep kategorial seperti halnya kata benda, kata sifat. Kata kerja atau verba itulah penentu adanya jenis argumen tertentu dalam kalimat yang bersangkutan. Dalam hubungannya dengan fungsi, kata kerja itu secara dominan menduduki fungsi yang paling inti, yaitu P. Dikatakan yang paling inti karena memang ada fungsi yang lain, antara lain S itu. Kepalingintiannya itu justru ditentukan justru oleh pengisinya, yaitu kata kerja. Konsep argumen hanya disangkutkan dengan konsep fungsi inti. Hanya konstituen kategorial yang mengisi fungsi intilah yang berstatus argumen. Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008 Dalam diatesis, argumen pelaku yang berbentuk kata bendalah argumen yang pertama-tama diperhatikan. Dalam diatesis, verba atau kata kerja yang menyatakan perbuatanlah yang membentuk diatesis. Karena penalarannya kata kerja yang menyatakan perbuatan kata benda, maka argumennya adalah pelaku. Oleh karena itu, argumen pelaku yang berbentuk kata bendalah yang pertama- tama diperhatikan. Argumen dalam diatesis dapat selalu mengisi S dan dapat juga tidak. Argumen selalu mengisi S, jika kata kerja itu yang menyatakan perbuatan itu ke pelaku. Ini berarti kata kerja itu bermakna aktif dan argumen pelaku sebagai S. Namun, jika argumen tidak mengisi S kalau kata kerja itu tidak menyatakan perbuatan ke pelaku, khususnya jika perbuatan itu menghendaki sasaran yang harus dikenai, dituju, atau diharapkan sebagai hasil atau akibat. Ini berarti kata kerjanya bukan bermakna aktif dan S-nya juga bukan pelaku. Dalam diatesis, yang menentukan jenis argumen pengisi S ialah pertanyaan mengenai S dan P itu sendiri. S tidak dapat dipertanyakan atau pengisiannya tidak dapat disubstitusikan dengan kata ganti tanya, sedangkan P fungsi dominan bagi kata kerja. Dalam kalimat dekalaratif bahasa Batak Toba, S memiliki letak dominan di sebelah kanan P dan membentuk pola urutan P-S. Kata kerja dapat dikenali dalam diatesis adalah karena kata kerja dapat ditentukan sebagai kata yang menyatakan perbuatan, dapat digunakan dalam modus perintah. Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008

2.2 Diatesis Aktif Bahasa Batak Toba