Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008
8. tar- + Tipa
Jabu i tartipa batang ni kalapa.
‘Rumah itu tertimpa oleh pohon kelapa’
Pat na ponggol tartipa hau na balga.
‘Kakinya patah tertimpa kayu besar’
Berdasarkan kemauan dari agen maka dalam diatesis pasif bahasa Batak Toba juga dapat disubjeniskan sebagai diatesis pasif yang kadar kepasifannya kuat
dan diatesis pasif yang kadar kepasifannya lemah, seperti halnya diatesis aktif. Jenis diatesis pasif dengan prefiks tar- tak sengaja yang agennya adalah nomina
umum atau ‘alamiah’ adalah diatesis pasif yang kadar kepasifannya lemah. Sedangkan, diatesis pasif dengan prefiks di- pasif umum adalah diatesis pasif
yang kadar kepasifannya kuat.
2.4 Diatesis medial Bahasa Batak Toba
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, pertentangan antara diatesis aktif dengan pasif cukup jelas. Akan tetapi, diatesis medial middle
voice tidak mempunyai pertentangan yang cukup kentara dengan diatesis aktif
atau dengan diatesis pasif. Secara sederhana, diatesis medial mirip dengan diatesis pasif dalam hal pengungkapan situasi pada keadaan subjek gramatikal dikenai
atau dipengaruhi perbuatan. Di sisi lain, diatesis medial mirip pula dengan diatesis aktif dalam hal subjek gramatikalnya berperan sebagai agen atau sumber
tindakan lihat Shibatani, 1988:4-5. Berdasarkan sifat-perilaku sintaksis-semantis
Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008
bahasa-bahasa di dunia, para ahli merinci ciri-ciri gramatikal diatesis medial Klaiman dalam Shibatani ed. 1988:31-33. Ciri-ciri diatesis medial tersebut
adalah : 1. Verba diatesis medial menunjukkan maknakegiatan refleksif atau
resiprokal, 2. Fungsi diatesis medial memperlihatkan status keberuntungan
beneficiary subjek terhadap tindakan; subjek mempunyai status ganda, yaitu sebagai sumber tindakan dan sekaligus sebagai wujud
yang dipengaruhi,
3. Pengungkapan tindakan yang di dalamnya penderita dipahami sebagai
berada dalam “lingkaran” subjek, 4. Akibat yang timbul tertuju ke subjek, dan
5. Pengaruh tindakan, baik dan buruk, mengarah ke subjek.
Berikut akan dibahas mengenai diatesis medial dalam bahasa Batak Toba dengan lebih dahulu mencermati konstruksi klausa berikut ini.
Contoh: 1a Maneat manuk si Togar.
‘Togar memotong ayam’ 1b Maneat diri na sandiri si Togar.
‘Togar memotongmembunuh diri nya sendiri’ 1c Mambasuh pat na si Togar.
‘Togar mencuci kakinya’ Prefiks ma- pada contoh 1a adalah pemarkah untuk diatesis aktif.
Dengan demikian kostruksi tersebut adalah klausa aktif. Sementara itu, prefiks
Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008
ma- pada contoh 1b dan 1c memarkahi diatesis medial yang terjadi pada
konstruksi refleksif. Contoh:
2 Markacca uma. ‘Ibu bercermin’
3a Marsiadap ari sahuta i paiashon huta na. ‘Warga desa itu saling membantu membersihkan desanya’
3b Mardame halak i. ‘Mereka berdamai’
Pada contoh 2, diatesis medial dimarkahi oleh prefiks mar- alomorf dari ma-
yang membawa makna bahwa tindakan yang diungkapkan oleh predikatnya didorongdiasali oleh subjek subjek agen uma ‘ibu’. Akibat atau tempat jatuhnya
perbuatan tersebut juga terarah pada subjek itu sendiri. Pada contoh 3a,b, diatesis medial yang juga dimarkahi oleh prefiks ma- membawa makna
keberuntungan beneficiary. Subjek gramatikal agen merupakan asal perbuatan dan sekaligus juga tempat jatuh menerima manfaat perbuatan itu sendiri. Pada
contoh 3a,b diatesis medial juga muncul dalam konstruksi aplikatif-benefaktif yang menunjukkan makna resiprokal.
Diatesis medial dalam bahasa Batak Toba juga dimarkahi oleh prefiks kosong zero pada beberapa verba tertentu. Berikut ini adalah contoh konstruksi
verbal berdiatesis medial dengan verba tanpa afiks. Contoh:
4 Maridi tulang. ‘Paman mandi memandikan dirinya’
Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008
5 Hundul hami. ‘Kami duduk mendudukkan diri kami sendiri’
6 Modom bapa. ‘Ayah tidur menidurkan dirinya’
Berdasarkan contoh 4, 5, 6 di atas, konstruksi klausa dengan verba tanpa afiks lahiriah prefiks zero tersebut adalah klausa intransitif asal. Jika
demikian, klausa intransitif asal pada dasarnya adalah konstruksi berdiatesis medial. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa secara semantis, sumber
pendorong dan penerima atau tempat jatuhnya perbuatan seperti yang dinyatakan oleh predikatnya adalah entitas yang sama, yaitu subjek gramatikal itu
sendiri. Sehubungan dengan itu, fenomena diatesis aktif hanya sesuai dikaitkan dengan konstuksi transitif. Sebagian klausa intransitif dasar asal seperti
diperlihatkan oleh contoh-contoh di atas adalah berdiatesis medial, sedangkan klausa intransitif turunan adalah konstruksi berdiatesis pasif. Dikatakan sebagian
klausa intransitif berdiatesis medial adalah karena sebagian konstruksi klausa intransitif lainnya tidak dapat dikategorikan berdiatesis medial. Konstruksi
intransitif dengan argumen pelengkap berikut ini tidak dapat dikelompokkan sebagai konstruksi berdiatesis medial, melainkan berdiatesis aktif.
Contoh: 7 Manuan eme uma di balian.
‘Ibu menanam padi di sawah’ 8 Manucci abit si Rina di aek godang.
‘Rina mencuci kain di kali sungai’
Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008
Gambaran yang lebih utuh mengenai diatesis medial dapat dilihat pada tabel IV berikut ini.
Tabel IV No. Bentuk Kata Kerja
Contoh 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. maN- + Seat
maN- + Basuh
maN- + Kacca
maN- + Siadap ari
maN- + Dame
Ø + Maridi
Ø + Hundul
Ø + Modom
Maneat diri na sandiri si Togar.
‘Togar memotongmembunuh diri nya sendiri’
Mambasuh pat na si Togar.
‘Togar mencuci kakinya’
Markacca uma.
‘Ibu bercermin’
Marsiadap ari sahuta i paiashon huta na.
‘Warga desa itu saling membantu membersihkan desanya’
Mardame halak i.
‘Mereka berdamai’
Maridi tulang.
‘Paman mandi memandikan dirinya’
Hundul hami.
‘Kami duduk mendudukkan diri kami sendiri’
Modom bapa.
‘Ayah tidur menidurkan dirinya’
Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008
2.5 Diatesis Resiprokal Bahasa Batak Toba