Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Pengkajian Data

Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang diatesis dalam bahasa Batak Toba diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Menambah pengetahuan pada bidang linguistik dan memberi manfaat bagi kelestarian bahasa Batak Toba. 2. Menjadi sumber rujukan bagi penelitian lain dalam mengkaji lebih lanjut mengenai diatesis bahasa Batak Toba.

1.4 Metode dan Teknik Penelitian

1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian diperlukan sejumlah data baku untuk diteliti. Data yang dimaksud adalah fenomena lingual khusus yang berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, berupa penyimakan : dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto, 1993:133. Adapun teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu teknik sadap sebagai teknik dasar. Teknik sadap digunakan dengan cara menyadap pembicaraan penutur bahasa Batak Toba. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan dari metode simak. Teknik catat digunakan untuk mencatat kata-kata yang telah disadap dari suatu kalimat yang termasuk ke dalam diatesis bahasa Batak Toba.

1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Metode dalam mengkaji diatesis dalam bahasa Batak Toba adalah metode agih. Pada penggunaan metode agih alat penentunya justru bagian dari bahasa Nicco Erianto Hutapea : Diatesis Dalam Bahasa Batak Toba, 2008. USU Repository © 2008 yang bersangkutan itu sendiri Sudaryanto, 1993:15. Sedangkan teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca markah atau BM, yaitu dengan cara membaca pemarkah. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah pemarkah itu menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu, dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu marker berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud Sudaryanto, 1993:95. Penggunaan teknik baca markah ini dilakukan dengan melihat langsung pemarkah yang bersangkutan. Adapun mengenai melihatnya, hal ini dapat dilakukan baik secara sintaksis, maupun secara morfologis atau dengan cara yang lain lagi. Dengan melihat langsung pemarkah menjadi membuka diri dan berlaku sebagai tanda pengenal akan status satuan lingual yang diamatinya Sudaryanto 1993:95. Contoh: Bill membunuh John. Pada contoh di atas, FN pra verbal John adalah subjek gramatikal dan sekaligus adalah juga agen. Subjek, dalam konstruksi tersebut, adalah agen, sumber tindakan dan tindakan akibat tindakan tersebut jatuh pada argumen FN pos-verbal, argumen yang secara semantis berperan sebagai pasien. Dengan demikian, konstuksi klausa yang dimarkahi oleh prefiks meN- pada verbanya merupakan konstruksi berdiatesis aktif.

1.5 Landasan Teori