Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.
USU Repository © 2009
E. Pengaturan mengenai Laba Bersih Perseroan Berdasarkan UU No. 40 Tahun
2007
Selain laporan tahunan dan penggunaan laba, UU menambahkan Rencana Kerja Tahunan yang harus disusun oleh Direksi sebelum dimulainya tahun
buku yang baru. Muatan laporan tahunan yang sekurang-kurangnya dimuat dalam UU No. 1 1995 Pasal 56 telah disempurnakan dalam Pasal 66 UU dan laporan
keuangannya disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Penyampaian laporan tahunan telah ditetapkan paling lambat 6 enam bulan
setelah tahun buku Perseroan berakhir dan harus disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh pemegang saham. Dalam hal ada
anggota Direksi danatau anggota Dewan Komisaris yang tidak menandatangani dan tidak memberi alas an secara tertulis maka ditegaskan bahwa yang bersangkutan
dianggap telah menyetujui isi laporan tahunan; Laporan Tahunan yang wajib diaudit akuntan publik selain yang ditentukan
dalam pasal 59 ayat 1 UU No. 1 1995 ditambah dengan Perseroan Persero, Perseroan yang mempunyai asset danatau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai
paling sedikit Rp. 50.000.000.000 lima puluh milyar Rupiah atau perseroan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan Pasal 68 UU.
Kewajiban penyisihan jumlah tertentu dari laba bersih untuk cadangan wajib yang semula dalam UU No. 1 1995 ditetapkan sampai mencapai 20 dua puluh
persen dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor tidak disetujui DPR kalau diturunkan menjadi paling sedikit 10 sepuluh persen.
F. Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007
Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.
USU Repository © 2009
Kebijakan dividen adalah budaya perusahaan. Perusahaan publik di Amerika Serikat memiliki kebiasaan mengumumkan dividen setiap triwulan. Jangan keliru.
Pengumuman itu bisa beirisi pembayaran dividen, - yang bisa naik atau turun dibandingkan dengan deividen triwulan lalu - atau pengumuman bahwa perseroan tidak
membayar dividen. Dividen memang bukan kewajiban suatu perseroan, walau pun merupakan hak pemegang saham. Ia baru menjadi kewajiban atau hutang setelah
Kebijakan dividen adalah budaya perusahaan. Perusahaan publik di Amerika Serikat memiliki kebiasaan mengumumkan dividen setiap triwulan. Jangan keliru.
Pengumuman itu bisa beirisi pembayaran dividen, yang bisa naik atau turun dibandingkan dengan deividen triwulan lalu atau pengumuman bahwa perseroan tidak
membayar dividen. Dividen memang bukan kewajiban suatu perseroan, walau pun merupakan hak pemegang saham. Ia baru menjadi kewajiban atau hutang setelah
diputuskan dan diumumkan. Sebelum pengumuman resmi, perusahaan publik di AS tersebut biasanya akan
menyebarkan rilis kepada para pemegang saham sebagai signaling process. Dalam rilis semacam itu, biasanya termuat kondisi perseroan terkini, laba per saham triwulanan,
naik atau turun dibandingkan triwulan lalu, sebab-sebab kenaikan atau penurunan, perkiraan kinerja triwulan yang akan datang, dan perkiraan dividen yang akan segera
diumumkan. Dengan budaya seperti itu, maka besarnya dividen perusahaan publik di Negara ini bukan sesuatu yang sulit untuk diprediksikan.
Di Indonesia, perusahaan publik memang diwajibkan Otoritas Pasar Modal untuk menjelaskan Kebijakan Dasar Dividen KDD dalam prospektus yang mereka
terbitkan dalam rangka initial public offering. Ada perusahaan yang menetapkan KDD stabil dalam rupiah, ada pula yang menetapkan KDD stabil pay out ratio nisbah antara
Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.
USU Repository © 2009
dividen dan laba tahun berjalan - ini dianut sebagian besar perseroan tbk di sini - dan ada segelintir yang dengan berani menetapkan KDD dengan pertumbuhan stabil dalam
rupiah. Otoritas hanya mewajibkan perseroan menjelaskan KDD, teknis bagaimana proses pengambilan keputusan, besarnya, dan cara pembayarannya, diserahkan untuk
diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan dan atau kebijakan perseroan lainnya. Sampai di sini, kebijakan dividen masih merupakan bagian dari budaya
perusahaan. Karena itu perusahaan publik di Indonesia, pada umumnya mengumumkan dividen dua kali setiap tahun anggaran. Kebiasaan semacam itu pula yang kemudian
menjadi terminologi sendiri di pasar modal, yaitu dengan dikotomi dividen interim dan dividen final. Dividen interim biasanya diputuskan oleh Rapat Direksi di tengah-
tengah perjalanan tahun anggaran, setelah melihat kinerja perseroan selama semester pertama tahun anggaran.
Bagi perseroan terbuka yang tahun anggarannya berakhir 31 Desember setiap tahun, biasanya dividen interim dibayarkan pada triwulan terakhir tahun berjalan.
Dividen final diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, dengan memperhitungkan dividen interim yang telah dibayarkan sebelumnya. Jadi kalau RUPS
memutuskan dividen per saham sebesar Rp 250,- dan telah dibayar Rp 100,- sebagai dividen interim, maka dalam dividen final, setiap pemegang saham akan memperoleh
sisanya, Rp 150,- per saham. Mayoritas anggaran dasar perusahaan publik yang tahun anggarannya berakhir
31 Desember menetapkan bahwa RUPS Tahunan wajib diselenggarakan sebelum akhir Juni tahun berikutnya. Otoritas Pasar Modal mewajibkan perseroan terbuka itu
menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit paling lambat 31 Maret tahun berikutnya, setelah tahun buku perseroan berakhir. Itu sebabnya, dividen final pada
Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.
USU Repository © 2009
umumnya diputuskan pada RUPS Tahunan yang diselenggarakan pada bulan-bulan April - Mei - Juni setiap tahun, namun UU No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan
Terbatas sebagai pengganti UU No. 1 Tahun 1995 mengatur bahwa dividen interim hanya boleh dibayarkan kalau direksi perseroan yakin bahwa perseroan akan
memperoleh laba untuk tahun buku yang sedang berjalan. Kalau perkiraan itu meleset, maka dividen yang telah dibayarkan wajib dikembalikan oleh para pemegang saham,
dan kalau pemegang saham tidak dapat mengembalikan maka direksi wajib mengganti secara tanggung renteng.
Pada umumnya Anggaran Dasar Perseroan yang berlaku sekarang tidak mengatur dengan lengkap tentang pembagian dividen interim, maka kalau mau
membuka kemungkinan dibagikan dividen interim, hal ini harus diatur dalam penyesuaian Anggaran Dasar, karena Pasal 72 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007
menetapkan bahwa Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan. Selain itu perlu
diperhatikan oleh para pelaku usaha yang juga menjabat sebagai anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris suatu Perseroan agar berhati-hati jika akan membagikan
dividen interim. Supaya dipastikan bahwa keadaan keuangan Perseroan benar-benar memungkinkan pembagian dividen interim. Hal ini adalah sehubungan dengan Pasal 72
ayat 5 dan 6 UU No. 40 Tahun 2007 yang menentukan bahwa jika setelah tahun buku berakhir ternyata Perseroan menderita kerugian, dividen interim yang telah
dibagikan harus dikembalikan oleh pemegang saham kepada Perseroan. Jika pemegang saham tidak dapat mengembalikan dividen interim tersebutt, maka Direksi dan Dewan
Komisaris bertanggung jawab secara renteng atas kerugian Perseroan.
Asidoro Sabar Parsaulian : Tanggung Jawab Direksi Dan Dewan Komisaris Dalam Pembagian Dividen Interim Berdasarkan UU NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, 2008.
USU Repository © 2009
Penegasan dalam Pasal 71 ayat 3, Dividen hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba positip. Kemungkinan Perseroan membagikan dividen
interim diatur dalam Pasal 72 UU yang sebelumnya tidak diatur dalam UU No.1 1995 dengan ketentuan kemungkinan untuk membagikan deviden interim diatur dalam
anggaran dasar. Pembagian dividen interim dapat dilakukan apabila :
a. jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil dari jumlah modal
ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib; b.
tdak mengganggu atau menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan Perseroan.
c. apabila ternyata pada akhir tahun Perseroan mengalami kerugian maka dividen
interim yang telah dibagikan diminta untuk dikembalikan dan apabila tidak dikembalikan maka Direksi atau Dewan Komisaris yang bertanggung jawab secara
tanggung renteng atas kerugian Perseroan.
G. Pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris dalam Pembagian