BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap entitas berharap dapat terus melanjutkan operasinya dari waktu ke waktu. Namun ada saatnya suatu usaha akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu
telah lama prinsip konservatisme diperkenalkan dan diterapkan dalam akuntansi. Penerapan prinsip ini diharapkan dapat meminimalisasi resiko yang terjadi karena
adanya ketidakpastian dalam dunia usaha. Hal tersebut membuat konservatisme menjadi suatu prinsip laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, dan
disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Dalam perkembangannya, penelitian yang dilakukan oleh Wolk dan Tearney, 2000; Givoly dan Hayn, 2002
dalam Warikki, 2008, mengindikasikan bahwa terjadi kecenderungan peningkatan konservatisme secara global. Hal ini dapat disebabkan karena
tingginya tuntutan untuk meningkatkan perlindungan bagi para stakeholders yang berkepentingan dalam perusahaan.
Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan
pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Lo, 2005 dalam Warikki, 2008 mendefinisikan konservatisme sebagai
suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Prinsip akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersifat pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba
atau rugi dengan memilih kebijakan yang memperlambat pengakuan pendapatan,
Universitas Sumatera Utara
mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aktiva, dan meninggikan penilaian utang.
Hingga saat ini masih terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Para pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme
menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan
keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Dan pada kenyataannya konservatisme telah mempengaruhi praktik akuntansi selama lima
ratus tahun. Penelitian yang mendukung diantaranya dilakukan oleh Watts, 1993 dan Mayangsari dan Wilopo, 2002 dalam Fala, 2007. Penelitian mereka
membuktikan bahwa laba dan aktiva yang dihitung dengan akuntansi konservatif dapat meningkatkan kualitas laba sehingga dapat digunakan untuk menilai
perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer secara oportunistik mengelola laba dengan memanfaatkan posisinya sebagai pihak yang memiliki
informasi lebih banyak. Perusahaan yang sedang tumbuh cenderung menggunakan akuntansi konservatif karena investor akan dapat mengawasi pelaksanaan
kebijakan yang dilakukan pihak manajemen. Sedangkan para pengkritik konservatisme berpendapat bahwa prinsip ini
menyebabkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi resiko perusahaan karena
terdapat berbagai cara untuk mendefinisikan, menginterprestasikan, dan mengukur konservatisme. Semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang
dilaporkan akan semakin bias. Hal ini juga didukung oleh penelitian Penman dan
Universitas Sumatera Utara
Zhang, 2002 dalam Fala, 2007, yang memperkirakan bahwa konservatisme menghasilkan kualitas laba yang rendah, dan kurang relevan karena
konservatisme merupakan praktik akuntansi yang mengurangi laba. Informasi laba merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya. Dalam PSAK Nomor 1 dijelaskan bahwa informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi
sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya IAI, 2004. Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti
peningkatan nilai ekonomis wealth yang akan diterima, melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen
perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak- pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban
manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan.
Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan sering dijadikan tolak ukur untuk menilai kinerja manajemen. Laba merupakan indikator yang sering digunakan
dalam mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang
ditetapkan. Selain untuk menilai kinerja manajemen, informasi laba juga dapat membantu dalam mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam dalam
jangka panjang, memprediksi laba, maupun untuk memprediksi resiko dalam
Universitas Sumatera Utara
berinvestasi. Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Konflik keagenan ini dapat
mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunistik untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi akan
mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor,
sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis
perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna
laporan keuangan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan
yang sebenarnya. Penerapan konservatisme akan mempengaruhi kualitas laba yang dihasilkan, dimana penyediaan ukuran laba sebagai indikator kinerja
perusahaan merupakan fokus utama dari pelaporan keuangan modern. Konflik keagenan yang dapat menimbulkan pelaporan laba yang diragukan kualitasnya,
juga dapat diatasi dengan penerapan Good Corporate Governance GCG. Penerapan GCG sangat penting karena dalam jangka panjang penerapan GCG
akan mempunyai relevansi terhadap kinerja atau performance suatu perusahaan. Fenomena terjadinya skandal keuangan seperti kasus Enron Corporation, dan
Xerox Corporation merupakan bukti kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Enron Corporation
terbukti melakukan manipulasi laba, melalui lembaga auditornya sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
mendongkrak laba mendekati USD 1 miliar. Padahal, eksekutif Enron hanya menikmati angka semu yang sebetulnya laba tersebut tidak pernah mereka
dapatkan. Sedangkan Xerox Corporation terbukti melakukan manipulasi pendapatan akuntansi, yaitu melakukan manipulasi pembukuan atas pendapatan
revenue. Dengan demikian, laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga
laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak
menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh
investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Kualitas laba khususnya dan
kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan
keputusan investasi. Pada penelitian ini penulis mengambil objek penelitian perusahaan
manufaktur dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Peneliti lebih tertarik meneliti perusahaan
barang konsumsi, sebab perubahan harga produk yang cukup cepat, persaingan yang nampak dan ketat, keadaan yang labil dengan kondisi global. Peneliti
memilih satu jenis kelompok perusahaan saja agar penelitian lebih terfokus, sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance GCG Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI”.
B. Batasan Penelitian