Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP KUALITAS LABA AKRUAL DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013

OLEH

NAMA : MAULANA PRATAMA

NIM : 130522033

DEPARTEMEN : AKUNTANSI S1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013“ adalah benar karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 7 Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Maulana Pratama NIM: 130522033


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dengan memasukkan Good Corporate Governanve (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id . Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana dan analisi regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan total sampel per tahun sebanyak sepuluh perusahaan. Hasil penelitian ini adalah konservatisme berpengaruh terhadap kualitas laba akrual, sedangkan kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Sehingga kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak dapat menjadi varibel pemoderasi yang mampu mempengaruhi hubungan konservatisme dan kualitas laba akrual.


(4)

ABSTRACT

This research aim is to analyse the effect of conservatism to accrual earning quality of manufacturing companies listed on IDX period 2009-2013 with including gcg as a moderating variable. Data used is annual report from every samples published on www.idx.co.id. Method used is quantitative method, with classic assumption test and regression analysis with moderating variables. Samples are ataken using purposive sampling, with number of samples of 10 companies. Research shows that conservatism is affecting accrual earning quality, however managerial owning and independent commisioner composition are not affecting accrual earning quality, therefore they are not capable of being moderating variables.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013 “.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta Bapak Sehatmin, SE,MM dan Ibu Nurmeini, SH yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini, selama perkuliahan dan terlebih dalam pada penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ac, Ak Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak sebagai dosen pembimbing penulis yang telah berbaik hati memberikan bimbingan, koreksi, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak dan Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang banyak membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teristimewa untuk kakak saya Gusthy Pratiwi, S.Kep, Ners dan adik saya

Prabu Thasbi yang telah memberikan dorongan dan do’a sehingga penulis

berhasil menyelesaikan Skripsi ini.

7. Bapak / Ibu Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi perkuliahan.

8. Untuk orang terdekat saya Dinarti Utari, S.Psi yang memberikan saya semangat dan motivasi untuk penyusunan Skripsi ini, untuk teman-teman saya selama perkuliahan dan membantu saya dalam pengerjaan Skripsi ini, M. Fakhrurazy, Achmad A Trisatya, Ahmad Zuhri, Widhy A, Kak Devi, Bayu R dan semua teman-teman grup A S1 Akuntansi - Ekstensi 2013.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian terutama penulis.

Medan, 7 Agustus 2015

Maulana Pratama NIM : 130522033


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL………. ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Perumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Konservatisme Akuntansi ... 11

2.1.2 Kualitas Laba Akrual ... 14

2.1.3 Good Corporate Governance (GCG) ... 19

2.1.3.1Kepemilikan Manajerial ... 20

2.1.3.2 Komposisi Komisaris Independen ... 21

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 23

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 23

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 28

3.3 Jenis Data ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

3.5.1 Variabel Independen ... 31

3.5.2 Variabel Dependen ... 32

3.5.3 Variabel Pemoderasi ... 33

3.5.3.1 Kepemilikan Manajerial ... 33

3.5.3.2 Komposisi Komisaris Independen ... 34

3.6 Metode Analisis Data ... 35

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 35


(8)

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas ... 36

3.6.1.3 Uji Autokorelasi ... 36

3.6.1.4 Uji Heteroskedastisitas ... 37

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 37

3.7 Jadwal Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.1.1 Statistik Deskriptif ... 39

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 40

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 40

4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 42

4.1.2.3 Uji Autokorelasi ... 44

4.1.2.4 Model Regresi Sederhana ... 45

4.1.2.5 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 46

4.1.3 Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi ... 47

4.1.3.1 Uji Normalitas Data ... 47

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 50

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51

4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 53

4.1.3.5 Model Regresi Berganda dengan Variabel Moderating ... 54

4.2 Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(9)

DAFTAR TABEL

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

3.1 Sampel Penelitian ... 29

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

3.3 Jadwal Penelitian ... 38

4.1 Statistik Deskriptif ... 39

4.2 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ... 45

4.3 Hasil Analisis Regresi ... 45

4.4 Model Summary ... 47

4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 50

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51

4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson ... 54


(10)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 24

4.1 Gambar Grafik Histogram ... 41

4.2 Gambar Normal Probability Plot ... . ... 42

4.3 Grafik Scatterplot ... 43

4.4 Gambar Grafik Histogram ... 48

4.5 Gambar Normal Probability Plot ... 49


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Data Penelitian ... 65 Hasil Analisis Regresi ... 67


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dengan memasukkan Good Corporate Governanve (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id . Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana dan analisi regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan total sampel per tahun sebanyak sepuluh perusahaan. Hasil penelitian ini adalah konservatisme berpengaruh terhadap kualitas laba akrual, sedangkan kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Sehingga kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen tidak dapat menjadi varibel pemoderasi yang mampu mempengaruhi hubungan konservatisme dan kualitas laba akrual.


(13)

ABSTRACT

This research aim is to analyse the effect of conservatism to accrual earning quality of manufacturing companies listed on IDX period 2009-2013 with including gcg as a moderating variable. Data used is annual report from every samples published on www.idx.co.id. Method used is quantitative method, with classic assumption test and regression analysis with moderating variables. Samples are ataken using purposive sampling, with number of samples of 10 companies. Research shows that conservatism is affecting accrual earning quality, however managerial owning and independent commisioner composition are not affecting accrual earning quality, therefore they are not capable of being moderating variables.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan atau organisasi menginginkan agar sistem operasional yang mereka terapkan berjalan dengan baik, sesuai dengan keputusan manajemen. Namun, adakalanya mereka mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan manajemen terhadap tindakan yang akan mereka lakukan selanjutnya. Laporan keuangan, khususnya informasi mengenai laba, dapat membantu pengambilan keputusan manajemen dalam melakukan pengambilan tindakan berikutnya. Menurut Sofian et al. (2011), laba dianggap sebagai informasi paling signifikan yang dapat memandu dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Atas dasar pernyataan tersebut, betapa pentingnya peran informasi dan data yang dimiliki laba dalam upaya perkembangan perusahaan di masa depan, sehingga menyebabkan para manajer melakukan upaya yang keras untuk membuat laporan keuangan yang sebaik mungkin, untuk disajikan kepada pihak internal maupun eksternal.

Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi, mengukur prestasi atau kinerja karyawan, pembagian bonus, acuan perusahaan untuk penentuan besarnya pengenaan pajak dan pembagian untung (dividen). Laba yang berkualitas adalah laba yang akan menjadi acuan kelanjutan dari laba di masa depan. Beberapa perusahaan menggunakan akrual basis dalam pelaksanaan kegiatan keuangan. Perusahaan mengakui pendapatan saat diterima dan biaya saat periode


(15)

berjalan, tanpa memperhitungkan waktu penerimaan atau pembayaran kas. Akuntansi dasar akrual membutuhkan proses penyesuaian pada akhir periode untuk membandingkan pendapatan dan beban secara benar. Pendapatan dilaporkan pada periode dihasilkannya pendapatan tersebut dan beban ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan. Bagi kebanyakan bisnis berskala besar, penggunaan konsep berbasis akrual sering diterapkan.

Pentingnya informasi dan data mengenai laba pada perusahaan besar sangat penting dalam pengambilan keputusan, Dalam PSAK Nomor 1 dijelaskan bahwa informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004:04 par 12). Laba berperan sangat vital dalam segala sektor lini perusahaan, khususnya bagi pihak eksternal, yaitu pemegang saham atau investor. Pemegang saham dapat setiap saat memantau perkembangan perusahaan melalui berbagai informasi, itu berkaitan dengan dividen yang akan diterima oleh pemegang saham, apabila dividen turun yang diakibatkan laba perusahaan menurun, maka dividen yang diterima oleh pemegang saham akan turun pula.

Besarnya pendapatan laba yang dihasilkan oleh perusahaan menjadi poros, acuan atau tolak ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan merupakan sumber dari penilaian atas kebijakan-kebijakan yang diambil manajemen perusahaan, dan akan dilihat oleh pemegang saham atau investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Selain


(16)

peran laba di atas, peran laba lainnya adalah membantu perhitungan jangka panjang, meramalkan penghasilan laba tahun berikutnya.

Namun dalam perjalanan pengambilan keputusan, terdapat upaya dari perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian atau ketidakpastian yang akan terjadi dalam perusahaan. Kejadian tersebut membuat prinsip konservatisme menjadi faktor penting dalam mempengaruhi laba dan pengambilan keputusan manajemen. Pimpinan perusahaan membuat ketentuan yang sangat penting dalam menerapkan prinsip konversatisme. Pimpinan perusahaan menempatkan beberapa mekanisme untuk memastikan aset yang digunakan oleh perusahaan digunakan secara efisien, menjamin para investor dalam pengembalian investasi yang ditanamnya, Shleifer dan Vishny 1997, (dalam Juan Manuel Garcı´a Lara, 2007;

Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva, 2007. Hal. 162)

Konservatisme menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Dalam perkembangannya, penelitian yang dilakukan oleh Watts, 2003a, 2003b; Ball dan Shivakumar, 2005, (dalam Juan Manuel Garcı´a Lara, 2007;

Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva, 2007. Hal. 162) akuntansi konservatisme bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam membatasi pembayaran semena-mena oleh manajer dan sub-sektor lainnya, meringankan masalah perusahaan dengan keputusan investasi manajemen, peningkatan utang, penggunaan secara tepat pernyataan dari kontrak, memfasilitasi pemantauan kontrak dan mengurangi kesalahan penyalahgunaan


(17)

biaya. Hal ini disebabkan karena banyaknya tuntutan yang diterima pihak manajemen dari pihak luar, khususnya peningkatan perlindungan bagi

stakeholders yang berkepentingan bagi perusahaan. Menurut Basu, 2009 (dalam Putu dan Dewa Gede, 2014. Hal. 184) konservatisme akuntansi merupakan praktik yang mengurangi laba saat perusahaan menghadapi bad news dan tidak menaikkan laba pada saat perusahaan menghadapi good news. Perusahaan dengan tata kelola yang baik menggunakan konservatisme akuntansi untuk melindungi investor dengan cara memberikan informasi mengenai berita buruk (bad news) pada waktu yang sangat tepat (Lara et al. ,2009).

Menurut agency theory ,dalam hubungan antara principal dan agent penuh dengan konflik kepentingan (Berle and Means 1932; Jensen and Meckling 1976; Jensen 1986). Terdapat sebuah anggapan yang menjelaskan hubungan antara

principal dan agent dalam sebuah bisnis. Agency theory merupakan teori yang berfokus untuk menangani masalah yang muncul dalam hubungan agency yang mana hubungan tersebut adalah hubungan antara principal, misalnya, pemegang saham dan agen principal, misalnya eksekutif perusahaan. Agency theory

menangani dua masalah, yaitu, masalah yang muncul ketika terjadi konflik antara keinginan atau tujuan dari principal dan agent. Masalah yang kedua adalah masalah ketika principal dan agent mempunyai sikap yang berbeda dalam menghadapi suatu resiko. Karena adanya perbedaan dalam menghadapi resiko,

principal dan agent cenderung melakukan tindakan yang berbeda juga. Konflik seperti ini akan menyebabkan kualitas laba akrual menjadi menurun dan akan berpengaruh bagi perusahaan, langkah lain yang bisa diterapkan adalah dengan


(18)

menerapkan GCG (Good Corporate Governance). Penerapan GCG sangat baik bagi perusahaan dikarenakan untuk jangka panjang, GCG akan mempunyai hubungan terhadap kualitas kinerja suatu perusahaan. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang (Fala, 2007).

Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi (Nugroho, 2012)

Fenomena konservatisme akuntansi di Indonesia telah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan dalam bidang manufaktur. Hal ini disebabkan oleh pemahaman mengenai pentingnya peran konservatisme akuntansi bagi kelangsungan perusahaan. Contohnya adalah manipulasi laporan keuangan di Indonesia yaitu PT. KAI yang terdeteksi terdapat kecurangan dalam penyajian laporan keuangannya. Selain itu juga PT.Kimia Farma yang telah


(19)

penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 32,668 miliar yaitu pada laporan keuangan yang seharusnya adalah Rp 99,594 miliar namun ditulis Rp 132 miliar. Hal ini merupakan suatu bentuk penipuan yang sangat menyesatkan bagi investor dan stakeholders lainnya, Yazidah, 2011 (dalam Hikmah, 2013. Hal. 331)

Kasus di atas mengindikasikan rendahnya penerapan prinsip konservatisme oleh perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya. Penerapan prinsip konservatisme yang kurang baik ini juga terlihat dari manager yang memiliki ekuitas tinggi di perusahaan akan menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk menghindari penurunan harga saham. Kualitas laporan keuangan, khususnya laba, sangat berpengaruh terhadap kelangsungan mobilitas perusahaan. Para manager dipaksa melakukan manipulasi agar kualitas dari laba dapat dilihat oleh pemegang saham atau pemegang kepentingan lainnya, sehingga para pemegang kepentingan menjadi tidak perlu khawatir mengenai laporan keuangan perusahaan. Namun, laporan keuangan seperti itu dapat menimbulkan kesalahpahaman antara pemegang kepentingan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Memanipulasi laporan tidak dapat menjelaskan kondisi nilai pasar yang sesungguhnya. Laporan keuangan, khususnya laba, diperlukan untuk mengambil keputusan jangka pendek dan panjang dengan nilai pasar sebagai acuannya.

Pada penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada perusahaan manufaktur dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 - 2013. Peneliti tertarik dengan barang konsumsi dikarenakan barang konsumsi dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan


(20)

mengikuti trend sehingga perputaran harga yang cukup cepat, persaingan antar barang menjadi lebih aktif dan kedaan global yang sulit diprediksi. Peneliti juga berfokus pada satu jenis kategori kelompok untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian yan berjudul ”Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2 Batasan Penelitian

Agar penelitian dpat terwujud, maka peneliti membuat batasan penelitian sebagai berikut :

1. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Periode penelitian adalah 2009-2013.

3. Kualitas laba yang dilihat adalah kualitas laba akrual.

4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) yang dilihat dibatasi pada mekanisme internal perusahan, yaitu struktur kepemilikan (dilihat dari kepemilikan manajerial) dan struktur pengelolaan (dilihat dari komposisi komisaris independen).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :


(21)

1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Apakah mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari kepemilikan manajerial, berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari jumlah komisaris independen, berpengaruh terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :

a. Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari kepemilikan manajerial, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(22)

c. Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG), yang dilihat dari jumlah komisaris independen, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diinginkan dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat berguna untuk melihat bagaimana penerapan konservatisme akuntansi dalam perusahaan di dunia usaha yang berpengaruh kepada kualitas laba, khususnya laba akrual dan penyajian laporan keuangan. Serta penelitian ini juga memaparkan adanya pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dalam aktivitas perusahaan yang menjadi faktor pemoderasi antara hubungan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual, agar dapat tercapai kondisi internal dan eksternal perusahaan yang kondusif, mencapai pendapatan yang maksimal, mampu bersaing secara global dan mempunyai hubungan yang baik dengan para

stakeholder.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya dalam menyajikan laba akrual pada perusahaan. Sehingga dapat mengambil keputusan jangka pendek atau jangka panjang pada perusahaan.


(23)

3. Dan untuk para peneliti lainnya dapat menjadi informasi tambahan dan masukan, untuk penelitian yang sejenis.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konservatisme Akuntansi

Menurut konsep konservatisme adalah ketika kerugian sudah terjadi dalam perusahaan, maka kerugian tersebut akan langsung diakui meskipun kerugian tersebut belum terealisasi, namun tetapi jika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi tidak akan diakui. Pengertian konservatisme akuntansi (Wolk et.al 2001 : 144-145 dalam Fitriana, 2011. Hal. 1) konservatisme akuntansi adalah usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang (a) memperlambat pengakuan revenues, (b) mempercepat pengakuan expenses, (c) merendahkan penilaian aktiva dan (d) meninggikan penilaian utang. Sehingga dalam penerapannya, konservatisme menjaga agar beban tidak berlebih dan dapat meningkatkan laba secara proporsional. Pihak internal perusahaan tentu tidak berharap apabila perusahaan mengalami kerugian yan menyebabkan para pemegang saham menjadi ragu akan kinerja pihak internal. Secara bertahap, akuntan yang dimiliki perusahaan menerapkan konsep konservatisme yang menjadi konsep/ alat untuk hal pencegahan beban yang berlebih dan dapat meningkatkan laba.

Dalam SFAC No. 2 para. 95 (Warikki, 2008 dalam Ananto, 2011, Bab 2, Par. 1) dijelaskan bahwa: “Conservatism is a prudence reaction to uncertainty to try to ensure that uncertainties and risk inherent in business situation are adequately


(25)

considered.” Definisi ini menyatakan bahwa konservatisme adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.

Dalam pengertian lain (dalam Ball dan Shivakumar, 2005), konservatisme dapat meningkatkan efisiensi antara pengkontrak dan pihak pemegang saham dengan membatasi hak kontrol terhadap kesalahan manajemen dan mentransfer kembali kepada hak-hak penyedia dana sebelumnya. Konservatisme akuntansi (dalam Juan

Manuel Garcı´a Lara, 2007; Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva, 2007. Hal. 164) juga dapat menurunkan angka resiko konflik dalam perusahaan, persyaratan pengakuan asimetris terhadap nilai keuntungan dan kerugian yang sangat dekat terhadap rendahnya fungsi antara direktur dan auditor dalam hal ini melebih-lebihkan asset bersih atau laba untuk menghasilkan pembiayaan di perusahaan.

Sebuah konsekuensi yang sangat penting dalam penerapan konservatisme akuntansi untuk pembuatan laporan keuangan terhadap laba dan rugi merupakan hal yang tidak boleh diremehkan, khususnya laba bersih. Para pengatur pasar modal, lembaga keuangan dan akademisi menilai kecenderungan untuk tidak peduli dalam hal konservatisme akuntansi menjadi faktor dalam beberapa kesalahan pengakuan biaya di perusahaan di masa depan yang diakibatkan oleh kecenderungan yang tidak peduli terhadap laba bersih saat diakui. Contohnya dalam Accounting Research Bulletin 2 /AICPA, 1939 (dalam Alarlooq, 2014. Hal 1) menyebutkan : konservatisme dalam neraca adalah nilai meragukan jika dicapai


(26)

dengan mengorbankan konservatisme dalam laporan laba rugi yang jauh lebih signifikan.

Penerapan konservatisme dalam menjelaskan laporan laba rugi lebih sering digunakan disaat-saat kritis. Konservatisme tidak bisa diterapkan apabila hanya menjelaskan mengenai satu topik saja, konservatisme digunakan untuk laporan laba/rugi dan neraca keuangan semenjak laporan keuangan atau neraca dari perusahaan itu dimulai atau perusahaan mulai beroperasi, dengan adanya penerapan konservatisme ini, banyak dari ekonom khususnya akuntan menjadikan konservatisme sebagai pedoman atau acuan dalam praktik di perusahaan, sehingga perusahaan dapat menilai laporan keuangan tanpa menimbulkan konflik kepentingan di antara manajemen dengan para pemegang saham, hal ini bisa berakibat buruk bagi kinerja perusahaan.

Risiko litigasi (Juanda, 2007 dalam Utami, 2011. Hal.1) merupakan risiko yang berpotensi menimbulkan biaya yang tidak sedikit karena berurusan dengan masalah hukum. Secara rasional manajer akan menghindari kerugian akibat litigasi tersebut dengan cara melaporkan keuangan secara konservatif, karena laba yang terlalu tinggi memiliki potensi risiko litigasi lebih tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah tingkat kesulitan keuangan perusahaan. Tingkat kesulitan keuangan perusahaan adalah suatu keadaan perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasi bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves, 2003:837 dalam Utami, 2011. Hal.1-2)


(27)

Sebagai pemahaman, berikut contoh dari penerapan konservatisme akuntansi (dalam Hery, 2012), contoh penerapan konsep konservatisme dalam akuntansi adalah metode harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar yang digunakan untuk menilai persediaan. Contoh lain dari penerapan konsep konservatisme dalam akuntansi adalah metode pencadangan yang digunakan untuk mencatat piutang tak tertagih, di mana piutang usaha dilaporkan dalam neraca sebesar jumlah yang lebih realistis (dan lebih rendah) sehinga mencerminkan dengan lebih baik jumlah piutang yang sesungguhnya dapat ditagih.

2.1.2 Kualitas Laba Akrual

Laporan laba rugi (income Statement) adalah laporan yang menyajikan ukuran keberhasilan perusahaan untuk memenuhi target operasional perusahaan selama waktu periode tertentu. Laporan keuangan mengklasifikasikan beberapa uraian terkait aktivitas perusahaan dengan laba bersih sebagai hasil akhir. Melalui laporan laba rugi, para investor dapat melihat tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan, dan para kreditur dapat mempertimbangkan kembali tingkat kelayakan kredit kepada perusahaan. Pembayaran pajak oleh perusahaan kepada pemerintah, juga didapatkan berdasarkan jumlah dari laba bersih yang diterima oleh perusahaan melalui laporan keuangan. Ukuran laba memperlihatkan kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan profit untuk membayar dividen investor, membayar bunga dan pajak pemerintah.

Para ekonom mendefenisikan laba sebagai sisa pendapatan setelah biaya menjalankan operasional perusahaan. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi,


(28)

konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Makna laba secara umum adalah kenaikan pendapatan dalam suatu periode, tanpa pendapatan awal masih tetap dipertahankan.

Di samping itu (dalam Hery, 2012. Hal. 187), FASB dalam kerangka kerja konseptualnya menyatakan bahwa informasi mengenai laba perusahaan, yang diukur dengan accrual accounting, pada umumnya memberikan dasar yang lebih baik dalam hal memprediksi kinerja perusahaan di masa depan, daripada informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas. Jadi, di dalam kerangka kerja konseptual disebutkan bahwa fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan komponen-komponennya (pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian). Laba tidak sama dengan jumlah kas yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Kebanyakan dari laba terkait dengan akuntansi akrual, sehingga besarnya laba dengan arus kas dari operasi berbeda.

Akrual muncul karena aturan-aturan akuntansi seperti depresiasi, cadangan kerugian, dsb. Laba akrual mempunyai arti penghasilan atau pendapatan yang diperoleh selama jangka waktu fiskal tertentu, tetapi tidak diterima sampai periode fiskal berikutnya atau masa depan. Sebagian besar perusahaan menggunakan metode akrual akuntansi yang berarti bahwa pendapatan dan pengeluaran yang dimasukkan ke dalam buku-buku dan catatan perusahaan sebagai pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Ini berarti bahwa


(29)

pendapatan tercatat sebagai penerimaan dan pengeluaran yang dicatat ketika dibayar. Ketika perusahaan menghasilkan pendapatan dari produk atau jasa, perusahaan mungkin menghasilkan pendapatan dalam satu bulan tapi tidak menerima uang tunai sampai bulan berikutnya. Jika perusahaan menutup buku setiap bulan, itu menghasilkan pendapatan yang diperoleh dan ditambahkan menjadi pendapatan pada bulan diterima, meskipun saldo kas bisnis tidak meningkat di bulan sekarang dari pendapatan tersebut. Untuk memahami cara umum prinsip penerimaan akuntansi perusahaan diharuskan untuk mencatat penghasilan untuk membantu user membuat evaluasi yang lebih baik.

Semakin agresif metode akuntansi yang diterapkan, semakin rendah kualitas laba; semakin rendah kualitas laba, semakin tinggi penetapan resiko (risk assessment); semakin tinggi penetapan resiko, semakin rendah nilai suatu perusahaan yang dianalisis, Hennie Van Greuning, 2005:32 (dalam Ananto, 2011. Bab 2, hal 6). Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih tinggi karena lebih kecil kemungkinan kinerja kini dan perkiraan kinerja masa depan dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang lebih agresif K.R Subramanyam, 2005:134 Hennie Van Greuning, 2005:32 (dalam Ananto, 2011. Bab 2, hal 6).

Schipper dan Vincent, 2003 (dalam ananto, 2011, Bab 2, hal 6-8) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan


(30)

keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba. Kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.

Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ kebijakan), dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan discretionary accruals, laba berkualitas adalah laba yang mempunyai discretionary accruals yang kecil. Estimasi discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan


(31)

kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya.

Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas /konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.

Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya.

Peneliti memilih laba akrual dikarenakan peneliti meneliti perusahaan barang konsumsi, dengan perusahaan barang konsumsi merupakan perusahaan dengan perputaran dan aktivitas keuangan yang tinggi dan sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, jadi diperlukan penelitian guna mengetahui pengaruhnya. Di samping itu, pemilihan laba akrual juga didasarkan oleh


(32)

keputusan pemilik saham yang tidak sekedar meminta kulitas laba tetapi juga laba secara akrual yang berpengaruh terhadap keputusan manajemen.

2.1.3 Good Corporate Governance (GCG)

Corporate governance adalah suatu hubungan antara stakeholder dengan manajemen perusahaan yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja operasional suatu perusahaan. Menyelaraskan kepentingan antara manajemen perusahan dengan pemegang saham yang bertujuan untuk menghasilkan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan merupakan corporate governance yang efektif.

Sementara itu menurut (dalam Tunggal, 2014) Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendeskripsikan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurs, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Di samping itu (dalam Tunggal, 2014) OECD mendefenisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak Direksi Perusahaan, Komisaris, pemegang saham dan pihak lain yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Good Corporate Governance seharusnya dapat merangsang Komisaris dan Direksi dalam usahanya mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dan memfasilitasi pengawasan yang efektif, sehingga


(33)

mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara lebih efisien.

Untuk meningkatkan kinerja perusahaan yan efektif, para ekonom dan akademisi membuat penelitian mengenai efektivitas dalam perusahaan. Penelitian tersebut menghasilkan istilah yang dikenal dengan Good Corporate Governance.

Surat Edaran Meneg (dalam Tunggal, 2014) PM & P. BUMN No. S.106/M.PMP BUMN/200 tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan penerapan Corporate Governance menyatakan bahwa : “Good Corporate Governance adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan Struktur Organisasi Perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung : pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien, efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegan saham dan

stakeholderlainnya”.

Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance dikenal adanya 4 (empat) prinsip utama, yaitu : pertanggungjawaban, akuntabilitas, keadilan dan Transparansi. Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan pihak intern sebagai variabel pemoderasi, yaitu :

2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial

Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi


(34)

konflik keagenan di antara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen puncak (Morck, Schleifer, dan Vishny, 1989 dalam Boediono, 2005).

2.1.3.2 Komposisi Komisaris Independen

Dewan komisaris mempunyai peran sebagai penanggungjawab dan berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah selanjutnya dalam aktivitas operasional perusahaan. Untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan aktivitas perusahaan, dewan komisaris melalui keputusan komisaris, dapat mendapat bantuan professional. Dewan komisaris harus melakukan pemantuan terhadap aktivitas dan efektivitas Good Corporate Governance yang diterapkan oleh perusahaan, apabila perlu dilakukan perubahan atau penyesuaian. Selain bertanggung jawab dan mengawasi kinerja dewan direksi, dewan komisaris juga bertugas sebagai pihak koordinator kepentingan-kepentingan antara pihak eksternal dan pihak internal, sebab itu dewan komisaris mempunyai suatu sistem yang menjadi tolak ukur kepuasan antara kedua pihak tersebut.


(35)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

Juan Manuel, et. al (2007)

Accounting conservatism and corporate governance

Konservatisme dan Corporate Governance Konservatisme dan Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Rangga Putra Ananto (2011) Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kualitas Laba Akrual sebagai variabel dependen, Konservatisme sebagai variabel independen, Kepemilikan Manajerial dan Komposisi Dewan Komisaris sebagai variabel pemoderasi. Variabel konservatisme akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba akrual. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap hubungan antara

konservatisme akuntansi kualitas laba akrual, Variabel komposisi komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap hubungan antara konservatisme akuntansi kualitas laba akrual.

Putu Tuwentina dan Dewa Gede Wirama (2014) Pengaruh Konservatisme Akuntansi Dan Good Corporate Governance Pada Kualitas Laba Kualitas Laba Akrual sebagai variabel dependen, Konservatisme dan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel independen Konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba. Good Corporate Governance tidak berpengaruh pada kualitas laba .


(36)

1. Pada penelitian terdahulu sampel penelitian berjumlah 40 sampel, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengambil sampel berjumlah 50 sampel.

2. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki periode waktu penilaian selama tahun 2009-2013, sedangkan penelitian terdahulu memiliki waktu penilaian selama tahun 2004-2008.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Menurut Maya, 2009 (dalam ananto, 2011) kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variable-variabel penelitian, yaitu variable-variabel dependen dan variable-variabel independen.

Menurut Basu, 2009 (dalam Putu dan Dewa Gede, 2014. Hal. 184) konservatisme akuntansi merupakan praktik yang mengurangi laba saat perusahaan menghadapi bad news dan tidak menaikkan laba pada saat perusahaan menghadapi good news. Lo, 2005 (dalam Warikki, 2008) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi , serta menurut konsep konservatisme adalah ketika kerugian sudah terjadi dalam perusahaan, maka kerugian tersebut akan langsung diakui meskipun kerugian


(37)

tersebut belum terealisasi, namun tetapi jika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi tidak akan diakui. Penerapan konservatisme akuntansi diharapkan akan membawa pengaruh terhadap kualitas laba perusahaan, khususnya kualitas akrual. Laba yang didapat dari operasional perusahaan, akan menjadi pedoman perusahaan dan sta keholders untuk membuat rencana/keputusan jangka pendek dan panjang. Oleh sebab itu, laba menjadi faktor penting dalam operasional perusahaan, khususnya kualitas laba. Laba yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan, akan menyebabkan salah informasi yang berujung kesalahan fatal. Maka para manajemen berusaha membuat informasi mengenai laba dibuat dengan baik dan benar sesuai dengan keadaan pasar. Dalam penerapan konservatisme akuntansi di dalam perusahaan, terdapat penerapan

Good Corporate Governance (GCG) khususnya pihak internal perusahaan (kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris) yang dapat menjadi faktor pemoderasi antara hubungan konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual. Atas dasar penilaian tersebut, maka dibuatlah kerangka konseptual sebagai berikut :

KONSERVATISME AKUNTANSI

(X1)

KEPEMILIKAN MANAJERIAL

(X2)

KUALITAS LABA AKRUAL

(Y)

H1

H2


(38)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Y = Kualitas Laba Akrual

X1 = Tingkat Konservatisme

X2 = Kepemilikan Manajerial

X3 = Komposisi Komisaris Independen

2.3.2 Hipotesis

Hipotesis menurut Erlina (2008:49), menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan adalah sebagai berikut :

H1 : Fala (2007) menemukan hubungan positif signifikan antara konservatisme akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan sehingga konservatisme akuntansi yang tinggi mencermikan niai perusahaan yang tinggi pula. Dalam Watts (2003a); Ball and Shivakumar (2005) mengatakan akuntansi konservatif dapat digunakan sebagai mekanisme untuk memotivasi para manajer untuk mengurangi kerugian tahun/periode sebelumnya dan meninggalkan proyek yang dianggap buruk atau tidak berhasil. Selain itu, konservatisme akuntansi dapat menjadi alat untuk memantau utang kontrak yang dapat ditulis berdasarkan pada angka-angka yang konservatif, yang dapat memicu pelanggaran utan kontrak lebih cepat. Menurut Watts (2002),


(39)

akuntansi konservatif bermanfaat untuk menghindari konflik kepentingan antara investor dan kreditor karena akuntansi dapat mencegah pembagian dividen yang berlebihan kepada investor. Peneliti menduga terdapat pengaruh positif konservatisme akuntansi pada kualitas laba. Hal ini disebabkan oleh prinsip-prinsip konservatisme yang berpihak kepada investor dengan cenderung bersifat melindungi investor dari kesalahan berinvestasi akibat kekeliruan dalam menganalisis informasi laba perusahaan sehingga hipotesis yang dirumuskan adalah:

Konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur khusus barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Keberhasilan Good Corporate Governance dalam pelaksanaan konservatisme dapat menjadi acuan untuk perusahaan dalam berkoordinasi antara mekanisme internal dan eksternal. Dalam efisien susunan Direksi dan kepemilikan manajerial yang paling menonjol dalam ketentuan internal (Shleifer dan Visnhy 1986).

Adams (2000) dan Vafeas (1999) menyatakan bahwa jumlah dari kepemilikan manajerial adalah proxy yang baik untuk para dewan dalam pemantauan kegiatan usaha. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen puncak (Morck, Schleifer, dan Vishny, 1989 dalam Boediono, 2005). Menurut Ananto, 2011, Tekanan


(40)

dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang berkaitan dengan kandungan informasi dalam laba. Adanya hubungan kepemilikan manajerial dengan kualitas laba menjadi dasar peneliti untuk membuat hipotesis sebagai berikut :

Kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur khusus barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa direksi independen positif berpengaruh terhadapan keputusan dewan. Weisbach (1988) menunjukkan bahwa kehadiran di luar direksi dapat berpengaruh terhadap penghapusan keputusan CEO. Byrd dan Hickman (1992), menemukan bahwa penawaran perusahaan di luar direksi independen memegang keputusan setidaknya 50% dari kursi keseluruhan. Atas dasar tersebut diperoleh hipotesis sebagai berikut:

Komposisi komisaris independen mampu memoderasi hubungan antara konservatisme akuntansi dengan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur khusus barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausal. Menurut Umar (2003:30), penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Dengan kata lain desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel

yang lain”.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Chaplin (2008:375), “Populasi adalah totalitas semua organisme di dalam satu daerah geografis tertentu. Dalam studi statistik, populasi dilawankan

dengan Sampel”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi (Consumer Goods Industries) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tahun 2009-2013 yang berjumlah 50 perusahaan. Sampel adalah “satu jumlah terbatas dari individu yang diambil dari populasi, dan diduga representative sifatnya. Ada pengecekan statistik untuk menentukan benar atau tidaknya sampel tersebut benar-benar representative (Chaplin, 2008:375). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.


(42)

Kriteria yang dijadikan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur kategori barang konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan tahun 2009-2013.

2. Data laporan tahunan harus memuat informasi mengenai kepemilikan manajerial.

3. Data laporan tahunan harus memuat informasi mengenai komposisi komisaris independen.

Proses Pemilihan Sampel dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1

Daftar Sampel Penelitian

No Perusahaan Kriteria Kode Sampel

1 2 3

1 PT Indofarma Tbk  INAF

2 PT Kimia Farma Tbk  KAEF

3 PT Schering Plough I. Tbk  SCPI

4 PT Siantar Top    STTP 

5 PT Kedaung Setia Tbk  KDSI

6 PT Unilever Indonesia Tbk  UNVR

7 PT HM Sampoerna Tbk  HMSP

8 PT Kalbe Farma Tbk  KLBF

9 PT Pyridam Farma Tbk    PYFA 

10 PT Mustika Ratu Tbk  MRAT

11 PT Darya-Varia L Tbk  DVLA

12 PT Bristol-Myres (PS) Tbk SQPI

13 PT Ultra Jaya Tbk  ULTJ

14 PT Smart Tbk  SMAR

15 PT Suba Indah SUBA

16 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk  AISA


(43)

Sumber : Data Olahan Peneliti

18 PT Delta Jakarta Tbk  DLTA

19 PT Mayora Indah Tbk  MYOR

20 PT Bristol-Myres Tbk SQBI

21 PT Ades Water Indonesia Tbk   ADES

22 PT Aqua Golden Missisipi Tbk  AQUA

23 PT Cahaya Kalbar Tbk  CEKA

24 PT Davomas Abadi Tbk DAVO

25 PT Indofood Sukses M. Tbk    INDF 3

26 PT Multi Bintang I. Tbk  MLBI

27 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk    PSDN 4

28 PT Sekar Bumi Tbk  SKBM

29 PT Sekar Laut Tbk    SKLT 5

30 PT Fast Food Indonesia  FAST

31 PT Tunas Baru Lampung Tbk    TBLA 6

32 PT BAT Indonesia Tbk  BATI

33 PT Bentoel Internasional I. Tbk  RMBA

34 PT Gudang Garam Tbk  GGRM

35 PT Merck Tbk  MERK

36 PT Tempo Scan P. Tbk  TSPC

37 PT Mandom Indonesia Tbk    TCDI

38 PT Sara Lee B.C.I. Tbk  PROD

39 PT Kedaung Indah C. Tbk    KICI 7

40 PT Langgeng Makmur I. Tbk    LMPI 8

41 PT Alkindo Naratama Tbk   ALDO

42 PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk  DAJK

43 PT Fajar Surya Wisesa Tbk   FASW

44 PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk    INKP 9

45 PT Toba Pulp Lestari Tbk    INRU 10

46 PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk  KBRI

47 PT Suparma Tbk   SPMA

48 PT Tunas Alfin Tbk  TALF

49 PT SLJ Global Tbk  SULI


(44)

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

“Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul

data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Erlina, 2008:24). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan mendownload melalui situs www.idx.co.id. Menurut sifatnya data dalam penelitian ini termasuk data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mendownload melalui www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang dibutuhkan.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi yang merupakan reaksi hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan.


(45)

Pengukuran tingkat konservatisme akuntansi yang sering digunakan adalah akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow from operation. Apabila akrual bernilai negatif, maka laba dapat digolongkan konservatif.

Rumus untuk menghitung akrual :

Dengan :

Cit : Konservatisme perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t

CFit : Arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun

t

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba, khususnya kualitas akrual. Kualitas laba menurut Gumanti, 2001 (dalam Ananto, 2011) salah satunya dapat diukur melalui discretionary accruals (DACit) yang akan mengindikasikan ada atau tidaknya manajemen laba. Nilai discretionary accruals yang positif mengindikasikan kualitas laba yang rendah, sedangkan nilai discrenationary accrual yang negatif mengindikasikan kualitas laba yang tinggi.

Model perhitungannya adalah sebagai berikut :

Dengan :

TACit : Total accruals perusahaan i pada tahun t

Cit = NIit – CFit


(46)

NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t

CFit : Arus kas kegiatan operasi perusahaan i pada tahun t

Dengan :

DACit : Dicretionary accruals perusahaan i pada tahun t TACit : Total Accruals perusahaan i pada tahun t

SALESit : Penjualan perusahaan i pada tahun t t : Periode tes

t-1 : Periode sebelumnya 3.5.3 Variabel Pemoderasi

Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance (GCG), yang berkaitan dengan mekanisme internal spesifik perusahaan. Mekanisme internal spesifik perusahaan tersebut terdiri dari struktur kepemilikan, yang menggunakan variabel kepemilikan manajerial, dan struktur pengelolaan, yang menggunakan variabel jumlah komisaris independen.

3.5.3.1Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen puncak. Kepemilikan manajerial adalah pihak yang berasal dari dalam perusahaan serta memiliki beberapa saham di dalam perusahaan dan ikut serta dalam pengambilan keputusan


(47)

operasional perusahaan. Informasi mengenai kepemilikan manajerial dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan masing-masin perusahaan.

Rumus yang digunakan adalah :

3.5.3.2Komposisi Komisaris Independen

Dewan komisaris mempunyai peran sebagai penanggungjawab dan berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah selanjutnya dalam aktivitas operasional perusahaan.

Komposisi Komisaris Independen dapat dihitung dengan cara :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Jenis Variabel Defenisi Indikator Penelitian

Independen Konservatisme (X)

Suatu prinsip akuntansi dengan melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa

kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa

Cit=Nit-CFit Rasio Jumlah saham yang dimiliki direktur dan komisaris

Jumlah Saham X 100 %

Jumlah komisaris independen Jumlah Komisaris

X 100%

 


(48)

kemungkinan nilai kewajiban dan beban.

Dependen Kualitas Laba Akrual

(Y)

Laba sebenarnya yang akan menjadi acuan keputusan operasional perusahaan dan dapat dijadikan dasar pertimbangan

stakeholder dalam mengambil

keputusan.

DACit=(TACit/SALESt

)-(TACit-1/SALESit-1)

Rasio

Moderasi 1 Kepemilikan Manajerial (X2)

Suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik dan ikut serta dalam kepemilikan saham.

Jumlah saham yang dimiliki pihak

manajemen dibagi total saham dikali 100 %.

Rasio Moderasi 2 Komposisi Komisaris Independen (X3) Pihak yang berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah.

Jumlah komisaris independen dibagi jumlah total komisaris dikali 100%.

Rasio

Sumber : Data Olahan Peneliti 3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda dengan bantuan software

SPSS versi 20. Penggunaan metode analisis dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi tersebut meliputi :


(49)

3.6.1.1Uji Normalitas Data

Menurut Sumanto 2014:146, uji normalitas dimaksudkan untuk memastikan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada uji normalitas, data dikatakan berdistribusi normal jika residual (nilai pengganggu) mendekati nol. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan uji one sample Kolmogorov-smirnov. Dengan α = 5%,

bila sig > α , maka data mempunyai distribusi normal. Dan sebaliknya, jika

sig < α, maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. 3.6.1.2Uji Multikolinearitas

Menurut Sumanto 2014:165, dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antarvariabel bebas. Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yan sama diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.6.1.3Uji Autokorelasi

Menurut Nugroho 2005:59 (dalam Ananto, 2011), uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan penganggu pada periode satu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik, seharusnya tidak terdapat autokorelasi. Uji ini dapat dilakukan dengan menhitung nilai Durbin-Watson. Beberapa kriteria untuk mendeteksi autokorelasi :


(50)

• Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi

• Angka D-W di atas 2 berarti ada autokorelasi.

3.6.1.4Uji Heterokedastisitas

Menurut Nugroho 2005:62 (dalam Ananto, 2011) , uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan (varians) antar satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi gejala heterokedastisitas.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji-t. Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X1X2 + β5X2X3 + β6X2X3 + …………ε

Keterangan :

Y = Discretionary accruals X1 = Konservatisme akuntansi X2 = Kepemilikan manajerial

X3 = Komposisi komisaris independen


(51)

X2X3 = Pengaruh kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris

independen. α = Konstanta ε = Error

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu sebagaimana tertera pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni

2015 Juli 2015

Pencarian Data Awal Pengajuan Proposal Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Akhir


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Statistik Deskriptif

Pada bagian ini akan digambarkan data dari masing-masing variabel yang telah diolah berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu konservatisme akuntansi (X1) terhadap kualitas laba akrual (Y) dengan variabel moderasi yaitu kepemilikan manajerial (X2) dan komposisi komisaris independen (X3) pada Perusahaan Manufaktur kategori Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KONSERVATISME 50 -154.54 167.75 8.0922 59.22861

LABAAKRUAL 50 -72.77 73.15 .5078 18.16873

K.MANAJERIAL 50 .00 .40 .0488 .12073

K.INDEPENDEN 50 .00 .50 .3597 .08263

KON.IND 50 -51.51 83.88 3.2971 23.87747

KON.MJR 50 -16.73 7.20 -.1880 2.62068

Valid N (listwise) 50

Sumber: Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa:

1. Nilai rata-rata konservatisme adalah 8.0922 dengan standar deviasi 59.22861, nilai minimum -154.54 dan nilai maksimum 167.75.


(53)

2. Nilai rata-rata laba akrual adalah 0.5078 dengan standar deviasi 18.16873, nilai minimum -72.77 dan nilai maksimum 73.15.

3. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial adalah 0.0488 dengan standar deviasi 0.12073, nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum 0.40.

4. Nilai rata-rata komisaris independen adalah 0.3592 dengan standar deviasi 0.08263, nilai minimum 0.00 dan nilai maksimum 0.50.

5. Nilai rata-rata uji interaksi antara konservatisme dengan kepemilikan manajerial adalah sebesar 3.2971 dengan standar deviasi sebesar 23.87747, nilai minimum -51.51 dan nilai maksimum 83.88.

6. Nilai rata-rata uji interaksi antara konservatisme dengan komisaris independen adalah sebesar -0.1880 dengan standar deviasi 2.62068, nilai minimum -16.73 dan nilai maksimum 7.20.

4.1.2 Analisis Regresi tanpa Variabel Moderasi

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi; Uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki distribusi normal atau mendekati normal dengan melihat normal probability plot. Uji normalitas yang pertama dilakukan adalah berdasarkan grafik secara histogram yang terlihat pada gambar 4.1.


(54)

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Gambar 4.1

Gambar Grafik Histogram (Data Asli)

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat


(55)

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015) Gambar 4.2

Normal Probability Plot (Data Asli)

Berdasarkan grafik profitabilitas pada gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal karena distribusi data residualnya mengikuti arah garis diagonal (garis normal).

4.1.2.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot,


(56)

1. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot

ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut:

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015) Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

Pada grafik scatterplot di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga


(57)

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

4.1.2.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali, 2005). Jika terjadi korelasi dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan Durbin-Watson (DW test). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu nilai dl dan du untuk K = jumlah variabel bebas dan n = jumlah sampel. Jika nilai DW berada di antara nilai du hingga (4-du), berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi. Adapun kriteria dalam penentuan autokorelasi adalah sebagai berikut :

1) Jika Dw < Dl atau Dw > 4-Dl maka terdapat autokorelasi.

2) Jika Dl < Dw < Du atau 4-Du < Dw < 4-Dl maka status autokorelasi tidak dapat dijelaskan (inconclusive).

3) Jika Du < Dw < 4-Du maka tidak terjadi autokorelasi (Non Autokorelasi).

Tabel 4.5 digunakan untuk melihat nilai Durbin Watson yang didapat dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 20. Tabel DW menunjukkan bahwa dengan n = 50, K = 1, maka akan diperoleh nilai dl = 1.5053 dan du = 1.5849 dan 4-du = (4 – 1.5849 ) = 2.4151.


(58)

Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .231a .054 .034 17.85866 2.157

a. Predictors: (Constant), KONSERVATISME b. Dependent Variable: LABAAKRUAL

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan hasil pengujian Durbin-Watson dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1.5053 < 2.157 < 2.4151 yang berarti berdasarkan kriteria Durbin-Watson hasil tersebut tidak terjadi autokorelasi.

4.1.2.4 Model Regresi Sederhana

Hasil regresi linear sederhana pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

1 (Constant) -.067 2.550 -.026 .979

KONSERVATISME .371 .043 .231 3.648 .006

a. Dependent Variable: LABAAKRUAL

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)


(59)

Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel

coefficients yang dibaca adalah nilai dalam kolom B pada baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Berdasarkan tabel 4.6 di atas maka model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

LABA AKRUAL = -0.067 + 0.371KONSERVATISME

Dari persamaan regresi tersebut di atas maka dapat dianalisis sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar -0.067 yang berarti apabila Konservatisme tidak ada maka kualitas laba akrual adalah sebesar -0.067.

b. Koefisien regresi konservatisme akuntansi sebesar 0.371 menyatakan bahwa apabila variabel konservatisme ditingkatkan sebesar 1 satuan, maka kualitas laba akrual akan meningkat sebesar 0.371 satuan.

4.1.2.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2005). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai yang mendeakati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:


(60)

Tabel 4.4 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .231a .054 .034 17.85866

a. Predictors: (Constant), KONSERVATISME b. Dependent Variable: LABAAKRUAL

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan koefisien korelasi R dan koefisien determinasi (R Square). Nilai R menunjukkan tingkat hubungan antar variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen. Dari hasil olah data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.231 atau sebesar 23.1% artinya hubungan antara variabel konservatisme dengan variabel laba akrual adalah kurang erat.

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan nilai R Square. Dari hasil perhitungan nilai R Square sebesar 0.054 atau sebesar 5.4% artinya 5.4% variabel laba akrual dapat dijelaskan dengan konservatisme.

4.1.3 Analisis Regresi dengan Variabel Moderasi

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi; Uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki distribusi normal atau mendekati normal dengan melihat normal


(61)

probability plot. Uji normalitas yang pertama dilakukan adalah berdasarkan grafik secara histogram yang terlihat pada gambar 4.4.

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Gambar 4.4

Gambar Grafik Histogram (Data Asli)

Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa pola distribusi normal, akan tetapi jika kesimpulan normal atau tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat


(62)

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015) Gambar 4.5

Normal Probability Plot (Data Asli)

Berdasarkan grafik profitabilitas pada gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal karena distribusi data residualnya mengikuti arah garis diagonal (garis normal). Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat dilakukan dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di atas 0.05. Sedangkan, data yang tidak berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi di bawah 0.05 (Ghozali,2007:12).


(63)

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 16.87323252 Most Extreme Differences

Absolute .159

Positive .159

Negative -.156

Kolmogorov-Smirnov Z 1.127

Asymp. Sig. (2-tailed) .158

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (Data Asli) di atas, terlihat bahwa data telah terdistribusi dengan normal yang mana terlihat bahwa nilai signifikansi di atas 0.05 yaitu sebesar 0.158 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1.127.

4.1.3.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi di mana prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada uji multikolinearitas ini dapat dilihat melalui nilai inflation factor (VIF) dan


(1)

Regression

[DataSet1]

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 KON.MJR, KON.IND,

KONSERVATISMEb . Enter

a. Dependent Variable: LABAAKRUAL b. All requested variables entered.

a. Predictors: (Constant), KON.MJR, KON.IND, KONSERVATISME b. Dependent Variable: LABAAKRUAL

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .371a


(2)

ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2224.446 3 741.482 2.445 .076b

Residual 13950.593 46 303.274

Total 16175.038 49

a. Dependent Variable: LABAAKRUAL

b. Predictors: (Constant), KON.MJR, KON.IND, KONSERVATISME

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) .737 2.516 .293 .771

KONSERVATISME .026 .188 .086 .140 .889 .050 2.093

KON.IND -.005 .450 -.006 -.011 .991 .054 1.616

KON.MJR 2.265 1.115 .327 2.031 .048 .724 1.380

a. Dependent Variable: LABAAKRUAL

Coefficient Correlationsa

Model KON.MJR KON.IND KONSERVATISME

1

Correlations

KON.MJR 1.000 .276 -.380

KON.IND .276 1.000 -.968

KONSERVATISME -.380 -.968 1.000

Covariances

KON.MJR 1.244 .138 -.080

KON.IND .138 .202 -.082


(3)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) KONSERV ATISME

KON.IND KON.MJR

1

1 2.262 1.000 .01 .01 .01 .05

2 1.050 1.468 .74 .00 .00 .12

3 .662 1.849 .25 .00 .01 .71

4 .026 9.391 .00 .99 .98 .12

a. Dependent Variable: LABAAKRUAL

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -40.4649 18.4697 .5078 6.73772 50

Std. Predicted Value -6.081 2.666 .000 1.000 50

Standard Error of Predicted Value 2.493 15.984 4.045 2.840 50

Adjusted Predicted Value -88.2027 15.4335 -.3577 13.10235 50

Residual -72.00549 72.54040 .00000 16.87323 50

Std. Residual -4.135 4.165 .000 .969 50

Stud. Residual -4.179 4.209 .013 .998 50

Deleted Residual -73.54253 74.07684 .86547 19.13970 50

Stud. Deleted Residual -5.247 5.310 .015 1.189 50

Mahal. Distance .024 40.298 2.940 7.034 50

Cook's Distance .000 2.230 .052 .315 50

Centered Leverage Value .000 .822 .060 .144 50


(4)

(5)

NPar Tests

[DataSet1]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

Unstandardized Residual

N 50 50

Normal Parametersa,b Mean 0E-7 0E-7

Std. Deviation 17.67549334 16.87323252

Most Extreme Differences

Absolute .165 .159

Positive .150 .159

Negative -.165 -.156

Kolmogorov-Smirnov Z 1.167 1.127

Asymp. Sig. (2-tailed) .131 .158

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KONSERVATISME 50 -154.54 167.75 8.0922 59.22861

LABAAKRUAL 50 -72.77 73.15 .5078 18.16873

K.MANAJERIAL 50 .00 .40 .0488 .12073

K.INDEPENDEN 50 .00 .50 .3597 .08263

KON.IND 50 -51.51 83.88 3.2971 23.87747

KON.MJR 50 -16.73 7.20 -.1880 2.62068


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Kualitas Audit dan Employee Diff Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

5 56 124

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013

4 84 89

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 63 101

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1 74 88

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Akrual dengan Good Corporate Governance (GCG) Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

11 129 85

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating Pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 46 80

Pengaruh Struktur Modal dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013

1 86 98

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2013

0 35 84