konservatisme didefinisikan sebagai metode akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi,
menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi konservatif tidak saja berkaitan
dengan pemilihan metode akuntansi, tetapi juga estimasi yang mengakibatkan nilai buku aktiva menjadi relatif rendah. Konsep konservatisme menyatakan
bahwa dalam keadaan yang tidak pasti manajer akan menentukan pilihan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian atau
hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah mengakui dengan segera segala biaya atau rugi yang
kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.
Bliss, 1924 dalam Suaryana, 2008 menyatakan konservatisme dalam praktik secara umum berarti “anticipate no profits but anticipate all losses.”
Pengantisipasian rugi berarti pengakuan rugi sebelum suatu verifikasi secara hukum dapat dilakukan, dan hal yang sebaliknya dilakukan terhadap laba.
Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam permintaan verifikasi terhadap laba dan rugi. Interprestasi tersebut berarti bahwa semakin besar
perbedaan tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibadingkan terhadap rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme akuntansi.
2. Kualitas Laba Akrual
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu tertentu. Laba sering digunakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Pengukuran laba bukan saja
penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi.
Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom,
fiskus, dan sebagainya. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang digunakan
untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan serta merupakan media untuk melaporkan pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal
pemilik. Informasi laba adalah perhatian utama untuk menentukan kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Salah satu ukuran dalam laporan
keuangan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba yang dihasilkan. Pengguna laporan keuangan akan menggunakan laba yang dilaporkan untuk
tujuan berbeda-beda. Laba selalu digunakan sebagai dasar untuk pembuatan dalam kontrak bisnis dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laba juga
digunakan sebagai dasar pemberian bonus bagi manajer, dan sebagai kriteria penilaian kinerja perusahaan. Perusahaan dengan laba yang tinggi akan
terlihat memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang memiliki laba rendah.
Manajer dapat menggunakan kesempatannya untuk memodifikasi laba dalam rangka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan
perusahaan. Beberapa perusahaan menaikkan laba mereka dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan dalam memperoleh perlindungan.
Universitas Sumatera Utara
Kecenderungan untuk lebih memberikan perhatian pada laba, dan pengukuran kinerja manajemen berdasarkan laba, mendukung berbagai
perilaku disfungsional, salah satu diantaranya adalah manajemen laba. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan rendahya kualitas laba. Rendahnya
kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan
berkurang. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Laba dapat
dikatakan berkualitas tinggi jika laba yang dilaporkan tersebut dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan yang
terbaik. Semakin agresif metode akuntansi yang diterapkan, semakin rendah
kualitas laba; semakin rendah kualitas laba, semakin tinggi penetapan resiko risk assessment; semakin tinggi penetapan resiko, semakin rendah nilai
suatu perusahaan yang dianalisis Hennie Van Greuning, 2005:32. Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih tinggi karena lebih
kecil kemungkinan kinerja kini dan perkiraan kinerja masa depan dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang
lebih agresif K.R Subramanyam, 2005:134. Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian
kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan decision usefulness. Schipper dan Vincent, 2003 dalam Sutopo, 2009
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara
Universitas Sumatera Utara
menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual,
dan keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba. Kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas kemampuan prediksi, dan variabilitas. Atas dasar
persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi
sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas.
Kemampuan prediksi menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang
berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba
berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.
Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba,
estimasi abnormaldiscretionary accruals akrual abnormal kebijakan, dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi
dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi
laba yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan discretionary accruals,
Universitas Sumatera Utara
laba berkualitas adalah laba yang mempunyai discretionary accruals yang kecil. Estimasi discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk
menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya.
Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka Konseptual Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978. Laba
yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas
konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian
empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba dan ukuran- ukuran terkait yang lain misalnya aliran kas diinterpretasi sebagai ukuran
kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas. Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua
pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh
penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan,
semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya. Kualitas laba yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kualitas laba
yang berkaitan dengan pengukuran kualitas akrual dari informasi laba yang dihasilkan perusahaan. Ini diukur dengan melihat ada tidaknya manajemen
laba, yang dihitung dengan discretionary accruals. Manajemen laba adalah
Universitas Sumatera Utara
tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan
ekonomis economic advantage yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan
perusahaan Merchan dan Rockness, 1994, dalam Ma’ruf, 2006. Setiawati dan Na’im, 2000 dalam Vidiyanto, 2009 mengemukakan bahwa manajemen
laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Hal senada juga
diungkapkan oleh Schipper, 1989 dalam Vidiyanto, 2005 yang berpendapat bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan eksternal yang dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Dalam pendekatan ini, kualitas berhubungan negatif dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan pertimbangan
agar menyimpang dari tujuan standar manajemen laba. Manajemen laba yang semakin besar mengindikasi kualitas laba yang semakin rendah, dan
sebaliknya. Konsep pengukuran akrual ini dianggap paling sesuai untuk memprediksi kinerja perusahaan.
3. Good Corporate Governance GCG