34
sedikit sekali waktu yang dapat ia dedikasikan untuk keluarganya terutama untuk istri dan anaknya. Sehingga lama kelamaan sosok suami dan ayah menjadi kurang
penting dalan kehidupan keluarganya.
Pria Jepang beranggapan bahwa ia telah memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga setelah ia memberikan gajinya kepada istrinya sedangkan bagi
mereka seorang istrilah yang memiliki tanggung jawab untuk mengurus anak-anak dan keperluan rumah tangga. Suami Jepang menginginkan agar istrinya mengurusi
semua kebutuhan keluarga, sehingga ia dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Pada keluarga batih, anak laki-laki pertama tidak lagi berkewajiban untuk melanjutkan kelangsungan kehidupan keluarga atau mewarisi harta
keluarga.Sehingga setelah menikah, setiap anak berhak tinggal terpisah dari
orangtuanya.
3.1.3 Waktu Yang Dihabiskan Bersama Keluarga
Berdasarkan data yang ada, rata-rata waktu yang dihabiskan bersama keluarga oleh pria Jepang yang hidup sendiri adalah sebesar 45 menit sedangkan
untuk perempuan 52 menit dalam sehari Fujimori 2010: 158. Namun data tersebut merupakan rerata gabungan dari para usia tua yang mempunyai anak dan
tidak mempunyai anak. Apabila melihat data yang mempunyai anak dan tinggal di lokasi yang sama, maka waktu yang dihabiskan bersama keluarga menjadi lebih
panjang, untuk pria yang hidup sendiri rata-rata 1 jam 54 menit, sedangkan untuk wanita yang hidup sendiri rata-rata 2 jam 38 menit dalam sehari. Sebaliknya, untuk
yang tidak mempunyai anak, rata-rata waktu yang dihabiskan bersama keluarga
35
oleh pria yang hidup sendiri adalah 10 menit, sedangkan untuk wanita yang hidup sendiri sebesar 8 menit.
Namun yang perlu diperhatikan adalah dua mengenai rata-rata waktu yang dihabiskan bersama keluarga tersebut dimasukkan rata-rata waktu yang hidup
sendiri dan tidak melakukan interaksi sama sekali dengan anggota keluarga. Apabila dikeluarkan data yang tidak berinteraksi sama sekali dengan keluarga,
maka rata-rata waktu yang dihabiskan bersama keluarga oleh pria yang hidup sendiri 4 jam 34 menit, sedangkan untuk wanita 4 jam 57 menit. Sehingga dapat
diketahui rata-rata waktu yang dihabiskan bersama keluarga menjadi lebih panjang. Namun disatu sisi dari data tersebut dapat terungkap bahwa jumlah yang hidup
sendiri dan tidak berinteraksi sama sekali dengan keluarga sangat besar. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 80.000 yang hidup sendiri dapat diketahui
bahwa persentase keseluruhan baik yang mempunyai anak maupun tidak jumlah pria yang hidup sendiri dan tidak melakukan interaksi sama sekali dengan keluarga
84 dan untuk perempuan yang hidup sendiri 82,7. Kemudian jika melihat data yang tidak mempunyai anak persentase jumlah pria yang hidup sendiri dan tidak
melakukan interaksi sama sekali dengan keluarga menjadi semakin besar, untuk pria yang hidup sendiri 95,7, sedangkan untuk wanita sebesar 96,8 Fujumori
2010: 159. Dari data yang sama, dapat diketahui pula bahwa walaupun mempunya anak,
namun persentase jumlah yang tidak berinteraksi sama sekali dengan keluarga tidak menurun tajam. Misalnya untuk yang mempunyai dilokasi yang sama,
persentase jumlah laki-laki yang hidup sendiri dan tidak melakukan interaksi sama sekali dengan keluarga 57,9 dan untuk perempuan 50,7 Fujimori 2010: 160.
36
Bahkan untuk yang hidup sendiri dan mempunyai anak yang sebagai tetangga. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa banyak laki-laki dan perempuan yang
hidup sendiri di Jepang walaupun mempunyai anak yang tinggal dengan mereka, namun tidak melakukan interaksi sama sekali dengan anak mereka. Berdasarkan
data dari Kementerian Dalam Negeri Jepang yang melakukan survey dalam kurun waktu dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2007, mengenai “pergi untuk
mengunjungi rumah”, dapat diketahui bahwa jumlah orang yang pergi untuk mengunjungi rumah menurun yakni 66,1 pada tahun 1985 menjadi 57,9 pada
tahun 2007. Sebaliknya, orang yang menjawab “kalau ada permasalahan, akan berdiskusi dengan keluarga” meningkat dari 41,8 pada tahun 1985 menjadi 52
pada tahun 2007. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa orang Jepang mempunyai kecenderungan akan berdiskusi dengan anggota kelaurga apabila mereka
mempuyai permasalahan, apabila mereka tidak mempunyai permasalahan maka mereka akan menjalani kehidupan sehari-hari tanpa perlu berhubungan dengan
anggota keluarga. Dari data ini dapat diketahui bahwa terjadi perubahan dalam struktur
keluarga Jepang, yakni dari keluarga besar menjadi keluarga yang lebih kecil.Sebelumnya banyak orang Jepang menghabiskan hidupnya untuk tinggal
bersama dengan keluarga besar. Pada tahun 1986 menurut data Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan, keluarga Jepang yang terdiri dari tiga generasi
dimana anggota keluarganya terdapat usia tua berumur 65 tahun ke atas sebesar 44,8, namun pada tahun 2009 jumlah tersebut menurun drastis menjadi 18,5
Fujimori 2010: 52. Tinggal bersama dengan keluarga, secara struktural memberikan keuntungan untuk saling memberikan dukungan antar sesama anggota
37
keluarga. Dengan semakin meningkatnya perubahan keluarga di Jepang menjadi keluarga kecil, maka akan semakin mempersulit perawatan dan pelayanan kepada
para usia tua dari pihak anggota keluarga. Anggota keluarga terutama anak seharusnya merupakan orang yang berada di garda terdepan untuk mengurus dan
bertanggung jawab terhadap orangtua yang semakin renta, namun bia melihat kecenderungan dalam keluarga di Jepang dimana anak tidak tinggal lagi bersama
dengan orangtuanya ketika mereka sudah dewasa, maka kecenderungan para usia tua yang hidup sendiri di Jepang akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
3.1.4 Dampak Jukunen Rikon Pada Keluarga