2.7.1 Komponen utama dalam sediaan krim
Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar barrier, zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan pelembab,
zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM, 1985.
2.7.1.1 Sabun trietanolamin-stearat
Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada
natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil, tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya
membentuk gel. Sedangkan pengemulsi natrium stearat akan menghasilkan krim yang pada awalnya memiliki konsistensi yang sangat keras. Pada
penyimpanan, konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna dalam air pada
temperatur rendah Balsam, 1972. a.
Asam stearat Asam stearat berbentuk keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak
mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform,
dan eter; larut dalam etanol 95; praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69
°
C-70
°
C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa Rowe,
dkk., 2009.
Universitas Sumatera Utara
b. Trietanolamin
Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat
higroskopis, memiliki titik lebur 20
°
C-25
°
C dan pH 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan
pengemulsi dengan konsentrasi 0,5-3, menambah kebasaan, dan sebagai humektan Rowe, dkk., 2009.
2.7.1.2 Metil paraben
Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar.
Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80
°
C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3 sebagai antimikroba,
efektif pada pH 4-8 Rowe, dkk., 2009.
2.7.1.3 Gliserin
Gliserin berbentuk kental, cairan higroskopis, tidak berwarna, tidak berbau, memiliki rasa manis, kira-kira 0,6 kali semanis sukrosa. Kelarutannya
yaitu sedikit larut dalam aseton, mudah larut dalam air dan metanol. Penggunaan dalam sediaan topik
digunakan terutama untuk sifat humektan dan emolien. Gliserin digunakan sebagai pelarut atau cosolvent dalam krim dan emulsi
Rowe, dkk., 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi, Universitas
Sumatera Utara.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimental parametrik. Penelitian ini meliputi karakterisasi dan skrining fitokimia
simplisia daun jarak pagar, pembuatan ekstrak etanol daun jarak pagar dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70, skrining ekstrak, uji aktivitas
antibakteri ekstrak, formulasi sediaan krim, evaluasi dan uji aktivitas antibakteri sediaan krim terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa dengan metode disc
diffusion.
3.3 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah: alat maserasi, alat penetapan kadar air, alumunium foil, laminar airflow cabinet Astec HLF 1200 L, autoklaf
Fison, blender, bunsen, cawan petri, inkubator Memmert, jangka sorong, jarum ose, kapas steril, kertas perkamen, lemari pendingin Toshiba, lemari
pengering, mikro pipet Eppendorf, mikroskop, mortir, neraca analitik Mettler AE 200, neraca kasar Ohanus, oven Gallenkamp, peralatan gelas,
Universitas Sumatera Utara