Identifikasi bakteri Analisis Data Jenis-jenis Bakteri

3.8 Identifikasi bakteri

Sifat fisiologi bakteri yang diuji meliputi sifat-sifat sebagai berikut: Reaksi gram dengan pewarnaan. Pewarnaan gram ini merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri. Bakteri bersifat Gram + jika berwarna ungu sedangkan Gram - jika bakteri berwarna merah. Kemudian berdasarkan kemampuan bakteri memproduksi katalase, melakukan hidrolisis gelatin, melakukan hidrolisis pati, motilitas bakteri, kemampuan dalam penggunaan gula dan memfermentasikannya dan memilki kemampuan dalam menggunakan sitrat Lay, 1994. Data hasil pengamatan diidentifikasi dengan menggunakan buku Bergey’s Manual of Determinate Bacteriology 1994.

3.9 Analisis Data

Rumus indeks keanekaragaman dari Shannon and Wiener dalam Ludwig and Reynolds 1988 ; Odum 1998 ; Barnes et al 1997 adalah : H’ = - ∑ Pi ln Pi Keterangan : Pi : ni N ni : Jumlah individu suku ke i N : total jumlah individu Nilai H’ berkisar antara 1,5 – 3,5 Keterangan : 1,5 : keanekaragaman rendah 1,5 – 3,5 : keanekaragaman sedang 3,5 : keanekaragaman tinggi Magurran, 1987 Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis bakteri pada serasah daun Avicennia marina didapat hasil sebagai berikut :

4.1. Jenis-jenis Bakteri

Setelah Aplikasi Fungi pada Beberapa Tingkat Salinitas Hasil isolasi bakteri yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi fungi Aspergillus sp., Curvullaria sp. dan Penicillium sp. pada beberapa tingkat salinitas didapatkan 24 jenis bakteri. Ciri morfologi dan fisiologi Lampiran 1. Dari 24 jenis bakteri itu ada 5 jenis bakteri yang ditemukan pada kontrol yaitu tanpa aplikasi fungi dan ditemukan kembali setelah aplikasi fungi. Kelima jenis bakteri yang ditemukan ini merupakan bakteri pioner yang telah muncul sebelum penambahan 3 jenis fungi yaitu planococcus sp. 1, planococcus sp. 2, sporosarcina sp. 1, sporosarcina sp. 2 dan sporosarcina sp. 4. Sedangkan 19 jenis bakteri lagi merupakan kemunculan jenis bakteri baru yaitu Bacillus sp. 1, Bacillus sp. 2, Bacillus sp. 3, Pseudomonas sp., Mycobacterium sp., Corynebacterium sp., Caulobacter sp., Flavobacterium sp., Staphylococcus sp., Escherichia coli., Klebsiella sp., Aeromonas sp., Neisseria sp., Acinetobacter sp., Pleisomonas sp., Brevibacterium sp., Micrococcus sp. 1, Micrococcus sp. 2 dan Yersinia sp Tabel 1. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Kehadiran Tiap Jenis Bakteri pada Proses Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina Setelah Aplikasi Fungi pada Beberapa Tingkat Salinitas No JENIS BAKTERI KEHADIRAN Kontrol 0-10 ppt 10-20 ppt 20-30 ppt 1 Planococcus sp. 1     2 Planococcus sp. 2     3 Bacillus sp. 1    4 Pseudomonas sp.    5 Mycobacterium sp.   - 6 Corynebacterium sp.    7 Bacillus sp. 2   - 8 Sporosarcina sp. 4     9 Caulobacter sp.    10 Flavobacterium sp.    11 Staphylococcus sp.    12 Escherichia coli    13 Klebsiella sp.    14 Aeromonas sp.    15 Sporosarcina sp. 1    - 16 Basillus sp. 3   - 17 Neisseria sp.  -  18 Acinetobacter sp.    19 Pleisomonas sp.    20 Brevibacterium sp.    21 Micrococcus sp. 1  -  22 Yersinia sp.   - 23 Micrococcus sp. 2   - 24 Sporosarcina sp. 2     Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa hampir seluruh bakteri yang didapat berpengaruh terhadap proses dekomposisi serasah daun A. marina pada beberapa tingkat salinitas. Pada salinitas 0-10 ppt ditemukan 24 jenis bakteri yang berperan terhadap proses dekomposisi, pada salinitas 10-20 ppt hanya Neissseria sp. dan Micrococcus sp.1 yang tidak ditemukan sedangkan pada salinitas 20-30 ppt ada 6 Universitas Sumatera Utara jenis bakteri yang tidak ditemukan yaitu Mycobacterium sp., Sporosarcina sp.1., Bacillus sp. 2., Bacillus sp. 3., Yersinia sp., dan Micrococcus sp. 2. Tingginya jumlah jenis bakteri pada salinitas 0-10 ppt dan salinitas 10-20 ppt menunjukkan bahwa setiap mikroorganisme memiliki kisaran toleransi terhadap salinitas. Bakteri yang terdapat pada serasah daun serasah A. marina pada tingkat salinitas 0-10 ppt merupakan lingkungan yang mendukung bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Hutan mangrove merupakan tempat berkembangnya komunitas bakteri. Keberadaan bakteri di ekosistem mangrove memiliki arti yang sangat penting dalam menguraikan serasah daun mangrove menjadi bahan organik yang digunakan sebagai sumber nutrisi bagi organisme yang mendiami hutan mangrove. Dua puluh empat jenis bakteri yang didapat merupakan bakteri yang diduga berperan terhadap proses dekomposisi serasah daun A. marina. Penelitian yang dilakukan oleh Felitra 2001 juga menemukan 7 isolat bakteri yang mampu menguraikan daun mangrove di daerah laut Dumai, yaitu Neisseria sp., Yersinia sp., Pleisomanas sp., Bacillus sp., Staphylococcus sp., Corynebacterium sp., dan Acinetobacter sp. Penelitian yang dilakukan oleh D’Costa et al, 2004 pada komonitas mangrove di India ditemukan 10 genus bakteri yaitu Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, Erwinia, Beijerinckia, Micobacterium, Rhodococcus, Serratia, Staphylococcus dan Xhantomonas. Selanjutnya dalam penelitian Wijiyono 2009 berhasil mengisolasi 16 jenis bakteri dari serasah daun Avicennia marina yang mengalami proses dekomposisi pada beberapa tingkat salinitas di Perairan Teluk Tapian Nauli, diantaranya Bacillus, Micrococcus, Planococcus, Mycobacterium, Flavobacterium, Aeromonas dan Escherichia coli. Kolm et al 2002 menemukan E. coli pada serasah mangrove di Perairan Estuaria Brazil pada salinitas 1-33 ppt. Jenis yang paling banyak ditemukan pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi adalah dari genus Bacillus, hal ini juga didukung oleh penelitian Shome et al 1995 yang mengisolasi 38 bakteri mangrove dari sedimen di Andaman Selatan, isolat terbanyak terdiri atas bakteri yang memilki sifat morfologi dan biokimia sebagai berikut : Gram positif 76,3, motil 87, fermentatif 6,9- 82,1, pigmen 31 dan antibiotik 100 dan isolat yang paling banyak ditemukan adalah Bacillus spp 50. Universitas Sumatera Utara Bakteri adalah komponen biotik yang berperan penting dalam proses dekomposisi serasah. Bakteri mengeluarkan enzim yang menghancurkan molekul- molekul organik kompleks seperti protein dan karbohidrat dari tumbuhan yang telah mati. Menurut Saraswati dan Sumarno 2008 beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain Betta-glukosidase, lignin peroksidase, manganese peroksidase, lakase dan reduktase. Dalam proses dekomposisi komponen penyusun dinding sel yaitu berupa selulosa, hemiselulosa dan ligin diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dihasilkan bahan organik dan unsur hara. Menurut Alexander 1997 beberapa jenis bakteri termasuk actinomiset juga mampu mendegradasi polimer selulosa, hemiselulosa dan lignin, namun memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan fungi, bakteri memiliki kemampuan lebih cepat dalam menguraikan polisakarida dan protein yang lebih sederhana. Lyla dan Ajmal 2006 menyatakan bahwa dalam proses dekomposisi di perairan mangrove, peran aktif bakteri mutlak diperlukan. Bakteri akan menguraikan serasah secara enzimatik melalui peran aktif enzim proteolitik, selulolitik dan kitinoklastik. Bakteri kelompok proteolitik berperan dalam proses dekomposisi protein adalah pseudomonas, sedangkan bakteri yang mendekomposisi kitin meliput i Bacillus, Pseudomonas dan Vibrio. 4.2. Jumlah Rata-rata Bakteri pada Salinitas 0-10 ppt Jumlah koloni bakteri rata-rata dan jenis bakteri pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi fungi pada salinitas 0-10 ppt dapat dilihat pada Tabel 2, 3 dan 4. Pada salinitas 0-10 ppt diperoleh 24 jenis bakteri, ciri- ciri morfologi dan fisiologi bakteri tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Penicillium sp. pada Salinitas 0-10 ppt Spesies lama masa dekomposisi hari jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 8,33 75 1 28 26,67 139 19,86 5 7 71,42 Planococcus sp. 2 83,67 182,33 94 116 69 63,33 608,33 86,90 6 7 85,71 Bacillus sp. 1 5,33 14,33 0,33 0,33 20,32 2,90 4 7 57,14 Pseudomonas sp. 0,33 0,33 10 10,66 1,52 3 7 42,85 Mycobacterium sp. 27 6 33 4,71 2 7 28,57 Corynebacterium sp. 8,33 21,33 29,66 4,24 2 7 28,57 Bacillus sp. 2 13,33 13,33 1,90 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 4 12,33 12,33 1,76 1 7 14,28 Flavobacterium sp. 1,67 1,67 0,24 1 7 14,28 Staphylococcus sp. 0,67 1,33 0,33 2,33 0,33 3 7 42,85 Escherichia coli 5,33 5,33 0,76 1 7 14,28 Klebsiella sp. 0,67 1 4 5,67 0,81 3 7 42,85 Aeromonas sp. 0,67 0,67 0.09 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 1 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Basillus sp. 3 0,67 0,67 0,09 1 7 14,28 Neisseria sp. 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Acinetobacter sp. 6,67 8,67 2 2,33 19,67 2,81 4 7 57,14 Pleisomonas sp. 2,33 2,67 11,33 16,33 2,33 3 7 42,85 Brevibacterium sp. 0,67 0,67 1,34 0,19 2 7 28,57 Yersinia sp. 5 2,33 7,33 1,05 2 7 28,57 Sporosarcina sp. 2 1,33 1,33 0,19 1 7 14,28 Total 929,63 132,8 Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Curvularia sp. pada Salinitas 0-10 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 21,33 14,67 110,33 27,33 42 215,66 30,81 5 7 71,42 Planococcus sp. 2 89 50,67 46,67 185,67 9 31 412 58,86 6 7 85,71 Bacillus sp. 1 0,67 116,33 3,66 1,33 0,67 122,66 17,52 5 7 71,42 Pseudomonas sp. 11,67 13,67 25,34 3,62 2 7 28,57 Mycobacterium sp. 1,67 20,33 17,67 0,33 40 5,71 4 7 57,14 Corynebacterium sp. 4,33 24,33 28,66 4,09 2 7 28,57 Caulobacter sp. 0,33 1,33 1,66 0,24 2 7 28,57 Flavobacterium sp. 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Staphylococcus sp. 4,33 3,33 7,66 1,09 2 7 28,57 Escherichia coli 0,33 0,33 1,67 2,33 0,33 3 7 42,85 Klebsiella sp. 0,67 1 1,67 0,24 2 7 28,57 Aeromonas sp. 2,67 2 0,33 5 0,71 3 7 42,85 Sporosarcina sp. 1 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Basillus sp. 3 1,67 1,67 0,23 1 7 14,28 Acinetobacter sp. 1,33 6,33 2,33 0,33 10,32 1,47 4 7 57,14 Pleisomonas sp. 1,67 1,67 2,33 5,67 0,81 3 7 42,85 Brevibacterium sp. 2 2 0,29 1 7 14,28 Micrococcus sp. 1 0,67 0,67 0,09 1 7 14,28 Yersinia sp. 1 1 0,14 1 7 14,28 Micrococcus sp. 2 0,67 2,67 3,34 0,48 2 7 28,57 Total 887,97 126,83 Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Aspergillus sp. pada Salinitas 0-10 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 34,67 3,33 70,67 55,67 3 167,34 23,91 5 7 71,42 Planococcus sp. 2 114,67 67 181,33 267 24 6,67 660,67 94,38 6 7 85,71 Bacillus sp. 1 17,33 72,67 4,33 94,33 13,48 3 7 42,85 Pseudomonas sp. 1,67 3,67 1,33 6,67 0,95 3 7 42,85 Mycobacterium sp. 47,67 14,67 62,34 8,91 2 7 28,57 Corynebacterium sp. 18 1,33 6,33 25,66 3,67 3 7 42,85 Bacillus sp. 2 0,67 0,67 0,09 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 4 0,67 0,67 0,09 1 7 14,28 Flavobacterium sp. 6,33 1,33 7,66 1,09 2 7 28,57 Staphylococcus sp. 0,67 4 0,67 5,34 0,76 3 7 42,85 Escherichia coli 3 3 0,43 1 7 14,28 Klebsiella sp. 2 68,67 70,67 10,1 2 7 28,57 Aeromonas sp. 6,67 2,33 0,33 9,33 1,33 3 7 42,85 Sporosarcina sp. 1 1 1 0,14 1 7 14,28 Basillus sp. 3 1,67 1,67 0,24 1 7 14,28 Acinetobacter sp. 1,33 1,67 1,67 4,67 0,67 3 7 42,85 Pleisomonas sp. 2,67 5 7,67 1,09 2 7 28,57 Brevibacterium sp. 2 12,33 7,67 22 3,14 3 7 42,85 Micrococcus sp. 2 2,33 2.33 0,33 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 2 5 5 0,71 1 7 14,28 Total 1158,69 165,54 Universitas Sumatera Utara Pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada salinitas 0-10 ppt diperoleh jenis dan jumlah koloni bakteri yang tertinggi bila dibanding dengan salinitas 10-20 ppt dan 20-30 ppt. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa faktor salinitas sangat berpengaruh. Menurut Hrenovic et al., 2003 bakteri memainkan peranan yang penting dalam ekosistem mangrove, keberadaan dan keanekaragaman bakteri dalam ekosistem mangrove dipengaruhi oleh faktor salinitas, pH, fisik, iklim, vegetasi, nutrisi dan lokasi. Dalam penelitian Kurniayanti 2009 menunjukkan bahwa salinitas 0-10 ppt merupakan kondisi lingkungan yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada serasah daun A. marina, dimana didapat jumlah populasi terbesar pada salinitas 0-10 ppt yaitu 72,26 x 10 6 cfuml. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Penicillium sp. pada salinitas 0- 10 ppt diperoleh 21 jenis bakteri Tabel 2. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan adalah Planococcus sp. 2 yaitu 86,90 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 hari, dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Sporosarcina sp. 1 dan Neisseria sp., yaitu 0,05 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 15 hari, dengan frekuensi kolonisasi 14,28. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Curvularia sp. pada salinitas 0- 10 ppt diperoleh 20 jenis bakteri Tabel 3. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan adalah sama seperti penambahan Penicillium sp. yaitu Planococcus sp. 2 yaitu 58,86 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Sporosarcina sp. 1 dan Flavobacterium sp., yaitu 0,05 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 15 dan 75 hari, dengan frekuensi kolonisasi 14,28. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Aspergillus sp. pada salinitas 0- 10 ppt diperoleh 20 jenis bakteri Tabel 4. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan sama seperti penambahan Penicillium sp. dan Curvularia sp. yaitu Universitas Sumatera Utara Planococcus sp. 2 yaitu 94,38 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Sporosarcina sp. 4 dan Bacillus sp. 2 , yaitu 0,09 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 15 dan 90 hari, dengan frekuensi kolonisasi 14,28. 4.3 Jumlah Rata-rata Bakteri pada Salinitas 10-20 ppt Jumlah koloni bakteri rata-rata dan jenis bakteri pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi fungi pada salinitas 10-20 ppt dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7. Pada salinitas 10-20 ppt diperoleh 22 jenis bakteri. Jumlah jenis bakteri ini berkurang 2 jenis dari salinitas 0-10 ppt. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Penicillium sp. Pada salinitas 10- 20 ppt diperoleh 14 jenis bakteri, dimana jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan adalah Planococcus sp. 2 yaitu 26,67 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 60, 75 dan 105 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Flavobacterium sp. yaitu 0,09 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 15 hari dengan frekuensi kolonisasi 14,28. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Curvularia sp. pada salinitas 10- 20 ppt diperoleh 18 jenis bakteri, dimana jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan adalah sama seperti penambahan Penicillium sp. yaitu Planococcus sp. 2 yaitu 58,33 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 60, 75 dan 105 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Escherichia coli yaitu 0,05 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 90 hari dengan frekuensi kolonisasi 14,28. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Penicillium sp. pada Salinitas 10-20 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 2,33 14,67 1,67 1,67 20,34 2,91 4 7 57,14 Planococcus sp. 2 23,67 15,67 32,67 6 89,33 19,33 186,67 26,67 5 7 71,42 Bacillus sp. 1 1,67 5,33 1 9,67 17,67 2,52 4 7 57,14 Pseudomonas sp. 54,67 54,67 7,81 1 7 14,28 Corynebacterium sp. 13,3 3 10 1,67 48,33 20,33 96,63 13,8 5 7 71,42 Bacillus sp. 2 32,33 32,33 4,62 1 7 14,28 Flavobacterium sp. 0,67 0,67 0,09 1 7 14,28 Staphylococcus sp. 1,33 1,33 0,19 2 7 28,57 Klebsiella sp. 14,67 14,67 2,09 1 7 14,28 Basillus sp. 3 20,67 20,67 2,95 1 7 14,28 Acinetobacter sp. 3,33 3,33 0,48 1 7 14,28 Pleisomonas sp. 1 2 3 0,43 2 7 28,57 Brevibacterium sp. 13,67 13,67 1,95 1 7 14,28 Yersinia sp. 1 1 0,14 1 7 14,28 Total 466,65 66,65 Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Curvularia sp. pada Salinitas 10-20 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 0,67 7 1 10,67 2,67 1,33 23,34 3,33 6 7 85,71 Planococcus sp. 2 35,67 151,33 44,67 48 113,33 15,33 408,33 58,33 6 7 85,71 Bacillus sp. 1 30,33 8 0,33 38,66 5,52 3 7 42,85 Pseudomonas sp. 11,67 6,33 1,33 19,33 2,76 3 7 42.85 Mycobacterium sp. 0,33 18,67 19 2,71 2 7 28,57 Corynebacterium sp. 17,33 2 159 2,67 181 25,86 4 7 57,14 Bacillus sp. 2 2,33 106,33 24,67 133,33 19,05 3 7 42,85 Sporosarcina sp. 4 0,33 2,33 2,66 0,38 2 7 28,57 Flavobacterium sp. 0,33 0,33 0,66 0,09 2 7 28,57 Staphylococcus sp. 2,33 0,33 2,66 0,38 2 7 28,57 Escherichia coli 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Klebsiella sp. 3 46,33 30 0,67 80 11,43 4 7 57,14 Aeromonas sp. 1,33 1,33 0,19 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 1 62,33 62,33 8,90 1 7 14,28 Basillus sp. 3 0,67 4 4,67 0,67 2 7 28,57 Pleisomonas sp. 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Micrococcus sp. 2 1 2,67 3,67 0,52 2 7 28,57 Sporosarcina sp. 2 10,67 10,67 1,52 1 7 14,28 Total 992,3 141,74 Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Aspergillus sp. pada Salinitas 10-20 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 1,67 10,33 0,67 0,67 13,34 1,91 4 7 57,14 Planococcus sp. 2 25,67 48,33 12 59,67 93 30,67 269,34 38,48 6 7 85,71 Bacillus sp. 1 3 0,33 1 4,33 0,62 3 7 42,85 Pseudomonas sp. 1 24,33 5,33 42 5,33 77,99 11,14 5 7 71,42 Mycobacterium sp. 9,67 9,67 1,38 1 7 14,28 Corynebacterium sp. 13,67 3 8 65,67 3,67 94.01 13,43 5 7 71,42 Bacillus sp. 2 5,33 16,33 0,33 21,99 3,14 3 7 42,85 Caulobacter sp. 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Staphylococcus sp. 2,33 3 0,33 5,66 0,81 3 7 42,85 Klebsiella sp. 3,67 3,67 7,34 1,05 2 7 28,57 Aeromonas sp. 4,67 4,67 0,67 1 7 14,28 Basillus sp. 3 7 7 1 1 7 14,28 Acinetobacter sp. 0,67 0,67 0,1 1 7 14,28 Pleisomonas sp. 1,67 1,67 0,24 1 7 14,28 Micrococcus sp. 2 2,67 2,67 0,38 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 2 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Total 521,01 74,45 Universitas Sumatera Utara Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Aspergillus sp. pada salinitas 10- 20 ppt diperoleh 16 jenis bakteri, dimana jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan sama seperti penambahan Penicillium sp. dan Curvularia sp. yaitu Planococcus sp. 2 yaitu 38,48 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 60, 75 dan 105 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Sporosarcina sp. 2 dan Caulobacter sp. yaitu 0,05 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 15 hari dengan frekuensi kolonisasi 14,28. 4.4 Jumlah Rata-rata Bakteri pada Salinitas 20-30 ppt Jumlah koloni bakteri rata-rata dan jenis bakteri pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi fungi pada salinitas 20-30 ppt dapat dilihat pada Tabel 8, 9 dan 10. Pada salinitas 20-30 ppt diperoleh 18 jenis bakteri. Jumlah jenis ini banyak berkurang pada salinitas ini, hal ini karena salinitas sangat mempengaruhi keberadaan bakteri. Pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi Pada salinitas 20-30 ppt didapatkan jumlah koloni bakteri yang paling sedikit bila dibandingkan pada salinitas 0-10 ppt dan 10-20 ppt. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa salinitas yang tinggi menyebabkan bakteri tidak dapat tumbuh secara optimal. Menurut Solic Krstulovic 1992, Hrenovic et al 2003 bertambahnya salinitas akan memberikan efek negatif terhadap kelimpahan dan keanekaragaman bakteri. Menurut Aksornkoae 1993 salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan perkembangan mikroorganisme. Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Penicillium sp. pada Salinitas 20-30 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 24,33 0,67 15,33 16,33 56,66 8,09 4 7 57,14 Planococcus sp. 2 120,67 115,33 19,33 9 264,33 37,76 4 7 57,14 Bacillus sp. 1 2,67 2,67 0,38 1 7 14,28 Pseudomonas sp. 9,33 9,33 1,33 1 7 14,28 Corynebacterium sp. 0,67 4,67 63 22,33 90,67 12,95 4 7 57,14 Sporosarcina sp. 4 130,67 130,67 18,67 1 7 14,28 Caulobacter sp. 1,67 1,67 0,24 3 7 42,85 Flavobacterium sp. 0,67 0,67 1,34 0,19 2 7 28,57 Staphylococcus sp. 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Escherichia coli 13 3 3 19 2,71 3 7 42,85 Klebsiella sp. 30,67 22,33 53 7,57 2 7 28,57 Neisseria sp. 1,67 1,67 0,24 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 2 1,67 1 1 3,67 0,52 3 7 42,85 Total 635,01 90,7 Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Curvularia sp. pada Salinitas 20-30 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 2,33 34,33 4,33 1,67 42,66 6,09 4 7 57,14 Planococcus sp. 2 7,67 259,33 8,67 35,67 4,33 315,67 45,09 5 7 71,42 Pseudomonas sp. 1 4,33 1 6,33 0,90 2 7 28,57 Corynebacterium sp. 9,67 2,33 15 27 3,86 3 7 42,85 Flavobacterium sp. 4,33 2,33 6,66 0,95 2 7 28,57 Staphylococcus sp. 0,33 1,67 2 0,29 2 7 28,57 Klebsiella sp. 8,33 10 18,33 2,62 2 7 28,57 Aeromonas sp. 1,67 4,67 6,34 0,90 2 7 28,57 Neisseria sp. 8,33 1 9,33 1,33 2 7 28,57 Pleisomonas sp. 15 3 18 2,57 2 7 28,57 Micrococcus sp. 1 2,33 2,33 0,33 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 2 2,67 1,33 5,33 9,33 1,33 3 7 42,85 Total 463,98 66,26 Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Jumlah Koloni Rata-rata Bakteri x 106 cfuml dan Frekuensi Kolonisasi pada Proses Dekomposisi Serasah Daun A. marina Selama 15-105 Hari Setelah Aplikasi Aspergillus sp. pada Salinitas 20-30 ppt Spesies lama masa dekomposisi jumlah total koloni jumlah koloni rata-rata jumlah kemuncul an koloni kali jumlah pengam atan kali frekuensi kemuncul an 15 30 45 60 75 90 105 Planococcus sp. 1 7 40,33 37 84,33 12,05 3 7 42,85 Planococcus sp. 2 25 106,33 164,33 62 62,33 4,67 424,66 60,66 6 7 85,71 Bacillus sp. 1 0,33 0,33 0,05 1 7 14,28 Pseudomonas sp. 1,67 8,33 10 1,43 2 7 28,57 Corynebacterium sp. 6,67 2 61 69,67 9,95 3 7 42,85 Sporosarcina sp. 4 21,33 21,33 3,05 1 7 14,28 Flavobacterium sp. 1,67 2,67 4,34 0,62 2 7 28,57 Staphylococcus sp. 18,33 1,33 1 20,66 2,95 3 7 42,85 Klebsiella sp. 6,33 10,67 1,33 18,33 2,62 3 7 42,85 Neisseria sp. 1 1 0,14 1 7 14,28 Acinetobacter sp. 2 0,67 2,67 0,38 2 7 28,57 Pleisomonas sp. 1,67 1,67 0,24 1 7 14,28 Brevibacterium sp. 3 3 0,43 1 7 14,28 Micrococcus sp. 1 1 1 0,14 1 7 14,28 Sporosarcina sp. 2 1,33 1,67 4,67 7,67 1,09 3 7 42,85 Total 670,66 95,8 Universitas Sumatera Utara Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Penicillium sp. pada salinitas 20-30 ppt diperoleh 13 jenis bakteri, dimana jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan adalah Planococcus sp. 2 yaitu 37,76 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 4 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 45, 75, 90 dan 105 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 57,14. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Staphylococcus sp. yaitu 0,05 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 75 hari dengan frekuensi kolonisasi 14,28. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Curvularia sp. pada salinitas 20- 30 ppt diperoleh 12 jenis bakteri, dimana jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan adalah sama seperti penambahan Penicillium sp. yaitu Planococcus sp. 2 yaitu 45,09 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 4 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 30, 45, 75, 90 dan 105 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 57,14. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Staphylococcus sp., yaitu 0,29 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 2 kali selama 45 dan 75 hari dengan frekuensi kolonisasi 28,57. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Aspergillus sp. pada salinitas 20- 30 ppt diperoleh 15 jenis bakteri, dimana jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling banyak ditemukan sama seperti penambahan Penicillium sp. dan Curvularia sp. yaitu Planococcus sp. 2 yaitu 60,66 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 6 kali pada serasah daun A. Marina yang mengalami proses dekomposisi selama 15, 30, 45, 75, 90 dan 105 hari dengan frekuensi kolonisasi tertinggi yaitu 85,71. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit ditemukan adalah Bacillus sp. 1 , yaitu 0,05 x 10 6 cfuml, muncul sebanyak 1 kali selama 30 hari dengan frekuensi kolonisasi 14,28. Bakteri merupakan satu diantara beberapa komponen penting yang berperan dalam penguraian serasah daun di ekosistem mangrove. Aktivitas bakteri mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui proses mineralisasi karbon dan asimilasi nitrogen Blum et al., 1988. Berdasarkan jumlah koloni bakteri rata-rata yang didapatkan pada proses dekomposisi serasah daun A. marina pada salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt dan 20-30 ppt, Planococcus sp 2 merupakan jumlah koloni bakteri rata- Universitas Sumatera Utara rata terbanyak, yaitu antara 26,67 x 10 6 sampai 94,38 x 10 6 cfuml. Hal ini mungkin disebabkan bakteri ini mampu beradaptasi terhadap kondisi yang terdapat pada sersah daun A. marina dan mampu manggunakan bahan organik yang terkandung dalam serasah sebagai nutrien dalam metabolismenya. Menurut Mann 1986 bakteri dekomposer akan berkembang dengan baik, apabila menemukan substrat dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Jumlah koloni bakteri rata-rata yang paling sedikit didapatkan pada Caulobacter sp. Yaitu antara 0,05 x 10 6 sampai 0,24 x 10 6 cfuml. Jenis bakteri yang mendomonasi dalam proses dekomposisi serasah daun A. marina setelah aplikasi fungi pada salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt dan 20-30 ppt terdiri atas 4 jenis bakteri yaitu Planococcus sp 2 berkisar antara 26,67 x 10 6 sampai 94,38 x 10 6 cfuml, Planococcus sp 1 berkisar antara 1,91 x 10 6 sampai 30,81 x 10 6 cfuml, Corynebacterium sp berkisar antara 3,67 x 10 6 sampai 25,86 x 10 6 cfuml dan Bacillus sp 1 berkisar antara 0,05 x 10 6 sampai 17,52 x 10 6 cfuml. Jumlah koloni 4 jenis bakteri yang diperoleh jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri yang ditemukan Mona et al, 2000 berkisar antara 1,4 x 10 4 sampai 1,4 x 10 7 cfuml, Zdnowski dan Figueiras 1999 berkisar antara 8,5 x 10 4 sampai 2,5 x 10 7 cfuml, Adel 2001 menunjukkan bahwa jumlah bakteri di ekosistem mangrove India berkisar antara 8,1 x 10 6 sampai 10,9 x 10 6 cfuml, tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Wijiyono 2009 berkisar antara 2,87 x 10 8 sampai 6,87 x 10 8 cfuml, Fuks et al, 1991 berkisar antara 0,1 x 10 9 sampai 2,3 x 10 9 cfuml dan selanjutnya Feliatra 2001 menyatakan jumlah bakteri rata-rata pada sersah daun A. marina yang ditemuka n di Perairan Dumai yaitu 1,12 x 10 8 cfuml. 4.5 Hubungan Tingkat Salinitas dengan Jumlah Jenis Bakteri Bakteri memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove, dimana keberadaan bakteri berperan dalam proses dekomposisi serasah daun mangrove. Keberadaan bakteri serasah daun mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama salinitas. Hubungan antara tingkat salinita dengan jumlah jenis bakteri yang telah Universitas Sumatera Utara mengalami proses dekomposisi pada kontrol dan setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas dapat dilihat pada gambar. 2 di bawah ini. Gambar 2. Jumlah jenis bakteri setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas Jumlah jenis bakteri pada serasah daun A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada beberapa tingkat salinitas setelah aplikasi fungi Aspergillus sp., Curvularia sp., dan Penicillium sp. jauh lebih besar dibandingkan dengan kontrol yaitu tanpa aplikasi fungi. Pada salinitas 0-10 ppt jumlah jenis bakteri pada kontrol didapat 11 jenis bakteri sedangkan pada aplikasi Penicillium sp. didapat 21 jenis bakteri dan pada aplikasi Curvularia sp. didapat 20 jenis bakteri, pada aplikasi Aspergillus sp. didapat 20 jenis bakteri. Pada salinitas 10-20 ppt jumlah jenis bakteri pada kontrol didapat 11 jenis bakteri sedangkan pada aplikasi Penicillium sp. didapat 14 jenis bakteri, pada aplikasi Curvularia sp. didapat 18 jenis bakteri dan pada aplikasi Aspergillus sp. didapat 16 jenis bakteri. Pada salinitas 20-30 ppt jumlah jenis bakteri pada kontrol didapat 10 jenis bakteri sedangkan pada aplikasi Penicillium sp. didapat 31 jenis bakteri, pada aplikasi Curvularia sp. didapat 12 jenis bakteri dan pada aplikasi Aspergillus sp. didapat 15 jenis bakteri. Universitas Sumatera Utara Meningkatnya jumlah jenis bakteri pada proses dekomposisi serasah setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas mungkin disebabkan oleh kayanya nutrisi yang terdapat pada serasah daun akibat peranan dari fungi yang diaplikasikan sehingga mendukung pertumbuhan dari bakteri yang lain. Peranan fungi yang diaplikasikan diduga sebagai dekomposer awal. Menurut Anke 2008 fungi tanah seperti Aspergillus, Trichoderma, dan Penicillium berperan penting dalam menguraikan selulosa dan hemiselulosa, selanjutnya menurut Bell 1974 fungi banyak berperan dalam proses dekomposisi serasah karena memilki kemampuan untuk menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam penguraian serasah. Fungi akan berperan sangat besar dalam proses dekomposisi serasah karena fungi mampu mendegradasi senyawa organik seperti selulosa dan lignin yang merupakan komponen penyusun dinding sel daun Peningkatan jumlah jenis bakteri setelah aplikasi fungi disebabkan karena tersedianya bahan organik dan unsur hara yang diperlukan bakteri oleh peranan fungi yang diaplikasikan. Menurut Robinson 1991 konsentrasi unsur hara yang terdapat pada serasah daun berpengaruh terhadap kecepatan proses dekomposisi melalui pengaruhnya terhadap kecepatan dekomposisi terhadap ketersediaan karbon dan unsur hara yang diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh. Menurut Saraswati dan Sumarno 2008 bakteri mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan asam karboksilat, asam sitrat dan senyawa oranik lainnya yang berasal dari jaringan daun yang mengalami otolisis. Selanjutnya Mann 1986 menyatakan bahwa daun mangrove tersusun dari 61 berat kering sebagai protein. Daun yang baru jatuh mangandung 3,1 sedangkan yang mengalami proses dekomposisi mengalami peningkatan menjadi 22. Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa jumlah jenis bakteri pada salinitas 0-10 ppt dan setiap aplikasi fungi Penicillium sp., Curvularia sp. dan Aspergillus sp., menunjukkan jumlah jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan salinitas 10-20 ppt dan 20-30 ppt. Sedangkan jumlah jenis yang paling rendah terdapat pada salinitas 20- 30 ppt. Hal ini terjadi karena pada salinitas 0-10 ppt adalah kondisi yang baik dimana bakteri dapat tumbuh dengan baik, sedangkan pada salinitas 20-30 ppt merupakan salinitas yang terlalu tinggi untuk beberapa jenis bakteri sehingga hanya beberapa Universitas Sumatera Utara jenis bakteri saja yang mampu bertahan hidup terhadap kondisi salinitas yang tinggi. Menurut Solic dan Krstulovic 1992; Hrenovic et al 2003 bertambahnya salinitas akan memberikan efek negatif terhadap kelimpahan dan keanekaragaman bakteri. Berdasarkan penelitian Hunter et al, 1986 jumlah dan jenis keanekaragaman bakteri berkurang dengan peningkatan kadar garam. 4.6 Hubungan Tingkat Salinitas dengan Jumlah Rata-rata Bakteri Keanekaragaman bakteri di hutan mangrove memiliki peran penting dalam proses dekomposisi. Keberadaan bakteri di hutan mangrove dipengaruhi oleh faktor tempat atau lokasi, iklim, vegetasi, pH dan salinitas. Hasil dekomposisi merupakan bahan organik dan unsur hara yang penting bagi kehidupan organisme dan produktivitas perairan terutama dalam peristiwa rantai makanan. Hubungan antara tingkat salinitas dengan jumlah populasi bakteri yang telah mengalami proses dekomposisi pada kontrol dan setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas dapat dilihat pada Gambar. 3 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Jumlah rata-rata bakteri setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas Serasah daun Avicennia marina yang mengalami proses dekomposisi pada salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt dan 20-30 ppt setelah aplikasi fungi Penicillium sp., Curvularia sp., Aspergillus sp. Menunjukkan peningkatan jumlah populasi bakteri pada dibanding dengan kontrol yaitu tanpa aplikasi fungi. Ada banyak faktor yang menyebabkan kecepatan proses dekomposisi, salah satunya adalah keberadaan fungi sebagai dekomposer. Menurut Atlas Bartha 1981 fungi merupakan salah satu mikroorganisme yang berperan dalam proses dekomposisi serasah. Berbagai interaksi antar koloni pada masing-masing fungi sangat berperan dalan mendekomposisi senyawa seperti lignin, selulosa, pati, protein dan lain-lain. Fungi adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim yang bersifat degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material organik. Adanya enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan fungi bagian yang sangat penting sbagai dekomposer. Feliatra 2001 menyatakan bahwa kenaikan jumlah bakteri pada serasah disebabkan karena berkembangnya mikroorganisme yang sudah ada pada daun segar maupun juga yang ada di lingkungan daun tempat daun jatuh, sehingga kebutuhan Universitas Sumatera Utara nutrisi bakteri dapat terpenuhi oleh daun mangrove tersebut. Terjadinya peningkatan jumlah populasi bakteri ini juga disebabkan karena tidak aktifnya enzim anabolisme sehingga mempermudah bakteri pengurai berkembang biak dan proses dekomposisi lebih mudah dilakukan. Lebih lanjut menurut Soeroyo 1987 serasah yang kaya nutrien lebih cepat terdekomposisi daripada serasah yang mengandung sedikit nutrien. Proses dekomposisi serasah mangrove akan menghasilkan nutrien yang akan diserap kembali oleh tumbuhan dan sebagian akan larut terbawa oleh air surut ke perairan di sekitarnya. Peningkatan jumlah populasi bakteri juga disebabkan oleh peranan makrobentos. Kelimpahan makrobebtos dapat mempercepat proses dekomposisi. Menurut Hogart 1999 keberadaan makrobentos dapat mempercepat proses dekomposisi serasah daun mangrove. Hal ini juga didukung oleh penelitian Syahputri 2010 yang menemukan kelimpahan makrobentos yang lebih tinggi pada salinitas 0- 10 ppt, pada kawasan hutan mangrove desa Sicanang-Belawan. Menurut Macnae 1968 makrobentos terlebih dahulu mencacah daun menjadi ukuran yang lebih kecil dan selanjutnya proses dekomposisi dilanjutkan oleh mikroorganisme. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Penicillium sp. jumlah populasi tertinggi terdapat pada salinitas 0-10 ppt yaitu 132,72 x 10 6 cfuml, pada salinitas 10- 20 ppt didapat jumlah populasi sebesar 66,65 x 10 6 cfuml sedangkan pada salinitas 20-30 ppt terjadi kenaikan jumlah populasi yaitu menjadi 89,42 x 10 6 cfuml. Tingginya jumlah populasi pada salinitas 0-10 ppt disebabkan pada salinitas tersebut merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Menurut Fellitra 2001 Tingkat salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan serta pertumbuhan mikroorganisme pada ekosistem mangrove. Meskipun Penicillium mampu mengeluarkan antibiotik yaitu berupa penicillin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri namun bakteri juga memiliki resistensi tersendiri terhadap penicillin tersebut. Hal ini dapat dilihat pada penambahan Penicillium sp. menunjukkan jumlah populasi yang cukup tinggi. Menurut Mckanne Kandel 1996 Universitas Sumatera Utara Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain 1 adanya mikroorganisme yang menghasilkan enzim yang dapat merusak aktivitas obat 2 adanya perubahan permeabilitas dari mikroorganisme 3 adanya modifikasi reseptor site pada bakteri sehingga menyebabkan afinitas obat berkurang 4 adanya mutasi dan transfer genetik. Bakteri memiliki beberapa cara beradaptasi terhadap lingkungan yang mengandung antibiotik, melalui kemampuan bakteri untuk mendapatkan materi genetik eksogenous yang bisa menimbulkan terjadinya resistensi. Spesies pneumococcus dan meningcoccus dapat mengambil materi DNA dari luar sel eksogenous dan mengkombinasikannya ke dalam kromosom. Jawetz at al, 1996 menyatakan bahwa kepekaan Staphylococcus terhadap antibiotik berbeda-beda. Resistensi Staphylococcus terhadap penicillin dengan membantuk β- laktamase, di bawah kendali plasmid dan menyebabkan mikroorganisme ini resisten terhadap penicillin. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Curvularia sp. Jumlah populasi tertinggi terdapat pada salinitas 10-20 ppt yaitu 141,27 x 10 6 cfuml, pada salinitas 0- 10 ppt didapat jumlah populasi sebesar 126,83 x 10 6 cfuml sedangkan pada salinitas 20-30 ppt terjadi penurunan jumlah populasi yaitu menjadi 66,26 x 10 6 cfuml. Menurut Austin dan Vitousek 2000 menyatakan bahwa keberadaan salinitas yang tinggi merupakan salah satu karakteristik dari hutan mangrove. Hidup pada lingkungan dengan salinitas yang tinggi mengharuskan mikroorganisme harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Hanya beberapa jenis-jenis bakteri saja yang mampu mengembangkan mekanisme fisiologis dan adaptasi morfologi dalam menghadapi kondisi salinitas yang tinggi untuk dapat bertahan hidup. Boulton dan Boon 1991 menyatakan bahwa aktivitas bakteri tergantung pada ketersediaan karbon-karbon yang dioksidasi. Hasil penilitian Wijiyono 2009 menunjukkan bahwa kandungan unsur hara karbon C tertinggi 44,53 pada salinitas 0-10 ppt dengan jumlah populasi bakteri 109,16 x 10 7 cfuml, sedangkan pada salinitas 20-30 ppt didapatkan kandungan unsur hara 40,29 dengan jumlah populasi Universitas Sumatera Utara 84,9 x 10 7 cfuml. Dapat dijelaskan bahwa kandungan unsur hara C mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya tingkat salinitas. Pada serasah daun A. marina dengan aplikasi Aspergillus sp. jumlah populasi tertinggi terdapat pada salinitas 0-10 ppt yaitu 165,22 x 10 6 cfuml, pada salinitas 10- 20 ppt didapat jumlah populasi sebesar 74,41 x 10 6 cfuml sedangkan pada salinitas 20-30 ppt terjadi kenaikan jumlah populasi yaitu menjadi 95,8 x 10 6 cfuml. Faktor luar sangat mempengaruhi bakteri seperti salinitas, temperatur, pH dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap variasi bakteri secara individual maupun bakteri sebagai kelompok koloni. Semakin tinggi tingkat salinitas maka semakin sedikit mikroorganisme yang mampu beradaptasi, namun menurut Lay dan Sugyo 1992 menyatakan bahwa pada beberapa bakteri dapat tumbuh dalam kisaran tekanan osmotik yang cukup besar oleh karena adanya enzim permease sehingga konsentrasi garam dalam sel dapat diatur. 4.7 Indeks Keanekaragaman Jenis Bakteri Nilai indeks keanekaragaman bakteri pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi 3 jenis fungi pada beberapa tingkat salinitas, berkisar dari rendah sampai sedang, berdasarkan Magurran 1987 menyatakan bahwa indeks keanekaragaman rendah jika nilainya 1,5, sedang jika nilainya 1,5-3,5 dan tinggi jika nilanya 3,5. Nilai indeks keanekaragaman bakteri pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi 3 jenis fungi pada beberapa tingkat salinitas disajikan pada Tabel 11. Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Indeks Keanekaragaman Jenis Bakteri pada Proses Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina Setelah Aplikasi Fungi pada Beberapa Tingkat Salinitas No Salinitas Perlakuan Indeks Keanekaragaman 1 0-10 ppt Kontrol Penicillium sp. Aspergillus sp. Curvullaria sp. 1,19 1,35 1,58 1,54 2 10-20 ppt Kontrol Penicillium sp. Aspergillus sp. Curvullaria sp. 2,03 1,84 1,83 1,54 3 20-30 ppt Kontrol Penicillium sp. Aspergillus sp. Curvullaria sp. 1,69 1,65 1,28 1,33 Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perbedaan tingkat salinitas berpengaruh terhadap indeks keanekaragaman bakteri. Nilai indeks keanekaragaman bakteri pada serasah daun Avicennia marina yang mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas menunjukkan perbedaan yang beragam. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada salinitas 10-20 ppt, kemudian salinitas 0-10 ppt dan diikuti oleh salinitas 20-30 ppt. Menurut Odum 1971 menyatakan bahwa keanekaragaman jenis cenderung rendah dalam suatu ekosistem yang secara fisik terkendali, yaitu ekosistem yang dipengaruhi oleh faktor pembatas fitokimia yang kuat salah satunya adalah salinitas. Menurut Magurran 1987 makin stabil suatu iklim, meliputi suhu, kelembaban, salinitas dan pH dalam suatu lingkungan akan mempengruhi derajat naik turunnya suatu indeks keanekaragaman. Meskipun Jumlah jenis dan populasi bakteri yang tertinggi terdapat pada salinitas 0-10 ppt namun hal itu tidak berlaku untuk nilai indeks keanekaragamannya, nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada salinitas 10-20 ppt. Hal ini disebabkan karena pada salinitas 0-10 ppt hanya didomonasi oleh satu jenis bakteri saja. Pada Universitas Sumatera Utara umumnya nilai indeks keanekaragaman akan menurun ketika satu jenis populasi meningkat kepadatannya serta didominasi oleh satu jenis populasi saja. Magurran 1987 menyatakan bahwa indeks keanekaragaman digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies jumlah spesies dan keragaman spesies, dengan kata lain bagaimana data kelimpahhan spesies tersebar diantara banyak spesies. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan