Dampak-Dampak Kerusuhan Mei 1998 Di Kota Medan

menyebabkan banyak korban, bertalian dngan kondisi keterbatasan pasukan di wilayah Medan serta dihadapkan dengan ekskalasi kerusuhan yang tidak mampu diantisipasi. 3. Komunikasi antar pasukan pengamanan tidak lancar yang disebabkan oleh keanekaragaman spesifikasi alat-alat komunikasi yang digunakan , yang semakin dipersulit oleh banyaknya gedung bertingkat tinggi. 4. Sesuai dengan doktrin ABRI rakyat bukanlah musuh, sehingga secara hukum aparat keamanan tidak boleh mengambil tindakan berupa penembakan terhadap rakyatmasyarakat. Secara psikologi aparat keamanan menghadapi dilema untuk mengambil tindakan efektif oleh karena banyaknya anggota masyarakat dan adanya pasukan lain yang berada di sekitar lokasi. 5. Adanya perbedaan pola tindak dan bentrokan di lapangan antara yang mencerminkan kondisi kurangnya koordinasi dan saling kepercayaan akan tugas untuk menghadapi tekanan arus massa yang besar.

3.3. Dampak-Dampak Kerusuhan Mei 1998 Di Kota Medan

Secara umum, kerusuhan yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, menimbulkan kerusakan dalam bidang material, mental, dan sosial. Pertama, tidak sedikit hasil keringat dan jerih payah bangsa selama berpuluh-puluh tahun ini hancur dalam sekejap mata karena amukan api. Hasil-hasil kebudayaan manusia, seperti gedung, bangunan, dan kendaraan bermotor menjadi sasaran pelampiasan emosi dan tindak kekerasan massa secara membabi buta. Angka kepastian tentang kerugian material ini sulit ditaksir, yang pasti rakyat merugi dan negara maikin bertambah miskn. Universitas Sumatera Utara Kedua, secara tidak langsung epidemic moral penyakit moral ini menimbulkan gangguan mental, antara lain, trauma psikologis, di kalangan para korban kerusuhan. Epidemi moral ini secara tidak langsung ikut merusak ketentraman jiwa sesama. Hidup moral yang amburadul mengganggu ketenagan dan ketentraman jiwa seseorang. Ketiga , peretakan yang parah antara hubungan antarpribadi dan antargolongan sosial etnis, agama, budaya, dan daerah dalam masyrakat yang majemuk. Ketertutupan masyarakat semakin terasa dalam kehidupan sosial. Jurang perbedaan antarapribadi kian ditonjolkan. Bahaya primordialisme bangkit kembalai dan mengancam kerukunan masyarakat. Benih-benih kebencian, rsa tidak senang, curiga, cemburu, dan tidak bersahabat mulai tumbuh di beberapa daerah kerusuhan. 37 Secara khusus di Kota Medan, kerusuhan ynag terjadi tentu saja memberikan dampak- dampak yang besar bagi masyarakat Kota Medan. Dampak kerusuhan yang terjadi pada awal- awal bulan Mei 1998 itu, paling banyak dirasakan oleh etnis Tionghoa yang dijadikan sasaran utama dalam peristiwa tersebut. Untuk menghindari amuk massa yang berbau rasial itu, warga keturunan Tionghoa terpaksa ‘lari’ ke luar kota atau luar negeri. Bagi warga Tionghoa yang hidupnya pas-pasan, terpaksa haru membentengi diri. Di Jalan Wahidin, misalnya, beberapa keluarga Tionghoa harus berjaga di depan rumah dan tokonya siang dan malam untuk mencegah kemungkinan serangan dari perusuh. 38 Di daerah Kampung Lalang, setidaknya terdapat 140 keluarga keturunan Tionghoa mengungsi dari perusuh yang menyerang rumah dan menjarah harta milik mereka. 39 37 William Chang. Kerikil-Kerikil Di Jalan Reformasi : Catatan-Catatan Dari Sudut Etika Sosial, Jakarta : Kompas, 2002 hal. 184 38 Wawancara dengan salah seorang warga pada tanggal 10 Mei 2010 39 Majalah DR edisi 16 Mei 1998 Tetapi, ada beberapa warga keturunan Tionghoa yang tokonya tidak Universitas Sumatera Utara menjadi sasaran kerusuhan. Mereka umumnya dikenal oleh masyarakat pribumi sebagai warga Tionghoa yang mau berbaur dengan penduduk sekitar dan tidak sombong. Meskipun demikian, kerusuhan itu tetap memberikan dampak terutama dampak trauma bagi warga keturunan Tionghoa. Mereka lebih cenderung menjadi eksklusif dengan masyarakat sekitar setelah terjadinya peristiwa kerusuhan tersebut. Beberapa minggu setelah peristiwa kerusuhan itu terjadi, beberapa warga Tionghoa yang tadinya mengungsi ke luar negeri kembali ke Kota Medan setelah merasa keaadaan aman. Mereka memulai kembali usaha mereka denga mengumpulkan harta benda yang masih ada. Mereka kebanyakan menerima bantuan dari keluarga dan kawan untuk memulai usaha kembali. 40 Dampak kerusuhan juga dialami oleh para pedagang yang berdagang di kawasan yang paling banyak dilanda kerusuhan. Kebanyakan dari mereka terpaksa harus menutup tokonya Dampak lainnya juga dirasakan oleh golongan mahasiswa dan Civitas Academica lainnya. Akibat kerusuhan tersebut, kegiatan perkuliahan diliburkan selama beberapa hari. Akibat lainnya adalah mahasiswa yang sebelumnya menggelar aksi unjuk rasa untuk mrnuntut diadakannya reformasi, dituding menjadi pemicu kerusuhan. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa mahasiswa yang tertangkap padahal para mahasiswa tersebut belum tentu terbukti terlibat dalam aksi demo. Selain itu, beberapa mahasiswa juga tertangkap karena diduga ikut terlibat dalam aksi penjarahan. Dengan kata lain, citra mahsiswa menjadi buruk setelah terjadiya peristiwa kerusuhan tersebut. 40 Wawancara dengan salah seorang warga pada tanggal 12 Mei 2010 Universitas Sumatera Utara selama beberapa hari untuk menghindari amuk massa. Tetapi, beberapa toko itu tak jarang menjadi serangan amuk massa yang membakar dan menjarah toko tersebut, seperti yang dialami oleh salah seorang warga pribumi yang tinggal di sekitar kawasan jalan Aksara. 41 Dampak lain dari peristiwa kerusuhan tersebut juga dialami oleh para ibu rumah tangga yang ikut serta dalam penjarahan toko dan swalayan. Seperti yang telah diketahui bahwa krisis ekonomi telah menyebabkan harga-harga bahan kebutuhan pokok semakin melambung tinggi. Sebagian besar masyarakat Kota Medan yang berasal dari golongan masyarakat menengah ke bawah harus merasa tercekik lehernya oleh harga-harga yang makin melambung tinggi. Kebanyakan dari mereka tidak sanggup lagi membeli bahan-bahan kebutuhan poko tersebut. Oleh karena itu, ketika aksi penjarahan terjadi, beberapa masyarakat yang kebanyakan didominasi oleh kaum ibu rumah tangga memanfaatkan situasi tersebut dengan ikut menjarah bahan-bahan kebutuhan pokok sebanyak-banyaknya. Secara umum, kerusuhan yang terjadi di Kota Medan memberikan dampak yang sangat besar bagi perekonomian kota Medan. Perekonomian Kota Medan pada saat itu lumpuh total. Toko-toko kebanyakan tutup. Akibatnya, para pedagang menelan kerugian yang sangat besar apalai toko mereka ikut dijarah. 41 Wawancara dengan salah seorang warga pada tanggal 11 Mei 2010. Universitas Sumatera Utara BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KERUSUHAN MEI 1998 DI KOTA MEDAN Kerusuhan yang terjadi di Indonesia, khususnya Kota Medan merupakan sebuah bentuk luapan kemarahan sebagian besar masyarakat marginal yang tertekan oleh rasa ketidakadilan terhadap pemerintah dan masyarakat lain yang dianggap telah mencuri keadilan itu. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerusuhan di awal-awal bulan Mei 1998 itu. Salah satunya adalahn sifat atau karakter. Karakter Orang Medan mewakili karakter Orang Indonesia pada umumnya apalagi Medan merupakan kota yang multikultural. Di Kota Medan ini ada begitu banyak etnis yang beragam yang tentunya ‘melahirkan’ keragaman karakter yang berbeda-beda pula. Banyak orang yang mengatakan bahwa Orang Medan berkarakter keras, gampang curiga, tidak sabar, dan gampang pula naik darah. Sifat-sifat itu sudah mewakli sifat orang Indonesia yang lebih cenderung menjadi ‘radikal’ bila amarahnya sudah meluap. Menurut Mochtar Lubis, Sifat-sifat itu telah mendarah daging.Mochtar Lubis,2001:37 Latar belakang historislah yang menyebabkan penduduk Kota Medan lebih cenderung bersifat ‘radikal’. Feodalisme yang diciptakan sejak jaman kolonialisme telah menanamkan bibit ‘radikal’ kepada masyarakat Indoenesia di Medan yang ketika itu menjadi bagian dari wilayah Sumatera Timur. Pembalasan-pembalasan yang dilakukan oleh para buruh di perkebunan tembakau Deli terhadap para majikan, adalah salah satu contohnya. Para kuli kontrak yang bekerja di perkebunan temabakau Deli telah begitu sangat menderita atas perlakuan para tuan kebun. Gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari diperparah lagi oleh Universitas Sumatera Utara perlakuan kasar pihak majikan terhadap kaum pekerja perkebunan telah menyebabkan pihak buruh akhirnya meluapkan rasa kemarahan mereka melalui serangkaian serangan. Mohammad Said dalam bukunya yang berjudul ‘Koeli Kontrak Tempoe Doeloe: Dengan Derita Dan Kemarahannya, ’ menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 1912-1927 terdapat setidaknya ratusan serangan berupa penusukan terhadap para tuan kebun. Jumlah serangan dalam kurun waktu 1912-1927 tersebut dapat dilihat dalam tabel 6 berikut. Tabel 4.1 Jumlah Serangan Yang Dilakukan Oleh Kuli Kontrak Sumatera Timur Terhadap Tuan Kebun Tahun Jumlah Serangan Jumlah Korban 1912 40 1 1913 41 1 1914 32 2 1915 26 2 1916 34 3 1917 32 1 1918 35 1 1919 26 - 1920 26 - 1921 19 - 1922 26 1 1923 31 2 1924 19 1 Universitas Sumatera Utara 1925 28 3 1926 27 - 1927 17 1 Jlh 459 19 Dalam kurun waktu 16 tahun terdapat 459 kasus penyerangan yang dilakukan oleh pihak buruh perkebunan terhadap para tuan kebun. Penyerangan tidah hanya dilakuan oleh kelompok buruh pribumi saja tetapi juga dilakukan oleh kelompok buruh yang bersal dari etnis Tionghoa. Peristiwa penyerangan itu tidak hanya berlangsung sampai di situ saja tapi terus berlanjut hingga terjadi peristiwa yang membuat gempar media pers dan masyarakat Eropa, yaitu terbunuhnya istri seorang asisten kebun Belanda. 42 Aksi itu dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang sebagian terdiri dari orang Batak dan dipimpin oleh kaum kiri. Mereka menyerang raja-raja Simalungun, Batak Karo serta para Sultan Melayu. Penangkapan-penangkapan dan perampokan itu segera berubah menjadi pembantaian yang mengakibatkan tewasnya para bangsawan Sumatera Timur, di antaranya adalah penyair Amir Hamzah. Aksi amuk massa sebagai luapan kemarahan masyarakat Sumatera Timur tidak hanya berlangsung sampai di situ saja. Hal ini tercermin dari terjadinya peristiwa revolusi fisik atau revolusi sosial pada Maret 1946 yang ditandai oleh serangkaian peristiwa penculikan dan permpokan terhadap para Sultan Melayu dan Raja-Raja di Sumatera Timur. 43 42 Mohammad Said. Koeli Kontrak Tempo Doeloe : Dengan Derita Dan Kemarahannya, Medan : PT.Harian Waspada, 1990 hal.179-181 43 M.C.Ricklefs.Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta : UGM Press,2005 hal.331 Selain itu, pihak keluarga para bangsawan Sumatera Timur pun Universitas Sumatera Utara turut menjadi korban peristiwa berdarah pada Maret 1946 itu. Putri-putri Sultan Melayu menjadi korban perkosaan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, di wilayah Karesidenan Tapanuli terjadi pula kekerasan serupa ynag menewaskan 300 orang siantaranya Orang Batak Toba dan Karo. 44 Meskipun demikian, kerusuhan yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia termasuk Kota Medan memang lumrah dalam masyarakat yang majemuk. Kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah termasuk Medan, merupakan suatu gejala konflik sosial. Konflik dalam artian yang sebenarnya adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan. Revolusi sosial di Sumatera Timur itu dilatarbelakangi oleh rasa ketidakpuasan penduduk Sumatera Timur yang tidak mau mengakui eksistensi Republik Indonesia sebagai sebuah negara republik. Selain itu, penduduk Sumatera Timur merasa bahwa pihak Penguasa Sumatera Timur lebih cenderung berpihak pada pihak kolonial yang telah membuat mereka berjaya. Di saat Indonesia merdeka pun mereka masih sangat berharap pihak kolonial dapat kembali ke wilayah Sumatera Timur untuk berkuasa. Dalam jaman Indonesia modern seperti sekarang ini jarang dijumpai aksi massa yang tidak berujung pada aksi ‘amuk’massa. Seperti yang terjadi pada bulan Mei 1998 di Indonesia. Awalnya adalah sebuah gerakan aksi tetapi kemudian berujung pada aksi anarkisme massa. Hal ini berkaitan erat dengan karakter khas orang Indonesia khususnya masyarakat Kota Medan yang mudah mengamuk. 45 44 Ibid 45 Dean G. Pruitt Jeffrey Z. Rubin. Teori Dan Konflik Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004 hal.21 Menurut pengertian Sosiologi, konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau Universitas Sumatera Utara membuatnya tidak berdaya. Konflik memiliki dua jenis, yaitu konflik yang berdimensi vertikal dan konflik yang berdimensi horizontal. Konflik yang berdimensi vertikal adalah konflik yang terjadi antara penguasa dan rakyat. Penguasa dalam hal ini bisa berarti pemerintah, kelompok bisnis, atau aparat militer.Hal yang paling menonjol dalam konflik ini adalah digunakannya kekerasan negara, sehingga timbul korban di kalangan massa. Konflik yang berdimensi horizontal, yakni konflik yang terjadi dalam kalangan masyarakat sendiri. Dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang terjadi pada awal Mei 1998 tersebut, merupakan jenis konflik yang lebih mengarah pada konflik horizontal. 46 46 Novri Susan. Sosiologi Konflik Isu-Isu Konflik Kontemporer, Jakarta : Kencana, 2009 hal.92 Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusuhan tersebut terjadi. Faktor-faktor tersebut adalah ::

4.1. Faktor Ekonomi