ABJ = 100
x diperiksa
yang bangunan
rumah jumlah
jentik ditemukan
tidak yang
bangunan rumah
Jumlah
– Pada kelompok kasus ABJ
= 100
85 34
x = 40
– Pada kelompok kontrol ABJ
= 100
85 42
x = 49
4.3. Analisa Bivariat a.
Tabulasi Silang Sosiodemografi
Sosiodemografi responden pada penelitian ini merupakan variabel bebas yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, tabulasi silang sosiodemografi
dengan kejadian DBD dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10. Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru
Variabel Kasus = 85
n Kontrol = 85
n mOR 95 CI
p
Pendidikan tinggi 61 71,76
58 62,23 0,41 0,25-0,68
0,000 Tidak bekerja
54 63,55 53 62,33
0,00 0,00-0,04 0,000
Melakukan mobilisasi 58 68,24
35 41,18 0,77 0,45-1,31
0,374
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berdasarkan analisis hubungan pendidikan responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p 0,05 , artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang berpendidikan rendah dengan yang berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds
Ratio mOR sebesar 0,41 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD pendidikannya lebih rendah 0,41 kali dibandingkan dengan orang yang tidak
penderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji statistik 0,05, maka variabel ini diikusertakan dalam multivariat.
Hasil analisis hubungan pekerjaan responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 dan p 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio mOR = 0,00 artinya bahwa
kemungkinan orang yang tidak bekerja, berisiko kena DBD dibandingkan yang bekerja. Oleh kaerna nilai uji statistik 0,05 maka variabel pekerjaan diikutsertakan
adalah multivariat. Berdasarkan analisis hubungan mobilisasi responden dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,374, p 0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak
melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. Tabulasi Silang Lingkungan Fisik dan Biologi Lingkungan fisik dan biologi responden pada penelitian ini juga merupakan
variabel bebas yang terdiri dari jarak rumah, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan ada tidaknya tanaman hiaspekarangan
yang diuraikan pada tabel 4.11. Tabel
4.11. Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden dengan
kejadian DBD
Variabel Kasus = 85
n Kontrol = 85
n mOR 95 CI
p
Jarak rumah ≤ 5
33 38,82 29 34,12
1,791,12-2,93 0,014
Tata rumah, tidak baik 38 44,71
32 37,65 1,47 0,92-2,38
0,114 Ada TPA bukan untuk
keperluan sehari-hari 67 78,82
5463,53 0,34 0,18-0,58
0,000
Ada TPA alami 23 27,00
12 14,12 0,312 0,19-0,51
0,000 Ada jentik
5160,00 4350,59
0,79 0,49-1,27 0,362
Ada tanaman hiaspekarangan
6880,00 6171,76 0,28 0,15-0,48 0,000
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan variabel jarak rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,014, p 0,05 artinya
bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak rumahnya
≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak 5m dengan tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
Nilai Matched Odds Ratio mOR sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD. Jarak rumahnya
≤ 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79 kali dibanding dengan yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji
statistik 0,05 maka variabel jarak rumah diikutsertakan dalam multivariat. Berdasarkan analisis hubungan antara tata rumah dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,114 ; p 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan risiko tekena DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan yang tata rumahnya tidak
baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Berdasarkan analisis hubungan antara variabel TPA bukan untuk keperluan
sehari dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang di lingkungan
rumahnya terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan yang tidak terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari di lingkungan rumahnya di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru, Nilai Matched Odds Ratio mOR = 0,33. Artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD, di lingkungan rumahnya ditemukan TPA
bukan untuk keperluan sehari-hari 0,333 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p 0,05 maka variabel ini akan diikutsertakan dalam analisa
multivariat. Berdasarkan analisis hubungan antara TPA alami dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,000 ; p 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang dilingkungan rumahnya ditemukan TPA alami
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository © 2008
dengan yang tidak ditemukan TPA alami di lingkungan rumahnya di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio mOR = 0,32. artinya bahwa
kemungkinan orang yang menderita DBD, dilingkungan rumahnya tidak ditemukan TPA alami 0,32 kali dibanding yang tidak DBD, karena nilai p 0,05 maka variabel
TPA alami diikutertakan dalam analisis multivariat. Berdasarkan analisis hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian
DBD diperoleh nilai p = 0,362 p 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan
lingkungan rumahnya tidak ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Berdasarkan analisis hubungan antara tanaman hiaspekarangan dengan
kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang dihalaman rumahnya ada
tanaman hiaspekarangan dengan yang tidak ada tanaman hiaspekarangan di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio mOR 0,28
artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD, dilingkungan rumahnya terdapat tanaman hiaspekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Oleh
karena nilai p 0,05, maka variabel tanaman hiaspekarangan diikutsertakan dalam analisis multivariat.
4.4. Analisis Multivariat