Pengamatan Kepadatan Vektor Nyamuk Penular DBD

karena aktivitasnya, maka jarak terbang nyamuk terbatas, sehingga penyebarannya tidak jauh dari tempat perindukan, tempat mencari mangsa dan tempat istirahat, terutama di daerah yang padat penduduknya Soeroso, 2000. Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae. aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida CO 2 dan warna. Untuk jarak yang lebih jauh faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang tergantung, berwarna gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung Soegijanto, 2003.

2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survei perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 seratus rumah yang diperiksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam pelaksanaan survei ada 2 dua metode yang meliputi : Depkes RI, 1998 1 Metode Single Survei Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis jentiknya. Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 2 Metode Visual Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara visual dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu : a. Angka Bebas Jentik ABJ Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di semua desakelurahan setiap 3 tiga bulan oleh petugas puskesmas pada rumah – rumah penduduk yang diperiksa secara acak. Jumlah rumahbangunan yang tidak ditemukan jentik x 100 Jumlah rumahbangunan yang diperiksa b. House Indeks HI House Indeks HI adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik yang dilakukan di semua desakelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3 tiga bulan pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak. Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100 Jumlah rumah yang diperiksa Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008. USU e-Repository © 2008 c. Container Indeks CI Container Indeks CI adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang diperiksa ditemukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih secara acak. Jumlah Container ditemukan jentik x 100 Jumlah container yang diperiksa d. Breteau Indeks BI Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah. Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada teori yang pasti Angka Bebas Jentik dan House Index yang dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati House Index minimal 1 yang berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh melebihi 1 atau 99 rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif. Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian nyamuk penularan DBD Depkes RI, 1998.

2.3 Landasan Teori