2.6. Motivasi
2.6.1. Definisi Motivasi
Robert C. Beck dalam Uno 2007 menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai tenaga penggerak yang mempengaruhi
kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari
tingkah lakunya. Menurut Purwanto 1999 motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku Sbortell
Kaluzny dalam Soekanto 1990. Dalam suatu organisasi motivasi mempersoalkan cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuannya dan keterampilannya untuk menwujudkan tujuan. Sehubungan dengan definisi di atas, Malone membedakan dua bentuk motivasi yang
meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu
sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya insentif.
Dari berbagai macam definisi motivasi, Scanford 1970, terdapat tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan
tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi Tahir, 1984.
2.6.2. Teori Motivasi
1. Teori Kebutuhan Maslow
Teori Maslow sering disebut disebut dengan hirarki kebutuhan, karena menyangkut kehidupan manusia. Maka teori ini dapat digunakan untuk menunjukkan
kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi untuk termotivasi bekerja. Lima hirakhi kebutuhan manusia menurut Maslow: 1 kebutuhan fisologis physiological needs
yaitu kebutuhan yang paling mendasar termasuk kebutuhan makan, minum, tempat tinggal, 2 rasa aman safety needs, 3 kebutuhan sosial social needs di mana
adanya rasa keterlibatan emosional yang mengikat persamaan dan persahabatan 4 penghargaan dan 5 aktualisasi diri yakni senantiasa percaya pada diri sendiri
menjadi seseorang hidup berarti Purwanto, 1999. 2.
Teori Motivasi Hyginis Frederick Herberg mengusulkan teori Hyginis yang juga dikenal dengan teori
motivasi dua faktor. Dalam teori ini dijelaskan beberapa karakteristik mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja dan karakteristik lainnya dengan ketidakpuasan
kerja. Faktor intrinsik seperti keberhasilan, pengakuan, sering dihubungkan dengan kepuasan kerja. Sebaliknya apabila menemukan ketidakpuasan kerja maka cenderung
untuk mengatakan termasuk dalam faktor ekstrinsik seperti kondisi kerja, supervisi
dan hubungan kerja. Kemudian Herberg menyimpulkan kepuasan kerja dan ketidakpuasan dalam bekerja muncul dari dua faktor yang terpisah Purwanto, 1999.
3. Teori Mc. Clelland
Memiliki tiga jenis kebutuhan, yaitu: 1 kebutuhan untuk mencapai prestasi needs for achievement yaitu dorongan untuk menjadi baik sesuai standar yang telah
ditetapkan, 2 kebutuhan untuk kekuatan needs of power kebutuhan membuat orang lain dapat berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dikehendaki, 3 kebutuhan untuk
berafiliasi atau berhubungan dekat dengan orang lain Purwanto, 1999.
2.7. Landasan Teori