BAB V PEMBAHASAN
5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Bidan
Karakteristik bidan dinilai berdasarkan pengumpulan data terhadap bidan yang membuka lahan praktek di bawah wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Medan.
Variabel karakteristik bidan dalam penelitian ini dijabarkan berdasarkan sub variabel sebagai berikut: umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, penghasilan, dan lama kerja.
Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara untuk karakteristik bidan dilihat dari distribusi umur, dapat dikatakan bahwa persentase usia responden tertinggi
berada usia 38 – 43 tahun sekitar 47,5, usia ini merupakan usia yang sangat produktif dan berpotensi dalam mengembangkan klinik yang dikelolanya.
Untuk pendidikan responden rata-rata menamatkan sekolah D-I Kebidanan yaitu 74 responden sekitar 61,7. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pemahaman
tentang pemberian ASI eksklusif sudah cukup baik karena sudah termasuk dalam kurikulum materi perkuliahan.
Untuk penghasilan dari responden secara umum menunjukkan bahwa tingkat penghasilan dikatakan sudah cukup mapan yaitu 79 responden dengan persentase
60,8, variabel ini tidak berpengaruh terhadap tindakan bidan dalam memberikan susu formula kepada bayi baru lahir. Ini menunjukkan bahwa tingkat penghasilan
yang tinggi responden tidak memiliki kecenderungan dalam tindakan pemberian susu formula.
Lama kerja responden 4 – 8 tahun sekitar 60,8 dalam menolong persalinan, dengan rentang waktu tersebut, responden dalam perawatan bayi diharapkan dapat
menginformasikan tentang ASI eksklusif yang baik, dan idealnya responden harus selalu memberikan arti dan pentingnya pemberian ASI eksklusif tersebut kepada bayi
baru lahir, sehingga ibu dapat mengerti dengan baik tentang manajemen laktasi seperti masa segera setelah lahir, masa neonatal dan masa post neonatal.
Untuk pengetahuan responden dapat dikatakan sangat baik yaitu 85,8 dalam pemberian ASI eksklusif, hal ini terkait dengan pendidikan dan lama kerja, melihat
keterkaitan ini sudah selayaknya sebenarnya seorang bidan lebih mengutamakan ASI eksklusif dari pada pemberian susu formula pada bayi baru lahir tersebut. Pandangan
ini sesuai yang diungkapkan oleh Notoatmodjo 1993 bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan
seseorang. Tindakan yang didasari dengan pengetahuan, sifatnya lebih lestari dan tertanam baik pada diri seseorang. Begitu pula dalam pemilihan memberikan ASI
eksklusif atau pemberian susu formula tersebut. Sikap dari responden dapat dikatakan buruk karena dari hasil distribusi dilihat
68,3 menyatakan setuju memberikan susu fomula dari pada ASI eksklusif dengan berbagai alasan seperti pelayananservice, sudah langganan dengan produsen susu, air
susu ibu belum keluar, supaya ibu lebih tenang setelah melahirkan dan dari ibunya sendiri yang tidak mau menyusukan anaknya. Sikap responden ini sangat berbeda
jauh dengan pengetahuan responden, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tidak menjamin sikap yang baik pula.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Warnen dan Fleur dalam Azwar 2005 menyatakan
bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pada suatu objek sikap.
Dari hasil pengamatan penulis, diketahui bahwa hampir rata-rata bidan menunjukkan sikap yang positif terhadap pemberian susu formula, hal ini penulis
amati pada saat bayi baru lahir, bayi langsung dipisahkan dari ibunya dan ditempatkan diruangan bayi khusus, saat bayi menangis si bidan langsung
membuatkan dan memberikan susu formula dan berlangsung 1 sampai 3 hari dan ketika si ibu hendak pulangpun dibawakan sampel susu kaleng atau oleh-oleh susu
formula secara gratis. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan pendapat Roesli 2000 yang
menyatakan bahwa bayi normal langsung diletakkan di dada ibunya minimal 30 menit, pada usia 20 menit dia akan merangkak sendiri ke payudara ibunya. Pada usia
50 menit, dengan susah payah merangkak, dia akan menemukan puting susu ibunya dan menyusu, inilah yang disebut dengan inisiasi dini.
5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Bidan