BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Kata wakaf yang menjadi bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Arab yaitu al- Waqf
bentuk masdar dari waqafa-yaqifu-waqfan yang artinya berdiri atau berhenti.
9
Kata al-Waqf semakna dengan kata al-habs bentuk masdar dari habasa- yahbisu-habsan
yang artinya memenjarakan.
10
Dalam istilah syara’ secara umum, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan
menahan pemilikan asal tahbisul ashli, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Adapun yang dimaksud tahbisul ashli adalah menahan barang yang
diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya. Lebih lanjut, mengenai cara pemanfaatan wakaf adalah
menggunakannya sesuai dengan kehendak pemberi wakaf wakif tanpa imbalan.
11
9
Akhmad Sya’bi, Kamus Al-Qalam, Surabaya: Halim Surabaya, 1997, h. 297
10
Ibid., h. 96
11
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, Penerjemah Masykur A. B, dkk Jakarta: Lentera, 1996, h. 635
Menurut kamus Bahasa Indonesia, wakaf ialah memperuntukkan sesuatu bagi kepentingan umum, sebagai derma atau kepentingan yang berhubungan dengan
agama.
12
Menurut al-Sayyid Sabiq, wakaf adalah menahan pokok asset dan memanfaatkan hasilnya.
13
Ada beberapa pengertian wakaf menurut para ulama: Menurut Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebaikan.
Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya, karena
yang lebih kuat menurut pendapat Abu Hanifah adalah bahwa wakaf hukumnya jaiz boleh, tidak wajib, sama halnya dengan pinjaman.
14
Menurut Jumhur Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah Wakaf adalah menahan suatu benda yang mungkin diambil
manfaatnya hasilnya sedang bendanya tidak terganggu. Dengan wakaf itu hak penggunaan si wakif dan orang lain menjadi terputus. Hasil benda tersebut
digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Atas dasar itu, benda tersebut lepas dari pemilikan si wakif dan menjadi
hak Allah SWT. Kewenangan wakif atas harta itu hilang, bahkan ia wajib menyedekahkannya sesuai dengan tujuan wakaf.
15
Menurut Malikiyah Wakaf adalah perbuatan si wakif yang menjadikan manfaat hartanya
untuk digunakan oleh penerima wakaf, walaupun yang dimiliki itu berbentuk upah atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan
12
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 1006
13
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Bandung: Almaa’arif,1996, cet.8, jilid 14, h. 148
14
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, cet. 3, juz 8, h. 153
15
Ibid, h. 154-155
uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan kata lain, pemilik harta
menahan benda itu dari penggunaan secara pemilikan tetapi membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan , yaitu pemberian manfaat benda
secara wajar sedang benda itu tetap menjadi milik si wakif. Perwakafan ini berlaku untuk suatu masa tertentu, dan karenanya tidak boleh disyaratkan
sebagai wakaf kekal selamanya.
16
Pendapat para ulama ini mewarnai perundang-undangan Indonesia, Pengertian wakaf menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 pasal I
1 adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan
peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.
Pasal 215 Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 menyatakan : “ Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau sekelompok orang atau badan hukum
yang memisahkan sebagian dari miliknya dan melembagakannya untuk selama- lamanya guna kepentingan ibadat dan keperluan umum lainnya sesuai dengan
ajaran Islam”.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf Pasal I ayat 1: Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan danatau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah danatau
kesejahteraan umum menurut syariah.
Saat ini di Indonesia sedang berkembang wakaf benda bergerak berupa uang,
hal ini diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, UU ini memberikan pengertian tentang harta benda wakaf. Harta benda wakaf adalah harta benda
yang memiliki daya tahan lama danatau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif. Adapun
harta benda wakaf tersebut terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak.
16
Ibid, h. 155-156
Salah satu benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah uang, wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah.
Majelis Ulama Indonesia MUI sebagai lembaga yang mewadahi umat Islam tertinggi di Indonesia telah memberikan pengertian wakaf uang dalam fatwanya.
Adapun pengertian wakaf uang menurut MUI adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.
17
Dalam usaha memberikan ruang gerak kegiatan perwakafan dalam era globalisasi, maka Bank Indonesia memberikan definisi wakaf tunai uang
sebagai “Penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindahkan dan dibekukan untuk selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun
menghilangkan jumlah pokoknya.”
18
Dari beberapa definisi wakaf yang telah disebutkan, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah suatu perbuatan hukum dari
seseorang yang dengan sengaja memisahkan atau mengeluarkan harta bendanya untuk digunakan manfaatnya bagi keperluan di jalan Allah SWT dan untuk
kesejahteraan umum menurut syariah. Timbulnya perbuatan wakaf ini adalah sebagai manifestasi kepatuhan terhadap agama karena wakaf merupakan salah
satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.
17
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Keputusan Fatwa Komisi Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang, ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 11 Mei 2002
18
Mulya Siregar, Peranan Perbankan Syariah Dalam Wakaf Tunai Sebuah Kajian Konseptual
, Jakarta: Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2001, h. 1
2. Dasar Hukum Wakaf