Dana wakaf nantinya bisa digunakan untuk mendirikan perusahaan, pusat perbelanjaan, atau apa saja yang bernilai ekonomis dan tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Dananya terus mengalir, keuntungan yang diperoleh lebih besar, akan lebih banyak umat yang dibantu dengan dana tersebut. Dengan demikian
mobilisasi dana dari umat Islam untuk umat Islam dapat dilakukan secara maksimal dan didayagunakan bagi kemanfaatan umat yang sebesar-besarnya.
B. Praktik Perwakafan Di Indonesia
Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia dapat dikatakan sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam. Praktik wakaf diasumsikan telah ada sejak Islam
menjadi kekuatan sosial politik dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam di nusantara sejak akhir abad ke-12M. Di masa-masa awal penyiaran Islam ini,
kebutuhan akan masjid untuk menjalankan aktivitas ritual dan dakwah membuat pemberian tanah wakaf untuk masjid menjadi tradisi yang lazim dan meluas di
kantong-kantong Islam di nusantara. Praktik-praktik yang menyerupai wakaf dilaporkan telah ada sejak jauh sebelum datangnya Islam di nusantara. Praktik yang
menyerupai wakaf ini dapat ditemukan dalam tradisi penyerahan tanah di beberapa daerah; seperti di Mataram, telah dikenal praktik semacam wakaf yang disebut tanah
perdikan yaitu tanah yang diberikan oleh Negara kepada orang tertentu yang
dianggap telah berjasa dan mereka dibebaskan dari pembayaran pajak, di Lombok dikenal tanah pareman yaitu tanah Negara yang dibebaskan dari pajak landrente
yang diserahkan kepada desa-desa subak, juga kepada candi dan juga kepentingan bersama. Dalam tradisi masyarakat Baduy di Cibeo, Banten Selatan juga dikenal
Huma Serang yaitu ladang yang dikerjakan setiap tahun secara bersama-sama dan
hasilnya dipergunakan untuk kepentingan bersama dan di Minangkabau ada pula tanah pusaka tinggi
yaitu tanah keluarga yang dikelola secara turun-temurun dan hasilnya juga dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk membantu membiayaai
kebutuhan ekonomi keluarga atau memberi bantuan uang sekolah pada anak-anak di perantauan. Sedangkan di Aceh dikenal tanah weukeuh yaitu tanah pemberian sultan
yang digunakan untuk kepentingan umum.
48
Seiring dengan perkembangan sosial masyarakat Islam dari waktu ke waktu, praktik perwakafan mengalami kemajuan setahap demi setahap. Tradisi wakaf untuk
tempat ibadah tetap bertahan, tetapi mulai muncul juga wakaf untuk kegiatan pendidikan, seperti untuk pendirian pesantren dan madrasah.
49
Di Indonesia, pengelolaan wakaf mengalami masa yang cukup panjang. Paling tidak ada tiga periode besar pengelolaan wakaf di Indonesia. Pertama, periode
tradisional yaitu dimana pada periode ini wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran murni yang dimasukkan dalam kategori ibadah mahdoh pokok, dimana hampir
semua benda-benda wakaf diperuntukkan untuk kepentingan pembangunan fisik, seperti masjid, mushala, pesantren, kuburan, yayasan dan sebagainya. Sehingga
48
Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf , Tuhan, dan Agenda, h. 72-73
49
Ibid, h. 71
keberadaan wakaf pada periode ini belum memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karena hanya untuk kepentingan yang bersifat konsumtif.
50
Kedua, periode semi profesional, yaitu di mana pengelolaan wakaf yang kondisinya relatif sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai
dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif, meskipun belum maksimal. Sebagai contoh adalah pembangunan masjid-masjid yang letaknya
strategis dengan menambah bangunan gedung untuk pertemuaan, pernikahan dan acara lainnya seperti masjid Sunda Kelapa, masjid Pondok Indah, masjid At-Taqwa
Pasar Minggu dan Masjid Ni’matul Ittihad Pondok Pinang, semua terletak di Jakarta.
51
Ketiga, periode professional, yaitu periode di mana potensi wakaf di Indonesia sudah mulai dilirik untuk diberdayakan secara professional dan produktif.
Profesionalisme yang dilakukan meliputi aspek : Manajemen, SDM kenazhiran, pola kemitraan usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa benda tidak bergerak
tapi bisa mewakafkan benda bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya, dukungan political will pemerintah secara penuh, salah satunya dengan lahirnya UU
50
Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI,
2006, h. 1
51
Ibid, h. 4
Wakaf No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan fatwa Majelis Ulama Indonesia tahun 2002 tentang legalitas kebolehan wakaf uang.
52
C. Model Pengelolaan Wakaf Uang