PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENGELOLAAN PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF PENUTUP PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8 D. Kajian Pustaka 9 E. Metode Penelitian 10 F. Sistematika Penelitian 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Wakaf 13 1. Pengertian Wakaf 13 2. Dasar Hukum Wakaf 17 a. Dasar Hukum Dari Al-Qur’an 17 b. Dasar Hukum Dari As-Sunnah 18 c. Dasar Hukum Dari Perundang-undangan Indonesia 20 3. Rukun dan Syarat Wakaf 23 4. Tinjauan Syariah Terhadap Uang Sebagai Objek Wakaf 28 B. Praktik Perwakafan Di Indonesia 33

C. Model Pengelolaan Wakaf Uang

36 1. Di Indonesia 36 2. Di Luar Negeri 39

BAB III PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENGELOLAAN

WAKAF UANG DILIHAT DARI UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Perbankan Syariah Sebagai Lembaga Keuangan Syariah Pengelola Wakaf 45 B. Keunggulan Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang 50 C. Peran Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang Dilihat dari UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 54

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF

UANG PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF A. Model Pengelolaan Wakaf Uang Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 62 B. Peluang dan Tantangan Pengelolaan Wakaf Uang Pada Perbankan Syariah Pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

75 B. Saran 78 DAFTAR PUSTAKA 80 LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan bagian dari negara besar di dunia yang struktur ekonominya sangat timpang terjadi kesenjangan, karena basis ekonominya yang strategis dimonopoli oleh segelintir orang yang menerapkan prinsip ekonomi konvensional ribawi. Di tengah keterpurukan ekonomi terutama di negeri kita sendiri sejak tahun 1998, bank konvensional tidak lagi menjadi tumpuan memulihkan ekonomi nasional demi kesejahteraan rakyat, tentu kita membutuhkan solusi yang dapat memulihkan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Akhir-akhir ini ada perkembangan menarik yang terjadi di Indonesia yaitu maraknya gerakan kembali kepada Islam sebagai dasar dan sumber petunjuk kehidupan manusia dalam seluruh aspeknya. Pelaksanaan Islam sebagai way of life secara konsisten dalam semua kegiatan kehidupan akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik, yang disebut sebagai hayatan thayyibah. 1 Penerapan sistem ekonomi Islam yang berbasiskan syariah dalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia, menjadi salah satu bagian dari gerakan kembali kepada Islam dan agar kita dapat menjalankan roda perekonomian secara adil dan merata kepada rakyat serta dapat memulihkan perekonomian. 1 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 3, h. 7 Salah satu lembaga sosial ekonomi Islam yang akhir-akhir ini juga menarik perhatian umat Islam di Indonesia untuk dikembangkan adalah wakaf. Salah satu institusi Islam yang sebenarnya telah lama dikenal masyarakat Indonesia namun hingga kini belum dikelola secara optimal. Wakaf adalah salah satu lembaga sosial Islam yang sangat dianjurkan untuk digunakan oleh seseorang atau lembaga sebagai sarana penyaluran rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Wakaf dikategorikan sebagai amal jariah yang pahalanya akan terus mengalir walau si wakaf telah meninggal dunia. Karena harta wakaf terus dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak. Potensi yang terdapat pada wakaf sebenarnya tidak dapat diremehkan, terutama dalam hal perannya menyediakan layanan-layanan publik yang mencakup bidang pendidikan, kesehatan, sosial maupun untuk pemberdayaan ekonomi umat. Sejak dulu, perbincangan tentang wakaf kerap diarahkan kepada benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya dan sumur untuk diambil airnya, sedang wakaf benda bergerak baru mengemuka belakangan. Di antara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik obyek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang. 2 2 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006, h. 1 Wakaf uang memiliki kekuatan yang umum dimana setiap orang bisa menyumbangkan hartanya tanpa batas-batas tertentu atau tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Pemberian dana wakaf biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai harta kekayaan yang cukup besar dan diberikan dalam bentuk harta tidak bergerak. Sementara sebagian besar masyarakat, tidak mampu untuk berpartisipasi dalam kegiatan wakaf ini mengingat keterbatasan harta yang mereka miliki. Dengan adanya wakaf uang diharapkan praktik wakaf yang pada masa-masa terdahulu terkesan sulit dan berat dapat dihindarkan. Dengan wakaf uang, bentuk wakaf bisa berwujud harta lancar yang penggunaannya sangat fleksibel, sehingga harta wakaf bisa menjadi modal finansial yang di simpan di bank-bank atau lembaga keuangan. 3 Praktik wakaf uang sendiri sebenarnya telah lama dikenal di dalam pemerintahan Islam. M. A. Mannan dalam bukunya menyebutkan bahwa praktik wakaf tunai ada semenjak zaman pemerintahan Ustmaniyah. 4 Dalam catatan sejarah Islam, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari mengungkapkan bahwa Imam Az-zuhri salah seorang ulama terkemuka berpendapat dinar dan dirham keduanya mata uang yang berlaku di Timur Tengah boleh diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan 3 Mustafa E. Nasution, Wakaf Tunai dan Sektor Volunter, makalah “Strategi Untuk Mensejahterakan Masyarakat dan Melepaskan Ketergantungan Hutang Luar Negeri”, di UI Program Pascasarjana, Jakarta, 2001, h. 8 4 M. A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2001, h. 32 dinar dan dirham itu sebagai modal usaha, kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. 5 Di Indonesia pada dasarnya praktik wakaf telah lama dikenal dan berkembang. Namun sampai saat ini istilah wakaf hanya identik dengan wakaf atas tanah atau bangunan yang digunakan masjid, lembaga pendidikan atau lahan pekuburan. Padahal potensi wakaf sangatlah besar, jika dikelola secara maksimal. Menurut data Departemen Agama Republik Indonesia terakhir terdapat 403.845 lokasi tanah wakaf dengan luas 1.566.672.406 M2. 6 Satu jumlah yang seharusnya dapat menjadi sumber daya pengembangan ekonomi Islam di Indonesia. Potensi wakaf yang ada belum terkelola secara maksimal selain karena pemahaman atas wakaf pada umat Islam di Indonesia yang masih tradisional, juga dikarenakan kurangnya dana yang mencukupi untuk mengelola tanah wakaf yang ada menjadi produktif. Dengan demikian melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. Di negara-negara muslim yang lembaga perwakafannya telah mapan, masalah perwakafan telah lama diatur dengan peraturan perundang-undangan. Di mesir misalnya, perwakafan telah diatur dengan peraturan perundang-undangan wakaf dan administrasinya telah pula berjalan dengan baik dilakukan oleh kementerian tersendiri 5 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, h. 2 6 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006, h. 2 yaitu Kementrian Urusan Wakaf Wizaratul Awqaf. Di negara itu, banyak harta wakaf berbentuk gedung-gedung yang disewakan, tanah-tanah pertanian yang disewakan atau dibagi-bagi pengelolaannya pada orang yang bersedia mengerjakannya dengan sistem bagi hasil, saham-saham di berbagai badan usaha dan sebagainya, yang mendatangkan hasil. Dengan wakaf yang demikian bentuknya, banyak yang dapat dikerjakan melalui hasilnya, termasuk diantaranya kegiatan ilmiah dan pendidikan. Hasil wakaf juga dipergunakan untuk merehabilitasi narapidana yang baru keluar dari penjara, dengan cara mendidik dan memberi mereka biaya hidup sebelum mereka sepenuhnya kembali ke tengah-tengah masyarakat, dan hasil wakaf juga diberikan kepada pedagang-pedagang kecil, berupa pinjaman tanpa bunga sebagai modal kerja. 7 Mengenai hukum dari wakaf uang itu sendiri, sejak dahulu memang telah menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Secara prinsip ulama Hanafiyyah membolehkan wakaf uang. Selain ulama mazhab Hanafi, Imam Az-Zuhri juga membolehkan wakaf uang sebagai mana telah disebutkan sebelumnya, selain itu sebagian ulama mazhab Syafi’i juga membolehkan wakaf uang. Dalam konteks Indonesia, perdebatan mengenai keabsahan wakaf uang untuk saat ini setidaknya telah mencapai titik temu. Hal ini karena Majelis Ulama Indonesia MUI sebagai lembaga yang mewadahi umat Islam tertinggi di negeri ini telah mengeluarkan fatwa mengenai kebolehan memberi wakaf dalam bentuk uang. Fatwa 7 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press, 1988, Cet. 1, h. 97 MUI itu dikeluarkan pada tanggal 11 Mei 2002. 8 Saat ini sudah dikeluarkan Undang- Undang yang mengatur tentang wakaf secara spesifik mengenai wakaf uang, saham, atau sejenisnya yaitu dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Undang-undang tentang wakaf ini disahkan pada tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan adanya fatwa MUI dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf ini telah menjadi pijakan hukum bagi umat Islam di Indonesia untuk melakukan perbuatan hukum memberikan wakaf dalam bentuk uang. Diharapkan wakaf uang bisa digalakkan dan bisa menjadi alternatif pengumpulan dana yang bersifat abadi untuk memberdayakan perekonomian umat dan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan umat disamping dana yang bersumber dari zakat, infaq, dan sedekah. Persoalan yang kemudian mengemuka adalah bagaimana selanjutnya manajemen pengelolaan wakaf itu sendiri. Besarnya potensi dana yang terkumpul dari wakaf uang akhirnya telah menimbulkan kekhawatiran di sebagian orang mengenai kemungkinan penyelewengan dana wakaf uang. Karenanya diperlukan suatu lembaga yang benar-benar kredibel untuk mengelola wakaf uang. Dengan dikeluarkannya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf telah menjadi landasan untuk pengembangan pengelolaan wakaf uang dimasa depan. Berbagai pihak mulai dari pemerintah, umat Islam, sampai kepada lembaga keuangan syariah seperti bank 8 Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, h. 17 syariah dapat berperan untuk bersama-sama mengembangkan pengelolaan wakaf uang di Indonesia. Keberadaan bank-bank syariah dipandang merupakan alternatif lembaga yang cukup representatif untuk mengelola dana amanah tersebut. Lebih jauh, dengan asumsi pengelolaan wakaf ini menyangkut pengelolaan dana besar, maka kemungkinan perolehan pendapatan bagi bank syariah baik dari hasil pengelolaan maupun dari hasil jasa fee based income merupakan satu daya tarik bagi berkiprahnya bank syariah di dalam pengelolaan wakaf. Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk membahas secara lebih mendalam mengenai peluang dan tantangan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang di Indonesia, khususnya setelah dikeluarkan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

B. PEMBATASAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah Dengan berdasar latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peluang dan tantangan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang setelah dikeluarkanya Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka pokok permasalahan yang dibatasi dengan beberapa pertanyaan adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengelolaan wakaf uang menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf? b. Bagaimana peluang dan tantangan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang pasca UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: a. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf b. Untuk mengetahui peluang dan tantangan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang setelah dikeluarkannya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini semoga dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Untuk Akademis Agar bermanfaat bagi para pengajar, baik guru ataupun dosen yang mengajar tentang wakaf, agar perwakafan di Indonesia dapat berkembang dan maju. 2. Untuk Praktisi Agar bermanfaat bagi para nadzir dan bank syariah dalam mengelola wakaf uang. 3. Untuk Masyarakat Agar masyarakat mengetahui bagaimana praktek wakaf uang dan pengelolaannya sehingga terdorong untuk melakukan wakaf uang.

D. KAJIAN PUSTAKA

1. Pada tahun 2003, Nurhasanah menulis skripsi dengan judul “Wakaf Uang Sebagai Alternatif Dalam Berwakaf”. Di dalam skripsi ini penulis menguraikan tentang pengertian wakaf uang dan dasar hukumnya serta potensi wakaf uang jika diterapkan di Indonesia. 2. Pada tahun 2004, Wardah Ganita menulis skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Pola Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf Uang Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat”. Di dalam skripsi ini penulis menguraikan tentang landasan hukum wakaf uang, bagaimana strategi penghimpunan wakaf uang di Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat serta bagaimana pola pengelolaan wakaf uang di Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat. 3. Pada tahun 2006, Descyanne menulis skripsi dengan judul “Sistem Pengelolaan Dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf Uang Pada LAZ Portalinfaq”. Yang dibahas dalam skripsi ini adalah mekanisme pengelolaan Ziswafu pada LAZ Portalinfaq serta upaya-upaya yang dilakukan Portalinfaq agar dana yang terkumpul dapat disalurkan tepat sasaran. Adapun perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi diatas adalah pada penulisan skripsi ini lebih difokuskan pada bagaimana model pengelolaan wakaf uang menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf serta menganalisa peluang dan tantangan pengelolaan wakaf uang pada perbankan syariah setelah dikeluarkannya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

E. METODE PENELITIAN

1. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan penelitian kepustakaan library research dan penelitian lapangan field research. a. Penelitian Kepustakaan Library Research yaitu Penulis mengambil data dari bahan-bahan pustaka yang didapat dari peraturan perundang-undangan, buku- buku, kitab-kitab fiqih, internet, data dokumen dari Baitul Maal Muamalat BMM dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. b. Penelitian Lapangan Field Research yaitu Penulis terjun langsung ke lapangan dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. 2. Metode Pengolahan Data Setelah data diperoleh, maka Penulis akan mengolah data tersebut dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang sesuatu, dalam hal ini Penulis menjelaskan dan memaparkan tentang wakaf uang dan pengelolaannya. Dan metode analisis yaitu suatu metode dimana Penulis berdasarkan data-data yang ada menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, dalam hal ini Penulis menganalisa tentang peluang dan tantangan pengelolaan wakaf uang pada perbankan syariah setelah lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 3. Metode Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, Penulis merujuk pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”. F. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam sistematika penulisan ini penulis akan menguraikan secara sistematis bab per bab, yang erat kaitannya antara bab satu dengan bab lainnya karena merupakan sebuah satu rangkaian.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang wakaf, meliputi pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, yang meliputi dasar hukum dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan Undang-undang Indonesia, rukun dan syarat wakaf, serta tinjauan syariah terhadap uang sebagai obyek wakaf, bab ini juga membahas tentang praktik perwakafan di Indonesia, juga mengenai model pengelolaan wakaf uang di Indonesia dan di Luar Negeri. BAB III PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG DILIHAT DARI UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF Bab ini berisi tentang perbankan syariah sebagai lembaga keuangan syariah pengelola wakaf, keunggulan perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang, dan peran perbankan syariah dalam pengelolaan wakaf uang dilihat dari UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN PENGELOLAAN WAKAF UANG PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UU NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF Bab ini berisi tentang pengelolaan wakaf uang menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf serta peluang dan tantangan pengelolaan wakaf uang pada perbankan syariah pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.