atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta”. HR. Muslim
22
Para ulama salaf sepakat bahwa wakaf itu sah adanya dan wakaf Umar di Khaibar itu adalah wakaf yang pertama terjadi di dalam sejarah Islam.
23
Kesimpulannya, secara eksplisit hukum wakaf sedikit ditetapkan oleh as-Sunnah dan sebagian besar ditetapkan oleh ijtihad fuqaha dengan
berpegang pada Istihsan, Istishlah, dan ‘Urf atau kebiasaan.
24
c. Dasar hukum dari perundang-undangan Indonesia
Di Indonesia, praktik wakaf telah ada sejak Islam menjadi kekuatan sosial politik dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam yaitu sejak akhir
adab ke-12M.
25
Saat ini, salah satu faktor penting yang ikut mewarnai corak dan perkembangan wakaf di Indonesia adalah ketika negara ikut mengatur
kebijakan wakaf melalui seperangkat hukum positif sekaligus sebagai landasan hukum dalam pengelolaan wakaf.
Hukum positif Indonesia yang mengatur tentang wakaf dapat kita lihat dari beberapa peraturan di bawah ini, yaitu:
22
Muslim, Shahih, h. 717
23
Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, Juz 8, h. 157
24
Ibid., h. 157
25
Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan: Studi Tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia
, Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2006, h. 7
1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, dimana negara secara resmi menyatakan perlindungan terhadap harta wakaf. Penegasan atas perlindungan tanah milik perwakafan tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah.
2 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah
Milik. Peraturan ini tergolong sebagai peraturan yang pertama yang memuat unsur-unsur substansi dan teknis perwakafan. PP No. 28 Tahun
1977 ini hanya mengatur perwakafan tanah milik, yang meliputi inventarisasi tanah wakaf, proses terjadinya perwakafan tanah milik, dan
proses pemberian hak atas tanah wakaf.
26
Terbitnya PP ini menciptakan pembaharuan yang cukup penting dalam pengelolaan harta wakaf.
Peraturan ini memberikan legalitas bagi bolehnya pertukaran harta wakaf setelah mendapat ijin dari Menteri Agama. Secara subtansial peraturan
tersebut membolehkan pertukaran harta wakaf agar dapat diberdayakan secara optimal. Aturan ini merupakan pembaharuan karena mayoritas
umat menganut mazhab Syafi’i bahwa harta wakaf tidak diperbolehkan untuk dipertukarkan walaupun kondisi harta wakaf sudah tidak layak lagi
digunakan, seperti masjid yang hampir roboh.
27
26
Ibid., h. 86
27
Departemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI, 2006, h. 100
3 Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
KHI. Aturan ini membawa beberapa pembaharuan dalam pengelolaan wakaf. Pembaharuan ini pada dasarnya merupakan elaborasi dari prinsip
pembaharuan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah PP No. 28 Tahun 1977. Beberapa perluasan aturan perwakafan dalam KHI antara lain
berkaitan dengan objek wakaf, nadzir, dan sebagainya. Terkait dengan objek wakaf misalnya, dalam KHI disebutkan bahwa objek wakaf telah
mencakup harta benda yang bergerak, sedangkan dalam PP No. 28 ketentuan seperti ini belum ada.
28
4 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. UU wakaf ini
merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan perundangan wakaf yang sudah ada dengan menambahkan hal-hal baru yang merupakan upaya
memberdayakan wakaf secara produktif dan akuntabel. Dengan adanya Undang-undang ini terdapat perluasan benda yang diwakafkan mauquf
bih . Dalam UU ini, selain mengatur tentang wakaf benda tidak bergerak,
juga mengatur tentang wakaf benda bergerak, seperti uang, saham atau surat-surat berharga lainnya.
29
Sebelum keluarnya Undang-Undang Wakaf ini, sudah keluar fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI mengenai
28
Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf, Tuhan, dan Agenda, h. 88
29
Departemen Agama RI, Proses Lahirnya UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag RI,
2006, h. 212
kebolehan memberi wakaf dalam bentuk uang. Fatwa MUI tersebut adalah:
30
1 Wakaf uang cash wakaf waqf al-nuqud adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
2 Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3 Wakaf uang hukumnya jawaz boleh.
4 Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syar’i. 5
Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
Dengan adanya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan fatwa MUI
tersebut telah menjadi pijakan hukum bagi umat Islam di Indonesia untuk melakukan perbuatan hukum memberikan wakaf dalam bentuk uang. Dan saat
ini sudah keluar pula Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
3. Rukun dan Syarat Wakaf