disetujui oleh Dewan Syariah Nasional “ . Kegiatan lain dalam pasal ini dapat saja
diartikan sebagai kegiatan pengelolaan wakaf oleh bank syariah.
74
Pengelolaan harta dana wakaf bisa diserahkan kepada lembaga keuangan syariah, khususnya
perbankan syariah sebagai dana wadi’ah.
75
B. Keunggulan Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang
Dalam pengelolaan harta wakaf, pihak yang paling menentukan berhasil tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nadzir wakaf, yaitu seseorang atau
sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif orang yang mewakafkan harta untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitab-kitab fiqih ulama
tidak mencantumkan nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, namun setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf,
maka keberadaan nadzir sangat dibutuhkan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab di pundak nadzir-lah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga,
mengembangkan wakaf dan menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.
76
Saat ini masih banyak harta wakaf yang tidak berfungsi secara maksimal, bahkan tidak memberi manfaat sama sekali kepada sasaran wakaf, hal ini disebabkan
karena nadzir yang dipercaya untuk mengelola harta wakaf tidak mempunyai kemampuan memadai untuk mengelola harta wakaf. Untuk itulah profesionalisme
74
Ibid., h. 104
75
Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolaan, h. 76
76
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat,
Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006, h. 83
nazhir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan wakaf jenis apapun. Kualifikasi professionalisme nadzir secara umum dipersyaratkan menurut fiqih
sebagai berikut, yaitu: beragama Islam, mukallaf memiliki kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum, baligh sudah dewasa, ‘aqil berakal sehat, memiliki
kemampuan dalam mengelola wakaf profesional, memiliki sifat amanah, jujur, dan adil.
77
Dengan demikian, semestinyalah lembaga pengelola wakaf uang menggunakan manajemen yang profesional. Manajemen wakaf uang melibatkan tiga
pihak, yaitu: 1 Pemberi wakaf wakif, 2 Pengelola wakaf nazhir, sekaligus akan bertindak sebagai manajer investasi, dan 3 Beneficiary mauquf alaihimasyarakat
yang diberi wakaf. Wakif akan memberikan uangnya sebagai wakaf kepada lembaga pengelola wakaf dan keuntungannya didistribusikan kepada masyarakat luas yang
membutuhkan. Karena itu, lembaga pengelola wakaf tunai seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:
78
1. Memiliki akses yang baik kepada calon wakif
2. Memiliki kemampuan untuk menginvestasikan dana wakaf
3. Mampu untuk mendistiribusikan hasilkeuntungan dari investasi dana wakaf
4. Memiliki kemampuan unuk mencatatmembukukan segala hal yang berkaitan
dengan beneficiary, misalnya rekening dan peruntukannya 5.
Lembaga pengelola wakaf tunai hendaknya dipercaya oleh masyarakat dan kinerjanya dikontrol sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
terhadap pengelola dana publik
77
Ibid, h. 84
78
Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan, h. 50
Lembaga-lembaga yang dapat dipercaya dan memenuhi kriteria untuk mengelola wakaf uang adalah lembaga-lembaga keuangan syariah. Bank syariah
sebagai salah satu dari lembaga keuangan syariah setidaknya memiliki beberapa keunggulan yang diharapkan dapat mengoptimalkan operasional wakaf uang tersebut,
yaitu
79
: 1.
Jaringan Kantor Relatif luasnya jaringan kantor perbankan syariah dibandingkan lembaga
keuangan syariah lainnya merupakan keunggulan tersendiri bagi perbankan syariah di dalam pengelolaan wakaf tunai. Pada bulan Desember 2007 tercatat jumlah jaringan
kantor bank syariah sebanyak 568 buah, dengan rincian 224 kantor cabang, 123 kantor cabang pembantu dan 221 kantor kas, ditambah dengan kantor pusat sebanyak
29 buah.
80
Dengan relatif luasnya jaringan kantor perbankan diharapkan akan lebih mengefektifkan sosialisasi keberadaan produk wakaf tunai seiring dengan tingginya
akses masyarakat terhadap jasa perbankan. Sebagai implikasi dari efektifnya sosialisasi tersebut serta semakin luasnya jaringan kantor, maka pada tahap
selanjutnya diharapkan penggalangan dana wakaf tunai juga akan semakin optimal. Begitu pula dengan aktivitas penyalurannya, luasnya jaringan kantor akan sangat
79
Wawancara Pribadi dengan Mulya E. Siregar. Jakarta, 6 November 2007
80
Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2007
membantu efektivitas serta efisiensi penyampaian dana wakaf kepada al-mauquf ‘alaih
.
81
2. Kemampuan sebagai Fund Manager
Sebagai lembaga perantara antara Surplus Spending Unit dengan Deficit Spending Unit
, lembaga perbankan pada dasarnya merupakan lembaga pengelola dana masyarakat. Dengan demikian sebuah lembaga perbankan dengan sendirinya
haruslah –tidak boleh tidak- merupakan lembaga yang memiliki kemampuan untuk mengelola dana.
Dalam kaitan dengan wakaf tunai, maka kemungkinan perbankan syariah sebagai lembaga yang mengelola dana wakaf tunai, merupakan satu alternatif yang
patut dipertimbangkan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, khususnya kepada waqif.
82
3. Pengalaman, Jaringan Informasi dan Peta Distribusi
Sebagai pengelola dana untuk kemudian disalurkan kepada pihak tertentu, lembaga perbankan akan memiliki pengalaman, informasi serta peta distribusi
kemana dana-dana tersebut dapat disalurkan. Dalam praktik operasional selanjutnya, ketiga hal tersebut menjadi faktor yang akan selalu dipertimbangkan di dalam
mengoptimalkan pengelolan dana. Jaringan informasi serta peta distribusi juga memungkinkan untuk terbentuknya database informasi mengenai sektor usaha
maupun debitur yang akan dibiayai termasuk oleh dana eks wakaf.
81
Mustafa E. Nasution dan Uswatun Hasanah, ed, Wakaf Tunai Inovasi Finansial, h. 106
82
Ibid, h. 107
Dalam kaitan dengan wakaf tunai, maka pengelolaan wakaf tunai oleh lembaga perbankan, tidak saja akan mengoptimalkan pengelolaan dana akan tetapi
juga akan mengefektifkan penyaluran dana wakaf tunai sesuai dengan yang diinginkan oleh waqif.
4. Citra Positif
Dengan adanya tiga hal diatas yang menjadi faktor positif pada lembaga perbankan syariah yang menjadi pengelola wakaf tunai, maka diharapkan akan
menimbulkan citra positif pada gerakan wakaf tunai itu sendiri maupun pada perbankan syariah pada khususnya. Selain itu adanya pengawasan dari Bank
Indonesia akan menimbulkan akuntabilitas yang positif dari pengelolaan wakaf tersebut. Pemunculan citra positif tersebut dipandang penting, tidak saja untuk
mensukseskan serta mengoptimalkan keberadaan wakaf tunai tersebut, akan tetapi juga sebagai upaya untuk menghindari citra yang kurang baik seperti halnya yang
terjadi pada pengelolaan zakat pada umumnya.
83
C. Peran Perbankan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang dilihat Dari UU