19
c. Al-Hadist
6
Artinya: ”Dari Ibnu Umar r.a, berkata: Rasulullah saw. bersabda:Diantara
barang-barang yang halal yang dibencioleh Allah swt. adalah thalaq. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, dan disahkan oleh hakim
dan Abu Hatim menguatkan kemursalannya ”.
2. Macam-macam Hukum Perceraian
a. Wajib
Apabila perselisihan antara suami istri lalu tidak ada jalan yang dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakim yamg mengurus perkara
keduanya. Jika kedua orang hakim tersebut memandang bahwa peceraian lebih baik bagi mereka, maka saat itulah menjadi wajib.
7
b. Makruh
Yaitu talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan. Sebagaiman ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang ini terdapat dua pendapat. Pertama,
bahwa talak tersebut haram dilakukan, karena dapat menimbulkan mudharat bagi dirinya juga bagi istrinya, serta tidak mendatangkan manfaat apapun. Kedua,
menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan.
8
6
Muh Sjarief Sukandy, Tarjamah Bulugul Maram Fiqh Berdasarkan Hadist, Bandung: al- Ma’arif, 1976, Cet. Ke-2, h. 393
7
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Terj. M.Abdul Ghaffar.E.M, h. 208
8
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Terj. M.Abdul Ghaffar.E.M, h. 209
20
c. Mubah
Talak yang dibutuhkan karena kebutuhan. Misalnya karena buruknya akhlak istri dan kurang baiknya pergaulan yang hanya mendatangkan mudharat dan
menjauhkan mereka dari tujuan pernikahan. d.
Sunnah Yaitu talak yang dilakukan pada saat istri mengabaikan hak Allah yang
diwajibkan kepadanya, misalnya shalat, puasa, dan kewajiban lainnya, sedangkan suami juga sudah tidak sanggup lagi memaksanya.
e. Mazhur terlarang
Yaitu talak yang dilakukan ketika istri sedang haid. Para ulama di Mesir telah sepakat
untuk mengharamkannya. Talak ini juga disebut dengan talak bid’ah. Disebut bid’ah karena suami yang menceraikan ini menyalahi sunnah Rasul dan mengabaikan
perintah Allah dan Rasulnya.
9
3. Pembagian Talak
Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak itu, maka talak itu dibagi tiga macam, sebagai berikut:
a. Talak Sunni
Yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah dan karenaya disepakati keabsahannya oleh para ulama. Talak Sunni ialah talak satu kali bukan
9
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Terj. M.Abdul Ghaffar.E.M, h. 211
21
dua kali atau tiga kali sekaligus yang dijatuhkan seorang suami terhadap istrinya yang dalam keadaan suci dan tidak dicampuri dalam masa sucinya yang sekarang.
10
b. Talak Bid’i
Yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan tuntunan sunnah, tidak memenuhi syarat-
syarat talak sunni. Termasuk talak bid’i ialah: 1
Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haid, baik dipermulaan haid maupun dipertengahannya.
2 Talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tapi pernah digauli
oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud.
11
c. Talak La Sunni Wala Bid’i
Yaitu talak yang tidak termasuk kategori talak sunni dan tidak pula talak bid’i, yaitu:
1 Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli.
2 Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah haid, atau istri yang
telah lepas haid. 3
Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil. Para ulama sepakat bahwa talak itu bid’i adalah haram hukumnya, dan
karenanya barang siapa melakukannya, maka ia dianggap telah berdosa.
10
Muhamad Bagir al-Habsiy, Hukum Fikih Praktis Menurut Al- Qur‟an, Bandung: Mizan
Media Utama, 2002, Cet. Ke-1, h. 194
11
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 191
22
Ditinjau dari segi tegas atau tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan talak, maka dibagi dua macam:
a. Talah Sharih
Yaitu talak dengan mempergunakan dengan kata-kata yang jelas dan tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan atau cerai seketika diucapkan, tidak mungkin
dipahami lagi. b.
Talak Kinayah Yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata sindiran, atau samar-samar.
Seperti suami berkata kepada istri ”keluarlah engkau dari rumah ini sakarang”. Ditinjau dari segi ada atau tidak adanya kemungkinan bekas suami meruju’
kembali bekas istri, maka talak dibagi menjadi dua: a.
Talak Raj’i Yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya yang telah pernah
digauli, bukan karena memperoleh ganti harta dari istri, talak yang pertama kali atau kedua kali dijatuhkan.
12
b. Talak Ba’in
Yaitu talak yang putus secara penuh dalam arti tidak memungkinkan suami kembali kepada istrinya kecuali dengan nikah baru.
Talak ba’in terbagi dua macam:
12
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 196-197
23
1 Talak Bain Sughra, ialah talak yang suami tidak boleh ruju’ kepada mantan
istrinya, tetapi ia dapat kawin lagi dengan nikah baru tanpa melalui muhalil. 2 Talak Bain Kubra
, yaitu talak yang tidak memungkinkan suami ruju’ kembali kepada mantan isrinya. Dia boleh kembali lagi kepada istrinya setelah
istrinya itu kawin dengan laki-laki laindan bercerai pula dengan laki-laki itu dan habis masa iddahnya.
13
B. Cerai Gugat