28
Khulu’ sah apabila telah ada syarat-syarat berikut:
1. Kerelaan dan Persetujuan
Sepakat  ahli  fikih  bahwa  khulu ’  dapat  dilakukan  berdasatkan  kerelaan  dan
persetujuan dari suami istri, asal kerelaan dan persetujuan itu tidak berakibat di pihak orang lain.
Apabila  suami  tidak  mengabulkan  permin taan  khulu’  dari  istrinya,  sedang
pihak  istri  tetap  merasa  dirugikan  haknya  sebagai  seorang  istri.  Maka  ia  dapat mengajukan  gugatan untuk bercerai  kepada pengadilan. Hakim hendaklah  memberi
keputusan  perceraian  antara  kedua  suami  istri  itu,  apabila  ada  alat-alat  bukti  yang dijadikan daar-dasar gugatan oleh pihak istri.
Sepakat  para  ahli  fiqh  bahwa  istri  yang  dapat  dikhulu’  adalah  istri  yang mukallaf dan telah terikat akad nikah  yang sah dengan suaminya. Adapun istri yang
tidak atau belum mukallaf, yamg berhak mengada kan atau mengajukan khulu’ kepada
suami ialah wali. Istri  yang  mengajuka
n  khulu’  kepada  suaminya  diisyaratkan  hal  sebagai berikut:
a. Ia adalah seorang yang berada dalam wilayah si suami.
b. Ia  adalah  yang  telah  dapat  betindak  atas  harta,  karena  untuk  kepeluan
pengajuan khulu’ memerlukan harta.
23
23
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,  h. 235
29
2.  Iwadh
Iwadh merupakan  ciri khas dari khulu’, selama iwadh belum diberikan istri kepada  suami,  maka  selama  itu  pula  tergantung  perceraian.  Setelah  iwadh  disahkan
oleh pihak istri kepada suami barulah terjadi perceraian. Bentuk  iwadh sama seperti mahar.  Benda  apa  saja  yang  dapat  dijadiakan  mahar  dapat  pula  dijadikan  iwadh.
Mengenai  jumlah  iwadh  yang  terpenting  ialah  persetujuan  pihak-pihak  suami  dan istri,  apakah  jumlah  yang  disetujui  itu  kurang  atau  lebih  dari  jumlah  mahar  yang
pernah dijadikan oleh pihak istri diwaktu terjadinya diakad nikah.
3.   Shigat
Shigat atau ucapan cerai yang disampaikan oleh suami yamg dalam ungkapan tersebut  dinya
takan  ”uang  ganti”  atau  ”iwadh”.  tanpa  menyebutkan  ganti  ini  ia menjadi  talak  biasa,  sepe
rti  ucapan  suami  ”saya  ceraikan  kamu  dengan  tebusan sebuah  motor”.  Dalam  hal  shigat  tau  ucapan  khulu’  ini  terdapat  beda  di  kalangan
ulama. Menurut ulama ucapan khulu ada dua macam: a.
Sharih Sharih itu tebagi menjadi tiga yaitu:
1 Lafaz khulu’ itu sendiri seperti ucapan suami ”saya khulu’ kamu dengan
iwadh sepeda motor” 2
Lafaz tebusan seperti ucapan suami ”saya cerai dengan tebusan sekian....” 3
Lafaz  fasakh  seperti  ucapan  suami  ”saya  fasakh  dengan  iwadh  sebuah kitab suci Al-
Qur’an”.
30
b. Kinayah
Yaitu lafaz lain  yang tidak langsung berarti perceraian tapi dapat  digunakan untuk  itu.  Terjadi  kh
ulu’  dengan  lafaz  kinayah  ini  disyaratkan  harus  disertai dengan
niat. Umpamanya ucapan suami ”pergilah pulang ke rumah orang tuamu dan kamu membayar iwadh sebanyak sejuta rupiah”.
24
4.  Adanya Alasan Untuk Terjadinya K hulu’