Elemen Bangunan Dan Ruang Rumah Tradisional Karo Siwaluh Jabu

2.5. Elemen Bangunan Dan Ruang Rumah Tradisional Karo Siwaluh Jabu

Elemen bangunan dan ruang pada rumah tradisional Karo yang dipaparkan berikut ini adalah hanya yang mungkin berkaitan erat dengan dapat dilihatnya peranan gender didalamnya, diantaranya adalah seperti dipaparkan di bawah ini. 2.5.1.Dapur Setiap rumah tradisional Karo mempunyai 4 empat buah dapur, yaitu dua di bagian hilir dan dua di bagian hulu yang terdapat pada tiap ruang jabu. Tiap dapur dipergunakan oleh dua keluarga yang saling bersebelahan Sedapuren. Dapur berbentuk bujur sangkar, sekitar 2x2 meter persegi dilengkapi dengan anak batu mutu, dan tiga buah tungku diliken persis di tengah dapur, yang dijadikan simbol kelompok kekerabatan masyarakat Karo yang disebut pengikat yang tiga Deliken Sitelu yaitu, anak beru, kalimbubu, dan senina. Karena setiap dapur dipergunakan oleh dua keluarga, maka dalam setiap dapur terdapat dua pasang tungku yang seyogianya terdiri dari enam buah batu tungku diliken. Namun ternyata hanya terdapat lima buah, dengan perhitungan bahwa diliken yang terletak di tengah dianggap berfungsi ganda. Bilangan diliken yang lima, saat ini ini dianggap sebagai perwujudan dari kelompok klan yang terdapat dalam masyarakat merga silima yaitu : Peranginangin, Karo-Karo, Ginting, Tarigan, dan Sembiring. FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008 2.5.2.Beranda Setiap rumah mempunyai dua buah beranda atau teras ture masing-masing terletak di sebelah hilir ture jahe dan satu lagi di bagian hulu ture julu. Beranda ini terbuat dari lantai bambu bulat yang ditopang tiang setinggi ± 1,50 m. Beranda ini berfungsi sebagai tempat para perempuan menganyam mbayu bakul dan tikar, disiang hari. Waktu malam hari, berfungsi sebagai tempat berbincang dan memadu kasih antara gadis dan pemuda nure-nure. Fungsi lainnya adalah tempat memandikan anak-anak, tempat memandikan jenazah bila ada anggota penghuni rumah yang meninggal dunia, tempat buang air kecil bagi anak-anak, dan lain-lain. Terdapat anak tangga yang menghubungkan tanah dengan teras Ture yang jumlahnya selalu ganjil rata-rata lima. Sumber : Buku Raibnya Para Dewa FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008 Gambar 2.6. Beranda Atau Teras Ture 2.5.3.Para Para adalah tempat barang berbentuk rak yang ditopang oleh beberapa tiang atau digantung dan diletakkan dibagian yang agak tinggi di dalam rumah, dan tidak jarang para ini dibuat bertingkat-tingkat dengan fungsi yang berbeda-beda. Ada 4 para yang diletakkan bertingkat tepat di atas dapur yaitu: • Para Pengeringan Tuhor Berada persis di atas dapur masing-masing ruang jabu yang terdapat di dalam rumah. Ukuran para tuhor ± 2x2 m, sesuai dengan luas dapur Tuhor berarti keringpengeringan, juma tuhor artinya ladang kering. Tiap-tiap sudut para tuhor diberi cuping, sebagai tempat untuk menggantungkan daging, parang, dan lain- lain, dan di tengahnya sebagai tempat mengeringkan lada atau menyimpan nyiru, tampah, alat dapur, dan lain-lain. • Para Penyimpanan Periuk Kudin Merupakan bagian dari para pengeringan tuhor, yang terletak pada bagian atas, berbentuk bak, dengan kedalaman sekitar 30 Cm. Para ini berfungsi untuk tempat menyimpan kuali atau periuk kudin dan mengeringkan kemiri, dan lain-lain. • Para Sesajen Ndegeng Para ini terletak diatas “ Jabu Bata Ruang” yang terbuat dari balok atau papan dengan lebar ± 2 m dan panjang menurut panjang rumah ± 6 m. Para ini FIRMAN EDDY : PERANAN GENDER DALAM ARSITEKTUR STUDI KASUS : ARSITEKTUR KARO, 2008 USU e-Repository © 2008 berfungsi sebagai tempat memberikan sesaji kepada Dewa Dibata dan arwah leluhur. • Para Layar Para ini terletak di bagian teratas dari ketiga para lainnya, yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan periuk sesembahan kudin. Sumber : Buku Raibnya Para Dewa Gambar 2.7. Detail dan Posisi Para pada Rumah Tradisional Karo

2.6. Pola Pembagian Ruang Dalam Rumah Tradisional Karo