Pengetahuan Responden Tentang Gizi

62 informasi inilah menjadi problem yang menjadikan anak balita dari orangtua yang diteliti sehingga menderita gizi buruk.

5.2. Faktor Predisposing.

5.2.1 Pengetahuan Responden Tentang Gizi

Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak tahu tentang pengertian gizi buruk. Sedangkan responden yang tahu tentang gizi buruk hanya sedikit. Temuan ini membenarkan bahwa wajar saja sebagian besar balita di daerah ini mengalami gizi buruk karena dilandasi oleh mayoritas orangtua tidak mengetahui tentang gizi buruk. Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Sarwono 2003, bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pengaruh latarbelakang pengetahuannya. Orangtua membiarkan saja ketika berat badan anak balita tidak sesuai dengan tinggi badan atau tidak sesuai menurut umur jika dinilai secara klinis. Mereka lebih cenderung berpendapat dan yakin jika balita yang kurus kering itu karena kurang nafsu makan, nanti ketika anak balita mereka sudah berumur lebih dari umur balita dengan sendirinya berat badannya akan bertambah seiring dengan pertambahan usianya. Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui sebagian besar responden tidak tahu tentang manfaat makanan bergizi, sedangkan hanya sedikit responden yang mengetahui manfaat makanan bergizi. Padahal dari temuan ini bahwa ketika orangtua tidak mengetahui betapa pentingnya manfaat dari makanan yang bergizi yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan badan anak balita, sehingga orangtua tidak memperhatikan pola makan anaknya. Disini yang terjadi adalah anak-anak Universitas Sumatera Utara 63 balita hanya diberikan makan nasi saja dengan menu kawan nasi seadanya seperti cukup dengan garam,ditambah kecap sesuai dengan selera si anak. Akibanya anak balita menderita gizi buruk banyak ditemukan di daerah ini, yang disebabkan karena faktor responden yang tidak memahami dan tidak memperhatikanan makanan balita yang bergizi. Hal inilah yang sesuai dengan pendapat Soekidjo 2003 yang dikutip oleh Nurasiyah 2007 bahwa memahami dapat diartikan suatu kemampuan seseorang untuk menjelaskan secara benar tentang sesuatu obyek yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan sesuatu materi tersebut secara benar. Makan nasi seadanya akan berpengaruh pada tumbuh kembang badan balita, sebagai mana menurut teori Jeliffe yang dikutip oleh Supariasa, 2002 pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai dengan remaja. Jadi pengetahuan orangtua tentang makanan bergizi sangatlah perlu untuk menumbuh kembangkan anak balita, karena pada masa inilah pertumbuhan badan anak berkembang dengan cepat. Jika asupan makanan kedalam tubuh balita kurang mengandung protein dan zat gizi yang baik maka akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan tabel 4.4. di atas bahwa hasil temuan di lapangan ternyata umumnya orangtua tidak mengetahui ciri-ciri anak balita yang menderita gizi buruk. Hanya sebagian kecil saja responden yang mengetahui ciri dari gizi buruk pada anaknya. Ini adalah sebuah hal yang fantastis sekali, sebenarnya angka gizi buruk di kabupaten Abdya jika umumnya orangtua mengetahui bagaimana ciri gizi buruk itu yang sebenarnya, dimungkinkan di kabupaten Abdya tidak banyak anak balita menderita gizi buruk. Karena sebagian daerah pedesaan sudah memadai fasilitas Universitas Sumatera Utara 64 kesehatannya. Kemudian secara dini pulalah masyarakat mengupayakan agar anak balita mereka pulih dari gizi buruk. Berdasarkan tabel 4.4. di atas bahwa umumnya responden mengetahui manfaat ASI untuk anak balita, sedangkan Sebagian kecil responden yang tidak mengetahui manfaat dari ASI. Namun hasil temuan di lapangan umumnya mereka orangtua memberikan ASI kepada anak balita hanya sampai setahun tidak sampai 2 tahun hal itu karena sebagian besar orangtua miskin dan bekerja keras sehingga ASI yang tersedia kekurangan akhirnya orangtua balita mencari jalan keluar yang murah dengan memberikan makanan pendamping ASI pisang awak dan bubur nasi. Padahal sebaiknya anak yang berumur 0 bulan hingga 6 bulan belum baik di berikan makan pendamping ASI. Menurut Masoara 2002 yang dikutip oleh Nurasiyah 2007 bahwa ASI dan kolesterum adalah makanan yang terbaik bagi bayi, terutama untuk bayi usia 0 sampai usia 6 bulan pertama harus diberikan ASI saja, dan setelah itu di berikan makanan disamping ASI yang kuantitas dan kwalitasnya baik dan di teruskan pemberian ASI sampai umur anak berumur 2 tahun. Berdasarkan tabel 4.4. di atas diketahui bahwa sebahagian besar responden mengetahui tentang manfaat puskesmas posyandu dan hanya sedikit responden tidak mengetahui fungsi puskesmas posyandu. Namun dilapangan orangtua hanya sekedar mengetahui saja tentang manfaat puskesmas, sementara ketika anak balita mereka kurus merasa malu membawanya kepuskesmas. Kedaan ini menimbulkan asumsi peneliti karena faktor gengsi sosial yang masih melekat pada masyarakat setempat, dimana malu diketahui dan dibicarakan oleh orang lain Universitas Sumatera Utara 65 terhadap anak balitanya yang berbadan kurus takut dikatakan tidak diberi makan serta faktor yang dianggap kurangnya berat badan anak balita itu bukan penyakit, padahal sangat berpengaruh pada tingkat kecerdasan sianak itu sendiri untuk masa sekarang dan masa mendatang. Menurut Soekidjo 2003 pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Jadi pengetahuan responden di Kabupaten Aceh Barat Daya masih kurang sekali terutama masalah gizi buruk berada pada tingkat kategori yang rendah. Padahal pengetahuan itu penting sekali bagi orangtua yang anaknya menderita gizi buruk, sehingga anak balitanya dapat keluar dari permasalahan kesehatan gizi.

5.2.2. Sikap Responden