Ketersediaan Pangan Faktor Enabling

67 penelitian tidak sesuai dengan harapan dalam tiori Green di dalam predisposing factor.

5.2.3. Tradisi Responden

Berdasarkan Tabel 4.8. di atas diketahui sebagian besar responden mengakui tidak ada tradisi yang melarang untuk makan-makanan tertentu sedangkan hanya sebagian responden yang mengakui ada tradisi di tempat responden yang melarang makan-makanan tertentu. Bahwa dari hasil temuan dilapangan kendatipun tradisi setempat sebagian kecil yang mengakui ada larangan makan ikan tertentu, namun ternyata tradisi setempat masih mempengaruhi sebagian orangtua sehingga adanya pengaruh tradisi tersebut terhadap balita yang menderita gizi buruk. Depkes RI 2003, mengemukakan ada tradisi dalam keluarga yang lebih memungkinkan seseorang berperilaku tidak sehat dalam hal memberikan air susu ibu pada bayi dan makan tambahan, selain air susu ibu secara dini karena menganggap bahwa bayi akan merasa lapar dan cengeng bila hanya diberikan air susu ibu saja. Menurut asumsi peneliti bahwa adanya tradisi larangan makan ikan berlebihan sebagian besar responden mengakui ada tradisi larangan memakan ikan berlebihan yang akibatnya diyakini oleh mereka bisa mengakibatkan cacingan dan perut buncit. Mereka mengakui adanya faktor lain seperti keterdesakan ekonomi sehingga terpaksa merujuk pada anjuran nenek moyang mereka agar membatasi mengkonsumsi ikan berlebihan kendatipun pekerjaan mereka umumnya nelayan dan petani.

5.3 Faktor Enabling

5.3.1. Ketersediaan Pangan

Universitas Sumatera Utara 68 Berdasarkan tabel 4.10. di atas diketahui bahwa ketersediaan pangan responden di daerah penelitian ditemukan mayoritas mengakui adanya ketersediaan pangan dan hanya sebagian kecil yang mengakui tidak ada ketersediaan aneka ragam pangan. Pangan yang di maksud oleh responden tersebut umumnya mengakui nasi. Mereka meyakini walau banyak makanan lainnya namun tetap mereka menganggap belum makan dan tidak kenyang, sehingga harus makan nasi dulu baru dianggap sudah makan. Jadi jika ketersediaan pangan hanya nasi saja ini tentu nilai gizi dan proteinnya masih kurang asupannya dalam tubuh balita akibatnya anak menderita gizi buruk. Memberikan makanan tambahan seperti roti, susu dan kacang hijau di akui orangtua ada diberikan untuk anak balita mereka, akan tetapi tidak di berikan secara rutinitas harian. Memberikan susu dan makanan tambahan lain pada anak mereka dilakukan bersifat bulanan, artinya jika ada bantuan pemerintah setempat maka baru diberikan aneka ragam makanan pada anak balita mereka, sedangkan jika tidak ada bantuan tidak diberikan apa-apa selain nasi dan pisang awak. Menurut Sunita 2004 konsep penganeka ragaman pangan adalah ada upaya untuk menganekaragamkan pola konsumsi pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu gizi makanan yang dikonsumsi, pada akhirnya akan meningkatkan status gizi penduduk. Menurut asumsi peneliti pola konsumsi masyarakat terhadap aneka ragam pangan belum ditemukan pada daerah penelitian, sebab umumnya pengetahuan dan penghasilan responden yang masih minim, sebagaimana tergambar di atas. Universitas Sumatera Utara 69 Pada umumnya responden di kabupaten Abdya ada mengkonsumsi daging namun tidak bersifat rutinitas pula akan tetapi bersifat insidental, pada saat ”Meugang” menghadapi bulan Ramadhan dan hari raya Qurban. Selain hari meugang tersebut anak-anak balita tidak pernah mengkonsumsi daging, itupun karena sudah merupakan waktu yang sakral dan mereka sudah mengumpulkan uangnya untuk membeli daging sejak setahun sebelum datangnya hari yang skral tersebut. Disamping itu orangtua hanya memberikan makan yang enak-enak pada anak balita mereka dengan pada saat anak balita mereka sudah jatuh sakit bukan pada saat gizi buruk. tradisi seperti inilah sehingga sebagian anak balita menderita gizi buruk dengan hanya mengandalkan nasi sebagai pangan tradisinya. Tradisi responden memang sesuai dengan teori Green namun karena keterbatasan latarbelakang pendidikan, pengetahuan dan kekurangan ekonomi keluarga sehingga dalam pelaksanaannya dilapangan tidak sesuai dengan teori Green, dimana responden sudah mentradisi hanya memakan nasi dan lauk seadanya.

5.3.2. Fasilitas Kesehatan