Sistem Pengawasan Intern URAIAN TEORITIS

Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 3. Arus kas dari pendanaan financing activities adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan hutang dari suatu aktivitas, meliputi: 1 mendapatkan dana dari pemilik dan memberikan mereka suatu hasil atas investasi mereka dividen, 2 meminjam uang dari kreditur dan membayarkan kembali jumlah pinjaman tersebut. a. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan biasanya berasal dari pengeluaran saham, obligasi dan pinjaman bank jangka panjang. b. Arus kas keluar dari aktivitas pendanaan meliputi pembayaran dividen tunai, pembayaran kembali hutang-hutang jangka panjang dan membeli kembali saham yang sudah beredar treasury stock. Jumlah arus kas bersih dari ketiga aktivitas ini akan menunjukkan suatu angka kenaikan atau penurunan bersih dalam kas untuk suatu periode yang bersangkutan. Dengan menjumlahkan kenaikan atau penurunan bersih dalam kas terhadap saldo kas pada awal periode yang juga disajikan dalam Laporan Arus Kas, maka diperoleh saldo akhir periode. Dengan melaporkan arus kas menurut kegiatan operasi, investasi dan pendanaan maka hubungan yang disajikan dalam dan diantara aktivitas-aktivitas tersebut dapat dievaluasi.

E. Sistem Pengawasan Intern

1. Pengertian sistem pengawasan intern Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang khusus berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai sebagaimana mestinya Harahap,2001:15. Sistem pengawasan sebenarnya melekat dalam Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 setiap fungsi yang dilakukan manajemen, artinya pada saat melaksanakan fungsi perencanaan seorang manajer sudah melaksanakan fungsi pengawasan, demikian juga pada fungsi manajemen lainnya. Namun dalam berbagai hasil kajian bidang manajemen belakangan ini serta untuk mudahnya, maka literatur manajemen membuat fungsi pengawasan manajemen ini dalam kelompok tersendiri bukan berarti merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi lainnya, tetapi hanya sekedar cara untuk memudahkan penganalisisan. Barangkali hal inilah yang menimbulkan adanya perbedaan terjemahan “control” ke dalam bahasa Indonesia. Ada yang memakai istilah pengendalian, ada yang memakai pengawasan. Dua-duanya tepat Harahap,2001:2. Pengendalian intern internal control menurut Dunia 2005:94 adalah rencana organisasi dan semua ukuran-ukuran dan prosedur-prosedur yang dibuat dalam suatu perusahaan. Pengertian pengawasan intern menurut laporan Committee on Auditing Procedure yang dipublikasikan tahun 1940 Harahap,2001:122 yaitu mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan prosedur-prosedur yang terkoordinasi dan diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya, men-check ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar efisien dan mengajak untuk mentaati kebijaksanaan perusahaan. Menurut Suhardi 2006:174 sistem pengendalian internal adalah seluruh sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen untuk menjaga harta perusahaan dari kelalaiankesalahan error, kecurangan frauds ataupun kejahatan irregularities. Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 Menurut Warren, Reeve Fees 2005:227, pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat an meyakinkan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti. 2. Tujuan sistem pengawasan intern Adapun tujuan sistem pengendalian intern menurut Bastian 2001:54 adalah sebagai berikut: a. Untuk melindungi hartaaktiva organisasi untuk mencegah atau menemukan aktiva yang hilang dari catatan pembukuan pada saat yang tepat. b. Mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji kecermatannya untuk melaksanakan operasi. Sistem pengendalian intern dapat mencegah dan menemukan kesalahan pada saat yang tepat. c. Meningkatkan efisiensi usaha Pengendalian dalam organisasi ditujukan untuk menghindari pekerjaan berganda yang tidak perlu dan mencegah pemborosan terhadap semua aspek usaha termasuk pencegahan terhadap penggunaan sumber dana yang tidak efisien. d. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah diterapkan Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi. Sistem pengendalian intern memberikan jaminan bahwa prosedur dan peraturan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan. Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 3. Unsur-unsur sistem pengawasan intern Menurut Mulyadi 2001:164 unsur pokok sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka frame work pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, misalnya kegiatan pokoknya adalah memproduksi dan menjual produk. Untuk melaksanakan kegiatan pokok tersebut dibentuk departemen produksi, departemen pemasaran, departemen keuangan dan umum. Departemen-departemen ini kemudian dibagi-bagi lebih lanjut menjadi unit- unit organisasi yang lebih kecil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini: a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya pembelian. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksankan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan. Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Untuk melaksanakan transaksi pembelian dalam perusahaan misalnya fungsi-fungsi yang dibentuk adalah fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan dan fungsi akuntansi dengan fungsinya masing-masing sebagai berikut: a Fungsi gudang merupakan fungsi penyimpanan: mengajukan permintaan pembelian dan menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan. b Fungsi pembelian merupakan fungsi operasi, melaksanakan pemesanan barang kepada pemasok. c Fungsi penerimaan merupakan fungsi operasi, menerima atau menolak barang yang diterima dari pemasok. d Fungsi akuntansi merupakan fungsi pencatatan, mencatat hutang yang timbul dari transaksi pembelian dalam kartu hutang dan mencatat persediaan barang yang diterima dari transaksi pembelian dalam kartu pers. Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam pelaksanaan transaksi pembelian tersebut dilakukan untuk membagi berbagai tahap transaksi tersebut ke tangan manajer berbagai unit organisasi yang dibentuk, sehingga semua tahap transaksi pembelian tersebut tidak diselesaikan oleh satu unit organisasi saja. Dengan demikian, dalam pelaksanaan suatu transaksi terdapat internal check diantara unit organisasi pelaksana. Dengan pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi operasi dan fungsi penyimpanan, catatan akuntansi yang diselenggarakan dapat mencerminkan Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan oleh unit organisasi yang memegang fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika misalnya fungsi penyimpanan disatukan dengan fungsi akuntansi, perangkapan fungsi ini akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga data akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya dan sebagai akibatnya, kekayaaan organisasi tidak terjamin keamanannya. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Formulir merupakan media yang digunakan untuk merekam penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu, penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Di lain pihak, formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya reliability yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, hutang, pendapatan dan biaya suatu organisasi. Dalam melaksanakan transaksi pembelian misalnya, sistem wewenang diatur sebagai berikut: a Kepala fungsi gudang: berwenang mengajukan permintaan pembelian dengan surat permintaan pembelian yang ditujukan kepada fungsi pembelian. b Kepala fungsi pembelian: berwenang memberikan otorisasi pada surat order pembelian yang diterbitkan oleh fungsi pembelian. c Kepala fungsi penerimaan: berwenang memberikan otorisasi pada laporan penerimaan barang yang diterbitkan oleh fungsi penerimaan. d Kepala fungsi akuntansi: berwenang memberikan otorisasi pada bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar pencatatan terjadinya transaksi pembelian. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah: a Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi, Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 maka pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan dapat menetapkan pertanggung jawaban terlaksananya transaksi. b Pemeriksaan mendadak surprised audit. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam suatu organisasi, dilaksanakan pemeriksaan mendadak terhadap kegiatan- kegitan pokoknya, hal ini akan mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan dengan aturan yang telah ditetapkan. c Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu unit organisasi lain. Karena setiap transaksi dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain, sehingga terjadi internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unit organisasi yang terkait, maka setiap unit organisasi akan melaksanakan praktik yang sehat dalam pelaksanaan tugasnya. d Perputaran jabatan job rotation. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjada independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari. e Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut. f Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. Untuk menjaga kekayaannya dengan catatannya. Untuk menjada kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya. Secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan tersebut. g Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern atau staf pemeriksaan intern. Agar efektif dalam menjalankan tugasnya satuan pengawas intern ini harus tidak melaksanakan fungsi operasi, fungsi penyimpanan dan fungsi akuntansi, serta harus bertanggung jawab langsung kepada manajemen puncak direktur utama. Adanya satauan pengawas intern dalam perusahaan akan menjamin efektivitas unsur- unsur sistem pengendalian intern, sehingga kekayaan perusahaan akan terjamin keamanannya dan data akuntansi akan terjamin ketelitian dan keandalannya. 4. Karyawan yang mutunya sesuai denan tanggung jawabnya. Bagaimana baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Ervina Adelina Nababan : Analisis Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Dan Kaitannya Dengan Pengawasan Intern Pada Pt Golden Dragon Medan, 2008. USU Repository © 2009 Diantara 4 unsur pokok pengendalian intern tersebut di atas, unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi. Sampai batas yang minimum dan perusahaan tetap mampun menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Karyawan yang jujur dan aktif dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya akan dapat melakukan pekerjaannya dengan efisien dan efektif, meskipun hanya sedikit unsur sistem pengendalian intern yang mendukungnya. Di lain pihak, meskipun 3 unsur sistem pengendalian intern yang lain cukup kuat, namun jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur, empat tujuan sistem pengendalian intern seperti yang telah diuraikan di atas tersebut tidak akan tercapai.

F. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas