Menurut hemat penulis persyaratan dan rukun perkawinan dari apa yang telah dikemukakan di atas, baik pandangan hukum Islam dan hukum positif mempuyai
relevansi untuk melakukan sebuah akad perkawinan dan merupakan landasan ideal untuk dilaksanakannya sebuah akad pernikahan. Sebab perkawinan bukanlah hanya
sekedar bersatu dua insan yang berlainan jenis yamg memerlukan kesadaran dan kesungguhan dari kedua belah pihak, namun juga untuk menjalani kehidupan yang
sangat panjang dan melaksanakannya adalah suatu ibadah.
C. Tujuan dan Hikmah Perkawinan
1. Tujuan Perkawinan
a. Menurut Al-Quran
Allah telah menciptakan lelaki dan perempuan untuk hidup saling berpasang- pasangan, sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain dan saling mencintai,
sehingga menghasilkan keturunan serta hidup dalam kedamaian sebagaimana perintah Allah SWT. Dalam firmannya pada ayat suci al-Quran, banyak ayat yang menjelaskan
tentang tujuan dan hikmah perkawinan antara lain, pertama surat al-A’raf ayat 189 :
O +V
8 _ 7?
ﻡ T5
=[ TZ
= T.
- ﻡ
T0 3
T0 T
1 T0
E PPP ` TNA
a:
Hbc I
Artinya : Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, supaya ia bersenang-senang dengannya. Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan perkawinan itu adalah untuk bersenang-
senang. Dari ayat ini kita tampaknya tidak juga dilarang bersenang-senang tentunya
tidak sampai meninggalkan hal-hal yang penting karenanya, karena memang diakui bahwa rasa senang itu salah satu unsur untuk mendukung sehat rohani dan jasmani.
27
Selanjutnya dalam surat al-Ruum ayat 21, yang berbunyi :
+,+ﻡ -. 0 1
2 34 54 ﻡ
678 94 :; ی ﻡ
C D +91 9 + 52ی =? = یA B
E F
GH I
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah ia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Dari kandungan surat di atas ada tiga makna yang dituju satu perkawinan
yakni:
28
pertama, Litaskunu ilaiha, artinya supaya tenangdiam dan yang sepertinya adalah sakana, sukun, sikin, kedua, mawaddah artinya membina rasa cinta, ketiga
rahmah yang berarti sayang.
b. Menurut Hadis
Nabi Muhammad SAW sebagai panutan Umat Islam juga telah menggariskan apa saja yang akan didapat dalam sebuah perkawinan. Secara global ada dua hal dituju
perkawinan menurut hadits,
29
pertama untuk menundukan pandangan dan faraj kemaluan. Dan Nabi menganjurkan berpuasa bagi yang telah sampai umur, bila
kemampuan materil belum memungkinkan, sebagaimana hadis :
27
Basiq Djalil, Tebaran Pemikiran Keislaman Di Tanah Gayo, Jakarta: QALBUN SALIM, 2007, edisi pertama, h. 87
28
Ibid
29
Ibid , h. 89
4 Z
9
4 d
=eی \ 4 M P
] L f NA N ی .ﻡ 4 Z
N J = N
N + ZMN N J
=Zیgی N N J
ZM P
K L KTﺱ T K TL
+7ﺱ : 7N +-R
+h h.ﻡ ی ﻡ i2ﺱ ﻡ M
M 7
2 g
+ j
k T+
: 4
Tl Xm
7M n
4 75
j k
9 ی
2 i
o .
7 :
+n pk
+ :
: q
E : 7N 652ﻡ
30
Artinya : Telah meriwayatkan kepada kami Abi Bakar bin abi Syaibah dan Abu
Kuraib. mereka berkata telah meriwayatkan kepada kami Abu Mua’wiyah dari A’amasy, dari Umarah bin Umair, dari Abdirrahman bin Yazid, dari Abdullah. Ia
berkata : Berkata Rasulullah SAW kepada kami : Hai sekalian pemuda siapa yang punya kemampuan di antara kalian maka hendaklah ia menikah. Karena yang
demikian lebih menundukan pandangan dan lebih memelihara kemaluan, apabila tidak punya kemampuan maka hendaklah ia berpuasa karena yang demikian itu
dapat meredam keinginan
. Muttafaqun alaih Kedua, sebagai kebanggaan Nabi di hari kiamat, yakni dengan banyaknya
keturunan Umat Islam melalui perkawinan yang jelas, secara tekstual nabi menyatakan jumlah kuantitas yang banyak itu Nabi harapkan, karena dalam jumlah yang banyak
itulah terkandung kekuatan yang besar. Kekuatan yang bisa menunjukan kemuliaan dan keagungan ajaran-ajaran Islam, bukan hanya dalam lintasan sejarah masa lalu namun
juga masa sekarang. Perkawinan dapat mengembangkan umat manusia menjadi suatu masyarakat
yang besar yang bermula dari unsur keluarga. Hubungan laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh tali pernikahan dapat juga memperkembangkan manusia. Akan tetapi,
bila ini diterapkan maka tanggung jawab manusia tidak dapat dikontrol. Sebab itulah
30
Al-Imam Abi Husain Muslim bin Hajj j Qusairi al-Naisaburi, Shohih Muslim, tt: Darul Ihya Kitab al-Arabi, t. th, Juz. Ke-2, h. 1018
perkawinan sangat penting untuk pengembangan manusia secara bertanggung jawab.
31
sebagaimana hadis :
Z N M
Z Z D
4 D =
N 5
=9 L
] 8
7 r
9
8 7
5 Z
D 5
=s N N 4
=[ ﻡ =B L
K : \ 9 ﺱ
K R
+7 N 7
: ﺱ +7 یt
ﻡ M
ی N 2M
X2 -
d Z
Zی ی
? K
; g
+ ,
, T
, 1
T D
ﻡ T
A M
T Tی
? Tﻡ
E Z
u
32
Artinya : Meriwayatkan kepada kami Abdullah meriwayatkan kepada kami abi tsana
Khusain dan affan : mereka berkata kepada tsana khalaf bin khalifah meriwayatkan kepada kami hafsin bin umar dari anas bin malik : Ada Nabi Muhammad SAW
bersabda, dia memerintahkan kepada kami dengan nikah dan mencegah kita beribadah saja tanpa kawin. Dan ia bersabda: “Kawinilah wanita yang simpatik
banyak kasih sayangnya dan yang peranak, karena aku bangga dengan banyaknya kamu pada hari kiamat. HR. Ahmad
c. Menurut Akal