Hikmah Perkawinan Tujuan dan Hikmah Perkawinan

jawab terhadap anak-anak, yang akan memelihara dan mendidiknya sehingga menjadilah ia seorang muslim yang dicita-citakan. 37 3 Tertib Harta Untuk menjaga kewarisan, setiap orang yang hidup tentu akan memiliki barang atau benda yang diperlukan manusia, walau hanya sekeping papan atau sehelai kain. Ketika manusia itu wafat tentu harus ada ahli waris yang menerima atau menampung harta peninggalan tersebut. Nah untuk tertibnya para ahli waris, tentunya harus dilakukan prosedur yang tertib pula, yakni dengan pernikahan. 38

d. Menurut Undang-Undang

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, disebutkan dalam pasal 1 yang berbunyi : tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal yang sama juga didapat dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 3 bahwa tujuan perkawinan adalah mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Sehingga jelaslah bahwa pemerintah mengharapkan pernikahan sebagai pondasi awal menuju struktur kehidupan berbangsa dan bernegara yang tenteram dan damai.

2. Hikmah Perkawinan

a. Menyalurkan Kebutuhan Biologis 37 Kamal Muhktar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, Cet. Ke-2, h. 15 38 Basiq, Tebaran Pemikiran, h. 90 Setiap manusia dewasa yang normal, dia pasti memiliki dorongan seksual yang menuntut adanya penyaluran. Dorongan yang satu ini menjadi sumber fitnah yang amat membahayakan, 39 yang bisa berakibat terjatuh pada bahaya perzinahan dan prostitusi yang dapat merusak ketenangan dan menimbulkan keresahan pada masyarakat. Dengan adanya pernikahan, dorongan seksual yang bergejolak dapat disalurkan sepuas-puasnya dengan isteri tercinta secara sah dan benar. 40 b. Mempererat dan Menambah Persaudaraan Menurut islam, perkawinan bukan hanya merapatkan hubungan dua pihak secara individual antara suami dan isteri, namun lebih jauh dapat mempererat tali hubungan antara keluarga pihak suami dan pihak isteri. 41 Dengan beristeri, maka suami akan bertambah banyak sanak dan saudaranya. Saudara-saudara ipar, segenap keluarga besar dari pihak isteri, para tetangga dan masyarakat dilingkungan isteri, apalagi kelak setelah berbesanan dengan seseorang tatkala anaknya telah dewasa semua itu akan memperbanyak saudara. 42 c. Menciptakan Ketenangan Jiwa Bahwasanya suatu perkawinan dapat menimbulkan rasa kasih sayang antara suami dan isteri, juga menenangkan jiwa memperkokoh dan menanamkan kasih 39 M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Isteri Sejak Malam Pertama, Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 2000, Cet. 2, h. 114 40 Ibid ., h.115 41 Chuzaimah, Problematika Hukum, h. 77 42 Ibid ., h. 122 sayang antara keduanya. 43 Di samping itu dengan beristeri, seorang suami akan lebih terbentengi dari hal-hal yang memudarkan nilai peribadatan dan pengamalannya terhadap agama. Suami tak lagi dibayangi oleh pikiran-pikiran negatif terhadap wanita dan lebih terbantu dengan kehadiran isteri tercinta. 44 d. Menumbuhkan Sikap Bertanggung Jawab Sebelum beristeri seorang lelaki tidak menghadapi banyak tuntutan. Tetapi setelah beristeri, ia dituntut oleh banyak hal. 45 Ia akan menyadari rasa tanggung jawab kepada isteri, anak-anak. Menimbulkan sikap rajin bekerja dan sungguh- sungguh dalam mengarahkan pendidikan anak, serta meningkatkan status dalam pergaulan masyarkat, sehingga dihargai dan hormati. Dari uraian yang telah dikemukakakan penulis menarik kesimpulan begitu besar dan banyak manfaat dari tujuan dan hikmah perkawinan. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkawinan dalam Islam sebagaimana yang telah kita ketahui, bukan semata-mata untuk mengikuti Sunah Rasul, tapi lebih jauh membuat ketenangan baik lahir dan batin dan berbagai manfaat yang tidak bisa kita dapatkan tanpa melalui perkawinan, sehingga ikatan suci ini menjadikan seorang pria dan wanita dapat memelihara diri dari perbuatan dan perilaku tidak senonoh, melanjutkan keturunan, dan yang paling besar ialah mendapatkan ridho dari Allah SWT. 43 Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunnah, Beirut: Dâr al-Fikr, t.th, Jilid. 2, h. 12 44 M. Nipan, Membahagiakan isteri, h. 114 45 Ibid ., h. 120

D. Hak dan Kewajiban Suami Isteri

Apabila dilaksanakan akad nikah yang sah, maka mulai saat itu berarti antara kedua calon mempelai sudah terikat dalam ikatan perkawinan dan telah resmi hidup sebagai suami isteri. Maka untuk mencapai tujuan perkawinan sebagaimana yang telah disebutkan maka diperlukan hak dan kewajiban bagi suami isteri. 1. Hak dan Kewajiban Suami Mengenai hak-hak suami terhadap isterinya tersebut dalam surat an-Nisa ayat 34 , yaitu firman Allah SWT : TTﻡ ?54 TT =mTT. TT7N 0vTT. -+vTT TT TT TT7N 9TTﻡ +L K TT w5 e x7 q y q 2 L +n 0 ﻡ4 E PPP 4 I Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki telah menetapkan harta mereka. Sebab itu wanita yang saleh ialah wanita yang taat lagi memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara mereka…. Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hak suami atas isteri ialah: a. Taat. Isteri hendaklah taat kepada suaminya dalam melaksanakan urusan-urusan rumah tangga mereka, selama suaminya masih menjalankan ketentuan-ketentuan Allah yang berhubungan dengan kehidupan suami isteri. Taat kepada suami dalam ayat digunakan perkataan qânitât yang berarti tunduk dan patuh. Perkataan ini biasanya digunakan untuk menerangkan ketundukan dan kepatuhan seorang hamba