Hak dan Kewajiban Suami Isteri

D. Hak dan Kewajiban Suami Isteri

Apabila dilaksanakan akad nikah yang sah, maka mulai saat itu berarti antara kedua calon mempelai sudah terikat dalam ikatan perkawinan dan telah resmi hidup sebagai suami isteri. Maka untuk mencapai tujuan perkawinan sebagaimana yang telah disebutkan maka diperlukan hak dan kewajiban bagi suami isteri. 1. Hak dan Kewajiban Suami Mengenai hak-hak suami terhadap isterinya tersebut dalam surat an-Nisa ayat 34 , yaitu firman Allah SWT : TTﻡ ?54 TT =mTT. TT7N 0vTT. -+vTT TT TT TT7N 9TTﻡ +L K TT w5 e x7 q y q 2 L +n 0 ﻡ4 E PPP 4 I Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki telah menetapkan harta mereka. Sebab itu wanita yang saleh ialah wanita yang taat lagi memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara mereka…. Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hak suami atas isteri ialah: a. Taat. Isteri hendaklah taat kepada suaminya dalam melaksanakan urusan-urusan rumah tangga mereka, selama suaminya masih menjalankan ketentuan-ketentuan Allah yang berhubungan dengan kehidupan suami isteri. Taat kepada suami dalam ayat digunakan perkataan qânitât yang berarti tunduk dan patuh. Perkataan ini biasanya digunakan untuk menerangkan ketundukan dan kepatuhan seorang hamba kepada Allah. Dengan ayat ini Allah menerangkan bentuk ketaatan isteri kepada suami, sama dengan bentuk ketaatan kepada Allah. 46 b. Isteri tidak diperkenankan menghadiahkan sesuatu dari harta suaminya kecuali atas izinnya. 47 Maksudnya seorang isteri tidak diperkenankan memberikan hadiah apa pun dari harta suaminya kecuali dengan izinnya. Hal ini juga penting karena harta tersebut adalah milik suaminya, di samping itu untuk mencegah kecurigaan pihak suami terdap isteri yang dapat merusak keharmonisan perkawinan. c. Menerima sedekah dari harta isteri dalam keadaan sulit atau bersabar, menghadapi tekanan hidup jika ia tidak mempunyai harta. Di antara hak suami yang ada pada isterinya, ialah isteri harus menyedekahkan hartanya ketika sedang dalam keadaan sulit. Kalau isteri tidak punya harta, maka ia bersabar bersamanya menghadapi tekanan hidup. 48 d. Isteri menjaga dirinya dan harta suami Dalam al-Quran surat an- Nisa ayat 34 dijelaskan bahwa isteri harus bisa menjaga dirinya baik ketika berada di depan maupun di belakang suami, dan ini merupakan salah satu ciri isteri sholehah … w5 e x7 q y q 2 L +n z 4 I 46 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum, h. 153 47 Mahmud al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1991 Cet. Ke-1, h. 152 48 Yudian Wahyudin, dkk, Keluarga Bahagia Dalam Islam, Yogjakarta: Pustaka Mantik, 1993, h. 160 Artinya: …sebab itu maka wanita yang sholeh itulah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara mereka…” Maksud memelihara diri dibelakang suami dalam ayat tersebut adalah, isteri dalam menjaga, dirinya ketika suaminya tidak ada dan berbuat khianat kepadanya, baik mengenai diri maupun harta bendanya. Inilah kewajiban tertinggi seorang isteri terhadap suami. 49 Sedangkan kewajiban suami, adalah sebagai berikut : a. Suami wajib memperlakukan isterinya dengan baik, menghormatinya, bergaul dengan baik, memperlakukannya dengan wajar, mendahulukan kepentingannya yang memang patut didahulukan untuk melunakan hatinya, lebih-lebih bersikap menahan diri dari sikap yang kurang menyenangkan dari padanya atau bersabar untuk menghadapinya, sehingga isteri akan bersikap lebih perhatian terhadap kelangsungan kehidupan perkawinan. b. Menjaganya dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya, sehingga isteri merasa tenang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya baik ketika suaminya ada atau tidak berada di rumah. Dalam ayat ini terkandung suruhan untuk menjaga kehidupan beragama isterinya, membuat isterinya tetap menjalankan ajaran agama dan menjauhkan isterinya dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan kemarahan Allah. Untuk maksud tertentu suami wajib memberikan pendidikan 49 Abdurrahman Ghazali, Fikih Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003, h.160 agama dan pendidikan lain yang berguna bagi isteri dalam kedudukannya sebagai isteri. 50 Firman Allah : 7O4 54 L E ی 2 {{ { I Artinya : “Periharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”. c. Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah untuk tewujud, yaitu mawaddah, rahmah, dan sakinah. Untuk maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang bagi isterinya. 51 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalalm surat al-Rum ayat 21 : -. 0 1 2 34 54 ﻡ 678 94 :; ی ﻡ +,+ﻡ 9 + 52ی =? = یA B C D +91 E F GH Artinya : Di antara tanda-tanda kebesaran Allah, Ia menjadikan untukmu pasangan hidup supaya kamu menemukan ketenangan pasangan dan menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Yang demikian merupakan tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. d. Menanggung Biaya Hidup Islam telah memberikan garis batas bagi pekerjaan suami dan pekerjaan isteri. Tugas laki-laki adalah bekerja mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidup keluarganya. Tugas ini merupakan tugas yang harus dipatuhi dalam status laki-laki sebagai pelindung. 52 2. Hak dan Kewajiban Isteri 50 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2006, h. 161 51 Ibid , h. 161 52 Abul A’la al-Maududi dan Fazl Ahmed, Pedoman Perkawinan, h. 22 Hak isteri atas suami adalah sebagai berikut : a. Menerima Nafaqah Nafaqah merupakan hak isteri dan suami wajib membayarnya. Dasarnya ialah : T7N N Tﺽ+ + 2Tی 94 , 4 T 7ﻡ T\ T + O,] 4 .ﺽ ی Z ,T + vTT; ] 0.TTﺱ +]1 q[TT5 rTT+7 ; ] ` . T + 0; TT\ + TT0L3 :TT B C - ﻡ 7N uZ :+, ﻡ ] OZ Z EPPP ?M G: G I Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Tidak diberati seorang diri, kecuali menurut usahanya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya dan warispun berkewajiban demikian … Kewajiban memberikan nafaqah oleh suami kepada isterinya yang berlaku pada fiqih didasarkan pada prinsip pemisahan harta suami dan isteri. Prinsip ini mengikuti alur pikir bahwa suami itu adalah pencari rezeki, rezeki yang diperolehnya itu menjadi haknya penuh dan untuk selanjutnya suami berkedudukan sebagai pemberi nafaqah. 53 b. Mendapatkan Pergaulan Secara Baik Dan Patut. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 19 : PPP :T -T.}ی ~ Td O ; 94 . + O 2O \ 9k ` . + O d N \ 8 4 Hc I Artinya : 53 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan, h. 165 Pergauilah mereka isteri-isteri secara baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. Yang dimaksud dengan pergaulan di sini secara khusus adalah pergaulan suami isteri termasuk hal-hal yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan seksual. Bentuk pergaulan yang dikatakan dalam ayat tersebut diistilahkan dengan makruf yang mengandung arti secara baik; sedangkan bentuk yang makruf itu tidak dijelaskan Allah secara khusus. Dalam hal ini diserahkan kepada pertimbangan alur dan patut menurut pandangan adat dan lingkungan setempat. 54 3. Hak Supaya Suami Menjaga dan Memelihara Isterinya. Maksudnya ialah menjaga kehormatan isteri, tidak menyia-nyiakannya, dan menjaganya agar selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan segala yang dilarang Allah. 55 Firman Allah : TTTT7O4 TTTT54 TTTTL TTTT ﻡ یVTTTT+ TTTT0Xی4 ی TTTT} W TTTT+ TTTTO,L TTTT E ی 2 {{ { I Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu”. 4. Kalau Suami Mempuyai Isteri Lebih Dari Seorang, Maka Hendaklah Ia Berlaku Adil Terhadap Isterinya itu. Firman allah : PPP .;+]4 ,4 B C ی4 • 7ﻡ ﻡ 4 Z Z.;+]4 258 9k E :3 I Artinya : 54 Ibid., h. 160 55 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum, h. 152 “... kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap isterimu maka kawinilah seorang saja, atau budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. Yang dimaksud dengan berlaku adil dalam ayat ini ialah berlaku adil dalam hal-hal yang dapat dilaksanakan, seperti adil dalam pemberian nafakah, adil dalam menetapkan giliran hari antara isteri-isteri dan sebagainya. Adapun adil dalam hal cinta dan kasih sayang sukar dilaksanakan oleh manusia. Walaupun demikian janganlah hendaknya karena kecintaan kepada isteri yang seorang, membiarkan isteri yang lain terkatung-katung hidupnya. Sedangkan kewajiban seorang isteri adalah : a. Isteri Wajib Mengasuh Anak Isteri berusaha untuk mengasuh anak termasuk sesuatu yang sangat dianjurkan oleh agama dan diutamakan, karena anak merupakan sambungan hidup dari orang tuanya. Cita-cita atau usaha-usaha yang tidak sanggup orang tuanya melaksanakan, diharapkan agar anaknya nanti yang melaksanakannya. Anak yang saleh merupakan amal orang tuanya. b. Isteri Menjaga Dirinya Sendiri dan Harta Suami, menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkannya, tidak cemberut dihadapannya, tidak menunjukan keadaan yang tidak disenanginya. c. Isteri wajib menyusukan anaknya, selama ia sanggup melaksanakannya. Firman Allah : TT7N N TTﺽ+ + 2TTی 94 , 4 TT 7ﻡ TT\ TT + TTO,] 4 .TTﺽ ی ZTT + 0; \ + 0L3 : , 0.ﺱ +]1 q[5 r+7 ; ] ` . PPP E ?M G G I Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah ialah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya”. Sedangkan Hak dan Kewajiban suami-isteri menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan pada: a. Pasal 30 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa : Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. b. Pasal 31 ayat 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa : Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat Teranglah bahwa, kehidupan perkawinan tidak berhenti pada selesainya upacara akad nikah, namun yang arti perkawinan sesungguhnya ialah tetap terbinanya hubungan suami isteri pada kehidupan yang harmonis. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila keduanya mau memahami posisinya dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Dalam hal ini islam dan perundang-undangan telah mengatur dengan baik, dengan memberikan pedoman dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai suami isteri. Sehingga hal-hal seperti ketidakharmonisan, perpecahan, dan sampai pemutusan perkawinan dapat dihindari.

BAB III STATUS PERKAWINAN AKIBAT SUAMI HILANG

E. Pengertian Umum

Untuk lebih memahami skripsi ini maka penulis perlu memberikan beberapa informasi tentang suami yang hilang. Karena dalam perjalanan kehidupan suami isteri, kemungkinan sekali seorang suami mencari nafkah di tempat yang jauh atau mempunyai keperluan ditempat yang jauh. Perjalanan menuju ketempat-tempat yang dituju oleh seorang suami, baik untuk mencari nafkah atau keperluan lain, bilamana masa perjalanannya melebihi kebiasaan, maka akan menimbulkan kekhawatiran dalam diri isteri dan keluarganya. Dalam keadaan tidak jelas semacam ini, status yang bersangkutan dikatakan ghaib. 56 Dari sini dapat diambil pengertian bahwa : 1. Hilang suami suami meninggalkan tempat kediaman bersama dengan tidak ada alasan yang dapat diterima. 2. Kepergian suami itu menyebabkan isteri dalam bahaya walaupun si suami meninggalkan harta yang dapat dijadikan nafkah. 57 Berdasarkan beberapa ulasan singkat di atas menyebabkan isteri dapat mengambil keputusan terhadap kehidupan perkawinan. Namun sebelum penjelasan lebih jauh penulis akan memasukan beberapa pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan masalah yang hendak dibahas. 56 M. Thalib, 15 Penyebab Perceraian dan Penanggulangnnya, Jakarta: PT Irsyad Baitus Salam, 1997, Cet. Ke-1, h. 149-150 57 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan Karena Ketidakmampuan Suami Memenuhi Kewajibannya , Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1989, Cet. Ke-1, h. 67