LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID
KELOMPOK KOMPETENSI H
21
diamati adalah hamburan cahayanya. Sifat optik koloid yang menghamburkan cahaya ini menyebabkan terjadinya Efek Tyndall, yaitu suatu gejala
penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan oleh ukuran molekul koloid yang cukup besar untuk menghamburkan cahaya. Efek
Tyndall kali pertama diamati oleh Fisikawan Inggris, John Tyndall 1820-1893 sehingga dikenal sebagai Efek Tyndall.
Gambar 1.10 menunjukkan saat larutan sejati A1 disinari dengan cahaya,
larutan tersebut tidak menghamburkan cahaya, melainkan meneruskan cahaya, sedangkan pada sistem koloid A2, cahaya akan dihamburkan. Penghamburan
cahaya tersebut terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sulit diamati. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dijumpai
pada peristiwa terlihatnya cahaya lampu kendaraan di jalanan yang berdebu, cahaya proyektor di gedung bioskop, serta berkas cahaya dari suatu panggung
pertunjukan.
Gambar 1.10 Efek Tyndall menyebabkan terlihatnya berkas cahaya yang dihamburkan oleh partikel koloid dalam cairan A; dan oleh partikel koloid
dalam udara B
sumber:www.akiitians.com; www.courses.candelalearning.com
b. Sifat kinetik
Sifat kinetik adalah sifat koloid yang berkaitan dengan gerakan partikel koloid dalam medium pendispersinya. Sifat kinetik koloid meliputi Gerak Brown, difusi,
sedimentasi, tekanan osmotik, dan viskositas. Yang akan kita pelajari lebih jauh pada modul ini adalah sifat kinetik yang paling sering teramati pada partikel
koloid, yaitu Gerak Brown. Gerakan ini kali pertama diamati oleh Robert Brown 1827 yang mengamati gerakan butir serbuk sari pollen tumbuhan dalam air.
A B
A1 A2
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID
KELOMPOK KOMPETENSI H
22
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang bertumbukan dengan molekul-molekul dari medium pendispersinya secara acak dan tidak beraturan.
Jika diamati menggunakan mikroskop ultra, partikel-partikel koloid tersebut bergerak secara lurus sehingga ketika bertumbukan dengan molekul medium
pendispersinya akan menimbulkan suatu gerakan zig-zag Gambar 1.11. Tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersi tersebut terjadi
dari segala arah, yang menyebabkan suatu resultan tumbukan yang mengubah arah gerakan sedimentasi partikel koloid sehingga mencegah partikel koloid
tersedimentasi. Untuk lebih memahami mengenai gerak Brown Brownian motion. Mengamati ilustrasinya yang menarik pada link video berikut:
https:www.youtube.comwatch?v=CiTzJTcArks.
Gambar 1.11 Gerak Brown yang terjadi secara zigzag akibat tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersinya
sumber: www.web2.clarkson.edu; www.chemistry.tutorvista.com
Kecepatan gerak partikel koloid semakin meningkat dengan berkurangnya ukuran partikel dan viskositas larutan. Semakin kecil ukuran partikel semakin
cepat gerak Brown yang terjadi, demikian pula sebaliknya, semakin besar ukuran partikel, semakin lambat gerak Brownnya. Hal ini menjelaskan mengapa gerak
Brown sulit diamati dalam larutan dan suspensi. Meningkatnya kekentalan viskositas medium pendispersi akan memperlambat bahkan menghentikan
gerak Brown. Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel, gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu, semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fasa
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c. Sifat elektrik