LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID
KELOMPOK KOMPETENSI H
19
Jika kita mengocok air dan minyak dengan kuat maka salah satu zat cair tersebut akan terdispersi membentuk bulatan-bulatan kecil berukuran koloid
yang disebut emulsi, tetapi ketika campuran ini didiamkan, maka kedua
cairan ini akan saling memisahkan diri dan kembali pada fasanya semula. Kelarutan dari dua zat cair ini dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan
suatu zat lain yang disebut zat pengemulsi emulgator, atau zat aktif
permukaan surfaktan. Zat yang umumnya digunakan sebagai emulgator adalah sabun, detergen, atau koloid hidrofil.
Contoh-contoh emulsi sebagai berikut: 1. Emulsi minyak-air yang distabilkan oleh sabun. Emulsi ini dapat rusak dengan
penambahan asam kuat karena asam mengubah sabun menjadi asam lemak bebas yang tidak larut.
2 Susu merupakan emulsi lemak dalam air yang terlindungi oleh protein kasein. 3 Obat salep kulit mengandung zat aktif terlarut dalam minyak dan membentuk
emulsi dengan air. Adapun sifat-sifat emulsi adalah sebagai berikut:
1 Sering bermuatan negatif dan dapat diendapkan oleh zat elektrolit. 2 Menunjukkan efek Tyndall dan gerak Brown.
3 Emulsi dapat dirusak oleh pemanasan, pembekuan, pemutaran, penambahan elektrolit yang cukup banyak, atau kerusakan emulgatornya.
d. Gel
Gel merupakan sistem koloid zat cair yang terdispersi dalam medium padat. Gel biasanya berbentuk padat dengan struktur berongga sehingga mudah menyerap
zat cair yang akan terperangkap dalam rongga-rongga tersebut. Berdasarkan sifat penyerapannya terhadap air, terdapat dua jenis, yaitu gel yang
menyimpan air dan gel yang menarik air dari lingkungannya. 1. Gel yang menyimpan air, contohnya, agar-agar, jeli, dan gelatin. Gel jenis ini
biasanya lunak dan elastis, merupakan dispersi dari zat padat berpori dengan zat cair, berbentuk lunak sampai semi kaku, bergantung pada perbandingan
jumlah zat padat dan zat cairnya. Jenis gel seperti ini dapat terjadi jika sol liofil panas didinginkan sehingga viskositas sol akan bertambah, lalu lama-
kelamaan akan memadat membentuk gel. Jika gel tersebut ditambahkan pelarut, lalu dipanaskan, maka akan terbentuk sol kembali.
PPPPTK IPA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan - Kemdikbud
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID
KELOMPOK KOMPETENSI H
20
2. Gel yang menarik air dari lingkungannya atau mengeringkan udara di sekitarnya. Contoh, silika gel yang sering terdapat dalam dus kamera, dus
sepatu, atau dus obat-obatan. Medium pendispersi pada gel jenis ini berwujud padat, di mana ruang kosong rongga akan diisi oleh sejumlah air atau udara
bergantung pada derajat hidrasinya kemampuan menarik air.
e. Busa dan Busa Padat
Busa merupakan campuran dari gas yang terdispersi dalam medium zat cair. Jika fasa terdispersinya berupa zat padat, maka disebut busa padat Gambar
1.9. Busa sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, busa padat berupa busa poliuretan. Jenis busa ini banyak digunakan sebagai
alas duduk karena adanya udara yang tersimpan dalam busa yang menyebabkan alas duduk ini menjadi dingin dan empuk Busa di mana gas
terdispersi dalam zat cair disebut busa cair, misalnya busa yang terdapat pada softdrink, minuman pereda panas dalam, serta buih sabun.
Gambar 1.9 Busa padat untuk kasur dan kursi A, busa cair pada buih sabun
dan minuman berkarbonasi
sumber gambar: www.foambymail.com; www.iteachem.net; au.lifestyle.yahoo.com
4. Sifat-Sifat Koloid
Koloid mempunyai sifat-sifat yang khas, terutama dari segi sifat optik, kinetik, elektrik, adsorpsi, koagulasi, serta liofil dan liofob. Untuk memahaminya,
pelajarilah uraian berikut.
a. Sifat optik
Sifat optik adalah sifat yang berhubungan dengan hamburan cahaya. Ketika cahaya dilewatkan pada koloid, cahaya tersebut akan dihamburkan oleh partikel-
partikel koloid. Partikel koloid ini tidak dapat diamati secara langsung, yang dapat
LISTRIK untuk SMP
Modul Guru Pembelajar Mata Pelajaran Kimia SMA
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KOLOID
KELOMPOK KOMPETENSI H
21
diamati adalah hamburan cahayanya. Sifat optik koloid yang menghamburkan cahaya ini menyebabkan terjadinya Efek Tyndall, yaitu suatu gejala
penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan oleh ukuran molekul koloid yang cukup besar untuk menghamburkan cahaya. Efek
Tyndall kali pertama diamati oleh Fisikawan Inggris, John Tyndall 1820-1893 sehingga dikenal sebagai Efek Tyndall.
Gambar 1.10 menunjukkan saat larutan sejati A1 disinari dengan cahaya,
larutan tersebut tidak menghamburkan cahaya, melainkan meneruskan cahaya, sedangkan pada sistem koloid A2, cahaya akan dihamburkan. Penghamburan
cahaya tersebut terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sulit diamati. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dijumpai
pada peristiwa terlihatnya cahaya lampu kendaraan di jalanan yang berdebu, cahaya proyektor di gedung bioskop, serta berkas cahaya dari suatu panggung
pertunjukan.
Gambar 1.10 Efek Tyndall menyebabkan terlihatnya berkas cahaya yang dihamburkan oleh partikel koloid dalam cairan A; dan oleh partikel koloid
dalam udara B
sumber:www.akiitians.com; www.courses.candelalearning.com
b. Sifat kinetik