Kesadaran Siswa SD N 1 Lodankulon dan SD N Temperak

88 2 Tidak adanya tradisi tutur yang berkembang pada masyarakat Rembang, sehingga sejarah lokal yang dimiliki para generasi pendahulunya tidak dapat diwariskan ke generasi berikutnya. 3 Tidak ada muatan lokal khusus sejarah tentang kemaritiman di wilayah Rembang pada kurikulum pendidikannya 4 Banyak masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan formal, kebanyakan pendidikan mereka adalah mondok atau nyantri, sehingga ilmu pengetahuan yang mereka peroleh hanya ilmu pengetahuan tentang agama saja. 5 Sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat sangat minim mengenai sejarah kemaritiman di Rembang.

b. Kesadaran Siswa SD N 1 Lodankulon dan SD N Temperak

terhadap Sejarah Maritim di Kabupaten Rembang Penelitian terhadap siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Lodankulon dilaksanakan pada hari Senin 31 Mei 2010 pukul 09.00 WIB dan penelitian terhadap siswa Sekolah Dasar Negeri Temperak dilaksanakan hari Rabu 2 Juni 2010, dengan kelas enam sebagai informan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran para siswa sekolah dasar terhadap sejarah maritim di Kabupten Rembang. Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian besar siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Lodankulon dan Sekolah Dasar Negeri Temperak memiliki kesadaran sejarah lokal maritim memprihatinkan. 89 Hal ini dapat diketahui pada saat peneliti melontarkan beberapa pertanyaan kepada para siswa mengenai tokoh lokal sejarah maritim di Kabupaten Rembang. “Apakah adik pernah mendengar tokoh sejarah seperti Raden Panji Margono, Tumenggung Oei Ing Kiat, dan Kiai Ali Baidhowi?”. Hampir suluruh siswa tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut. Lalu peneliti mengajukan pertanyaan lain kepada para siswa, “apakah adik tahu tokoh sejarah seperti Pangeran Diponegoro, Jenderal Soedirman, dan Imam Bonjol?”. Pertanyaan ini hampir sebagian besar para siswa mampu menjawabnya. Hal ini menunjukkan pengetahuan para siswa terhadap sejarah lokal dari dua sekolah tersebut sangatlah rendah. Mereka lebih mengetahui tokoh-tokoh sejarah Nasional dari pada tokoh-tokoh sejarah lokal. Pengetahuan para siswa terhadap sejarah lokal maritim di Kabupeten Rembang dapat digolongkan atau termasuk dalam katagori rendah. Hal ini diukur berdasarkan pada indikator kesadaran sejarah pada tahapan paling sederhana, yaitu tahap “pengetahuan”. Rendahnya kesadaran para siswa tentang sejarah lokal maritim di Kabupaten Rembang disebabkan oleh beberapa faktor: 1 Pembelajaran SBMN Sejarah dan Budaya Maritim Nusantara dilaksanakan baru satu tahun, tentu hal ini akan berdampak pada pemahaman materi yang kurang mendalam. 2 Guru yang mengajar bukan dari guru sejarah, hanya guru kelas biasa. 90 3 Isi materi yang dipakai dalam modul pembelajaran, tidak cocok jika diterapkan pada siswa sekolah dasar yang masih dalam tahapan pengenalan. Sehingga menyebabkan guru yang mau mengajar kebingungan pada penguasaan materi yang akan diberikan kepada siswa. 4 Siswa tidak diberi pegangan yang dapat dipakai untuk belajar mandiri. 5 Kurikulumnya tergolong kurikulum baru. wawancara dengan guru kelas VI SD N 1 Lodan Kulon pada 31 Agustus 2010

B. Pembahasan

1. Perkembangan Kemaritiman Kabupaten Rembang

Membahas perkembangan kemaritiman di Kabupaten Rembang, berarti kita sama saja akan membahas sejarah Lasem. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena pada awalnya memang Lasemlah yang lebih dominan peranannya pada masa itu, yaitu pada abad XIV ketika Lasem menjadi bagian daerah vassal Majapahit hingga Lasem menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Mataram Islam, pada waktu itu apakah Rembang merupakan bagian dari Lasem atau sebagai kota yang berpemerintahan sendiri belum bisa dibuktikan dengan jelas dan tepat, memang setelah terjadinya perang kuning antara rakyat Lasem dengan VOC yang berlangsung selama hampir 3 tahun, barulah pemerintahan dipindahkan dari Lasem ke