Sastra anak: karya sastra yang mengacu pada kehidupan anak dan bahasa yang
digunakan mudah dipahami anak.
Unsur cerita: unsur pembangun karya sastra yang terdiri dari unsur instrinsik dan
unsur ekstrinsik.
Cakrawala harapan: harapan-harapan seorang pembaca terhadap karya sastra
yang ditentukan oleh pengalaman, pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan.
Anak-anak anak awal sekolah menengah pertama: orang yang berada dalam
golongan usia 0-12 tahun ke atas. Dalam penelitian ini, subjek adalah anak yang berada pada usia 12 tahun ke atas.
1
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Resepsi Sastra
1. Hakikat Resepsi Sastra
Menurut perkembangannya, resepsi sastra muncul karena ketidakpuasan para pengamat sastra terhadap suatu teori bahwa dalam
memahami ‘arti’ karya sastra maka harus dikembalikan kepada penulisnya. Estetika resepsi adalah aspek-
aspek keindahan yang timbul sebagai akibat pertemuan antara karya sastra dengan pembaca Ratna, 2007: 296. Resepsi sastra berasal dari kata Latin recipere, dan
Inggris reception yang berarti penerimaan atau penyambutan pembaca. Resepsi sastra pada dasarnya sudah dimulai sejak tahun 1970-an. Segers 2000: 35
menyatakan bahwa estetika resepsi atau resepsi sastra merupakan suatu ajaran yang menyelidiki teks sastra dengan dasar reaksi pembaca yang riil dan mungkin
terhadap suatu teks sastra. Pada dasarnya, suatu teks sastra akan lebih bernilai apabila mendapat tanggapan dan masukan dari para pembacanya.
Wiyatmi 2009: 101 beranggapan bahwa secara etimologis resepsi berarti tanggapan. Sama seperti pengertian tersebut, maka resepsi sastra berarti tanggapan
pembaca terhadap karya sastra. Ratna 2009: 165 mengartikan resepsi sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat
memberikan respon terhadapnya. Sependapat dengan para tokoh di atas, estetika resepsi atau estetika tanggapan yang dikemukakan oleh Pradopo 2013: 206 adalah
ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra.
Resepsi sastra tampil sebagai sebuah teori dominan sejak tahun 1970-an Ratna, 2009: 166. Pernyataan tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.
1 Sebagai jalan keluar untuk mengatasi strukturalisme yang dianggap hanya memberikan perhatian terhadap unsur-unsur.
2 Timbulnya kesadaran untuk meningkatkan kembali nilai-nilai kemanusiaan, dalam rangka kesadaran humanisme universal.
3 Kesadaran bahwa nilai-nilai karya sastra dapat dikembangkan hanya melalui kompetensi pembaca.
4 Kesadaran bahwa keabadian nilai seni disebabkan oleh pembaca. 5 Kesadaran bahwa makna terkandung dalam hubungan ambiguitas antara karya
sastra dengan pembaca. Junus 1985: 1 mengungkapkan bahwa tangapan pembaca terhadap karya
sastra dapat bersifat pasif dan aktif. Tanggapan berupa pasif, yaitu bagaimana seorang pembaca dapat memahami karya itu, atau dapat melihat hakikat estetika
yang ada di dalamnya. Tanggapan yang bersifat aktif, yaitu bagaimana pembaca dapat merealisasikan karya sastra dalam kehidupannya.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra adalah studi sastra berupa pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap
karya sastra sehingga pembaca dapat memberikan respon atau tanggapan terhadap karya sastra.