sarankritik terhadap usulan yang masuk sebelum suatu keputusan ditetapkan. Kontribusi masyarakat pada tahap pelaksanaan ini, yakni dengan mengajukan saran dan kritik yang
tajam terhadap usulan yang diajukan agar ditampung dalam Musrenbang Kabupaten Aceh Utara. Namun sangat disayangkan, kehadiran wakil masyarakat dalam forum tersebut
tidak terlalu lama dan tidak sampai pada akhir acara musrenbang. Umumnya yang menjadi penyebab adalah karena mereka merasa tidak melihat adanya relevansi antara
program yang dipaparkan dengan kebutuhan mereka.
C. Tahap Kualitas Hasil Musrenbang Kabupaten Aceh Utara
Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam rangkaian pelaksanaan musrenbang, karena tahap ini adalah tujuan utama penyelenggaraan musrenbang yaitu mendapatkan
kesepakatan antara pemerintah daerah dengan stakeholders atas rancangan RKPD dan Renja SKPD untuk diproses menjadi Rancangan Akhir RKPD dan selanjutnya menjadi
dokumen final RKPD dan Renja SKPD. Partisipasi masyarakat pada tahap ini, berupa kesepakatan terhadap usulan yang masuk dalam musrenbang kabupaten dengan ditanda
tanganinya berita acara hasil Musrenbang Kabupaten Aceh Utara yang memuat programkegiatan disepakati, sumber daya dan dana, serta penanggung jawab
implementasi kesepakatan.
D. Tahap Pasca Musrenbang Kabupaten Aceh Utara
Tahap ini erat kaitannya dengan pengawalan hasil kesepakatan musrenbang ke dalam proses penganggaran pembangunan daerah. Namun sayangnya, tahap pasca
musrenbang ini tidak dilakukan karena waktu yang sudah sangat mendesak untuk selanjutnya menyusun Rancangan APBD. Pada tahap ini jelas tidak ada usaha untuk
melanjutkan partisipasi masyarakat dalam proses penganggaran seperti dalam perumusan
KUA dan PPAS. Sehingga tidak ada kesinambungan antara perencanaan dan penganggaran daerah.
Peluang masyarakat untuk berpartisipasi menjadi sia-sia, mengingat minimnya delegasi masyarakat dalam memperjuangkan usulan yang telah disampaikan. Hal ini jelas
sangat tidak sesuai dengan semangat partisipasi masyarakat yang dituangkan dalam UU No.252004 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Tahun 2009, dimana salah satu
tujuannya adalah untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
2. Proses komunikasi
Proses serta bentuk komunikasi pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam pembangunan keagamaan menganut kepada beberapa model komunikasi, salah satu
model komunikasi yang lebih mengarah, sesuai dengan pengamatan peneliti, komunikasi berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori informasi dan
sibernetik. Model ini muncul setelah melihat berbagai kelemahan model komunikasi satu arah yang telah banyak mendominasi berbagai riset komunikasi, ini memberikan
signal terhadap proses dan alur komunikasi pemerintah melalui musrenbang dalam pembangunan keagamaan masyarakat yang dilakukan untuk mencari suatu kesimpulan
ataupun kesepakatan bersama dalam pembangunan melalui proses musyawarah rencana pembangunan terutama dalam bidang agama sesuai dengan aspirasi dari seluruh elemen
masyarakat yang berada dalam kabupaten Aceh Utara. Proses musrenbang tersebut dengan cara memasukkan input yang terkandung
di dalam dokumen acuan, rumusan permasalahan utama, daftar usulan prioritas kegiatan dari proses sebelumnya, daftar peserta musrenbang, serta memasukkan data berita acara
proses sebelumnya. Prioritas program ditentukan menurut bidang ekonomi, bidang sosial budaya dan bidang fisik. Hasil dari musrenbang tingkat kabupaten adalah sebuah