38
BAB III OUW NEGERI SEMPE
3.1 Pengantar
Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas tentang permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan, beserta literatur-literatur dari para ahli untuk mendukung penulisan ini.
Dalam bab tiga ini akan dibahas tentang hasil data penelitian di negeri Ouw, sebagai tempat penilitian yang berisi empat hal pokok, antara lain: gambaran umum negeri Ouw, hubungan
negeri Ouw Kristen dan Seith Islam, sejarah asal mula sempe dan pemaknaan simbol sempe sebagai identitas negeri Ouw.
3.2 Gambaran Umum Negeri Ouw 3.2.1 Latar Belakang Terbentuknya Negeri Ouw
Negeri
1
Ouw, adalah salah satu negeri yang terletak di Jazirah Tenggara pulau Saparua, Maluku. Bila kita ingin berbicara tentang sejarah asal usul penduduk pertama
di negeri Ouw, maka sampai saat ini penulis belum dapat tentukan kepastian yang jelas, dikarenakan tidak ada sejarah tertulis tentang asal usul negeri Ouw. Demikian pula
dengan sejarah Maluku, begitu banyak para ahli dan tokoh masyarakat yang menulis sejarah sehingga alur cerita pun berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada
kejelasan tentang sejarah Maluku yang tepat. Namun dalam hal ini penulis mencoba menghubungkan referensi tentang sejarah Maluku dan mencocokan dengan cerita
1
Negeri merupakan sebutan yang digunakan oleh orang-orang Maluku Tengah dan Pulau Ambon untuk menyebutkan desa mereka. Istilah desa digunakan oleh [VOC] sejak abad ke-17. Negeri dibentuk berdasarkan
ikatan-ikatan geneologis, teritorial dan religius. Negeri dapat dilihat sebagai kosmo yang merupakan totalitas dari tanah, langit dan isinya. Karena itu keberadaan negeri dijunjung tinggi oleh masyarakatnya terlihat dari sistem
solidaritas yang tinggi dimana ancaman bagi negeri merupakan ancaman bagi semua warga.
39
bersama masyarakat lokal untuk menarik benang merah agar dapat membantu penulis menguraikan sejarah negeri Ouw.
Berbicara tentang sejarah asal muasal sebuah masyarakat di Maluku tidak akan terlepas dari cerita Alifuru manusia awal. Menurut cerita bersama masyarakat negeri
Ouw, bahwa penduduk negeri Ouw merupakan pendatang dari Nusa Ina Pulau Ibu atau pulau Seram. Menurut Pelupessy, makna dari Nusa Ina Pulau Ibu apabila
dikaitkan dengan mitologi penciptaan Alam semesta yang dikemukakan
2
….maka hal ini berkaitan dengan Penciptaan Manusia Awal Alifuru di mana Maha Kuasa Pencipta
Alam Semesta menciptakan “Perempuan Ibu atau Ina” yang pertama di pulau ini, baru menciptakan seorang “Laki-laki Bapak atau Upu Ama. Untuk itu Pulau Seram
dinamakan Nusa Ina Pulau Ibu, artinya di tanah ini seorang Ibu yang diciptakan pertama kali oleh Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia Awal atau
Alifuru atau Alifuru Ina.
3
Menurut Hatib Abdul Kadir, melalui jurnalnya yang berjudul Sapa Bale Batu, Batu Bale Dia
1: Politik Revivalisme Tradisi Siwa lima Orang “Ambon” Pasca Konflik.
Mengatakan
bahwa adapun cerita rakyat Maluku yang menyatakan adanya kerajaan besar pada dahulu kala yakni kerajaan Nunusaku. Pada suatu waktu hiduplah
tiga bersaudara yang tingggal di bawah sebuah pohon beringin di gunung Nunusaku. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari datangnya banjir bandang. Setelah banjir
mereda, mereka berpisah dan pergi dengan mengikuti arah cabang pohon yang
2
Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw, Adat dan Kebudyaan serta Agama. SUNRISE: Belanda, 1994, 1.
3
Tempat ini dipercaya oleh sebagian besar orang Seram sampai sekarang sebagai tempat Penciptaan Manusia Awal Alifuru oleh Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia bernama
Hulamasa… Lihat; Pieter Jacob Pelupessy, Esuriun orang Bati, Doktor Studi Pembangunan Program Pascasarjana UKSW, 2012. 149.
40
ditunggangi disaat banjir. Tiga saudara laki-laki ini dipercaya sebagai nenek moyang awal di pulau Seram. Ulisiwa adalah kakak yang paling tua, Ulilima adalah kakak
kedua dan Uliassa adalah yang bungsu. Keturunan dari si bungsu Uliassa hingga kini menempati beberapa wilayah di kepulauan Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut.
4
Berdasarkan penemuan Hatib Abdul Kadir, bahwa terjadinya perpecahan kerajaan Nunusaku, jika dihubungkan dengan cerita rakyat yang ada di negeri Ouw dijielaskan,
bahwa masyarakat di negeri Ouw merupakan pendatang dari Nusa Ina Pulau Ibu. Jauh sebelum negeri Ouw terbentuk seperti saat ini terdapat 2 kelompokklan yang mendiami
patuanan jazirah Tenggara pulau Saparua yakni kelompokklan Uku Lua dua uku atau dua soa dan Uku Tolu tiga uku atau tiga soa
5
. Dimana Uku Lua merupakan pendatang pertama yang mendiami gunung atau hutan-hutan yang dise
but “orang hutan” dan Uku Tolu merupakan pendatang yang mendiami pesisir
pantai yang disebut “orang pante” diketahui bahwa keduanya berasal dari suku Nuaulu yang berasal dari kerajaan
Nunusaku. Uku Lua dan Uku Tolu memiliki badan pemerintahan tersendiri yang dikenal dengan Soa diwakili dengan kepala soa dari tiap keluarga. Uku Lua memiliki 2
soa yakni soa Mayawa kepala soanya adalah Tatipata, dan soa Salahitu yang dikepalai oleh Saptenno. Sedangkan Uku Tolu memiliki tiga soa yakni, soa Salahalu dikepalai
oleh Hutubessy, soa Peletimu dikepalai oleh Syahailatua dan soa Leisama dikepalai oleh Likumahua.
6
4
Hatib Abdul Kadir, Sapa Bale Batu, Batu Bale Dia 1: Politik Revivalisme Tradisi Siwa lima Orang “Ambon” Pasca Konflik. Jurnal digital Antropologi Indonesia. -
http:webcache.googleusercontent.comsearch?q=cache:MJJpAGielAsJ:journal.unair.ac.iddownload-fullpapers- mksbd449d355d4full.pdf+cd=1hl=enct=clnkclient=opera. Diunduh pada 13 Maret 2016, 13:35.
5
Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw,… 66.
6
Ibid., 67.
41
Pada awalnya negeri Ouw yang dikenal dengan sebutan Oulu, sampai pada datangnya para penjajah ke Indonesia nama Oulu berubah-berubah dari atau Ouwllo
atau Ouwl hingga sampai saat ini menjadi Ouw. Tidak sampai di situ saja masyarakat negeri Ouw juga ikut serta berperang melawan penjajah di pulau Saparua di mana
negeri Ouw dikenal sebagai pemimpin jazirah Tenggara pulau Saparua untuk berperang. Bukan hanya itu saja, negeri Ouw dikenal dengan keberanian dan strategi
dalam berperang, sehingga banyak daerah yang meminta bantuan pada negeri Ouw, pada akhirnya negeri Ouw memiliki teon Lisaboli Kakelisa. Dimana Lisaboli yang
berarti berani dalam perang, dan Kakelisa berarti maju pantang mundur.
7
Adapun margafam yang berada atau menetap di negeri Ouw yang dibagi menjadi 5 lima soa yang didalamnya terdapat 40 margafam dengan teonnya masing-masing.
8
a. Uku Lua a Soa Mayawa; Tatipatta, Silahooy, Sahetapy, Titahena sebagian, Manuputty
sebagian, Ayawaila sebagian, dan Kepala Soanya Tatipatta. b Soa Salahitu; Saptenno, Titaley, Titahena sebagian, Latusallo, Ayawaila
sebagian, Silalily, Tongke, Leiwakebessy sebagian, Hatupuang, Likubessy, dan Kepala Soanya Saptenno.
b. Uku Tolu a Soa Salahalu; Hutubessy, Manuputty sebagian, Seherlawan, Sopacua,
Seilatu, Pikawala, Hehakaya sebagian, Titahena satu keluarga, dan Kepala Soanya Hutubessy.
7
Ibid., 68
8
Ibid., 153.
42
b Soa Pelitimu; Syahailatua, Tutupoly, Hehakaya, Leiwakabessy, Lahallo, Toisuta, dan Kepala Soanya Syahailatua.
c Soa Leisama; Likumahua, Makailopu, Tomasoa, Sinanu, Lumalessi, Latumahina, Pelupessy, Noya, Matulapelwa, Matulatua dan Kepala Soanya
Likumahua Dalam masyarakat negeri Ouw, klasifikasi sosial berdasarkan kelompok-kelompok
yang disebu t “Soa” dan pekerjaan harian yang dijalankan oleh pemerintah negeri
dibantu oleh Kepala Soa tua-tua adat.
3.2.2 Keadaan Geografis
Negeri Ouw terletak jazirah Tenggara pulau Saparua. Dari sudut geografis pulau Saparua berada dalam gugus kepulauan Lease, terdiri dari atas pulau Haruku, Pulau
Saparua dan Pulau Nusalaut. Terlebih dahulu diperkenalkan negeri ini untuk dapat dipahami dan diketahui bahwa nama negeri ialah Ouw, teon negeri Lisaboli Kakelisa,
kecamatan Saparua Timur, kabupaten Maluku Tengah. Bentuk pemerintahan ialah monarki atau sistem pemerintah Raja menjadi kepala desanegeri. Bahasa yang
digunakan pada awalnya ialah bahasa tanah atau bahasa daerah asli Maluku, namun ketika masuknya misionaris maka berganti dengan bahasa Indonesia Melayu Maluku
hingga saat ini. Masyarakat negeri Ouw memeluk agama Kristen Protestan. Letak geografis Negeri Ouw adalah 3.60 Lu
– 128, 71 BT. Negeri Ouw terletak jazira Tenggara pulau Saparua. Batas-batas alamnya adalah, disebelah Barat dengan
negeri Ullath, disebelah Timur dengan patuanan atau tanah adat negeri Ullath dan teluk
43
Saparua, disebelah Utara dengan patuanan atau tanah adat negeri Ullath dan disebelah selatan dengan teluk Saparua.
3.2.3 Iklim
Keadaan iklim di daerah Maluku, pada umumnya sama dengan di daerah Indonesia, begitu juga dengan Negeri Ouw, yakni beriklim tropis. Dimana terdapat 2
dua musim yaitu musim Timur musim hujan yang berlangsung dari bulan Mei sampai bulan September, dan musim Barat musim panas yang berlangsung dari bulan
November sampai bulan Maret. Sedangkan dari bulan april dan oktober merupakan musim pancaroban peralihanpertukaran.
9
3.2.4 Kependudukan
Berdasarkan data statistik negeri Ouw tahun 2015, maka jumlah penduduk Negeri Ouw seluruhnya adalah 1.555 jiwa dengan rincian yakni 743 laki-laki dan 812
perempuan dan jumlah kepala keluarga KK sebanyak 415 KK. Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No. Nama Negeri
Laki-laki Perempuan
Jumlah Jumlah KK
1 OUW
743 812
1,555 415
Sumber data statistik Negeri Ouw Tahun 2015
10
3.2.5 Mata pencaharian
Secara Umum masyarakat Ouw memiliki 4 macam mata pencaharian petani, nelayan, tipar mayang dan pengrajin gerabah. Masyarakat Ouw manggantungkan
9
Diambil dari Data kantor desa negeri Ouw
10
Sumber data statistik negeri Ouw Tahun 2015
44
hidupnya kepada alam yakni, tanah, hutan dan laut. Sumber mata pencaharian utama masyarakat Ouw adalah bertani selain itu dari profesi petani masyarakat Ouw juga
memiliki profesi nelayan. Mata pencaharian seperti tipar mayang membuat minuman alkhol lokal
– Sopi dan pengrajin gerabah peralatan dapur-sempe, balanga, tajela, dll sebagai mata pencaharian sampingan.
11
3.2.6 Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan negeri Ouw, sama dengan yang umumnya berlaku di daerah Maluku. Ada 2 dua sistem pemerintahan yang ditemukan di negeri Ouw, yakni Sistem
pemerintahan yang didasarkan pada sistem pemerintahan adat, dan Sistem pemerintahan yang didasarkan pada sistem pemerintahan yang sesuai dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 52004 tentang Sistem Pemerintahan. Negeri Ouw pada masa ini tidak memiliki Raja kerena Raja Bpk. N. Pelupessy
yang dilantik pada 2013 diturunkan dari jabatan Raja karena ada permasalahan internal dalam negeri, dan sampai pada saat ini belum mendapat pengganti Raja yang baru.
Kedudukan pimpinan Raja ini dilakukan berdasarkan garis keturunan genologis secara turun-temurun, dan dalam pelaksanaan tugasnya dikenal dan ditentukan dengan
masa jabatan atau tanggung waktu dalam memerintah. Oleh karena itu masyarakat negeri Ouw melakukan musyawarah pada tahun 2015 untuk memilih pejabat sementara
Pjs untuk memimpin negeri Ouw dan pembentukan panitia untuk mempersiapkan
11
Diambil dari Data kantor desa
45
pengganti Raja baru. Dan pada saat ini negeri Ouw dipimpin oleh seorang pejabat sementara yang bernama Ny. J. C. SaptennoS.
12
Struktur organisasi pemerintahan negeri Ouw yang didasarkan pada sistem pemerintahan adat tergambar dalam sketsa sebagai berikut:
Struktur Pemerintah Negeri Ouw
Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Negeri Ouw
13
Sistem pemerintahan negeri Ouw, dipimpin oleh Raja
14
Kepala Desa yang mempunyai fungsi pokok sebagai ketua masyarakat adat negeri desa dan aparat
12
Hasil wawancara dengan Ny. J. Saptenno, sebagai karteker negeri Ouw, 15 Mei 2016
13
Diambil dari Data kantor desa negeri Ouw
Pejabat Kepala Pemerintah Raja Negeri Ouw
Saniri Negeri Sekertaris Negeri
Kepala Urusan Pembangunan
Kepala Urusan Pemerintahan
Kepala Urusan Umum
Kepala Soa Lesiama
Kepala Soa Salahalu
Kepala Soa Pelitimu
Kepala Soa Salahitu
Kepala Soa Mayawa
Tuan Tanah Kapitang
Kewang Marinyo
46
terbawah dalam pemerintah umum. Tugas Raja secara adat dan aparat pemerintah dibantu oleh beberapa badan dalam pemerintahan negeri. Secara adat tugas raja dibantu
oleh Saniri negeri. Jumlah anggota saniri sebanyak 7 orang, masing-masing dari 5 mata rumah asli dan menjadi inti dalam pemerintah negeri. Disamping menjalankan
fungsi legislatif, Saniri Negeri
15
mengembangkan fungsi eksklusif, khsusunya dengan unsur-unsur adat
seperti “Kepala Soa” kepala dari mata rumah asli bertugas mengontrol dan bertanggung jawab terhadap masing-
masing soa. “Tuan Tanah” tuan adat bertugas memimpin acara adat yang berlang
sung di dalam negeri. “Kapitan” kepala bidang keamanan bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, menjaga
keamanan negeri dan pimpinan operasi- operasi militer. “Kewang” polisi desa atau
tenaga keamanan bertugas menjaga kebun dan hutan terhadap pelanggaran- pelangg
aran batas. “Marinyo” juru bicara bertugas menyampaikan instruksi-instruksi serta keputusan-keputusan musyawarah kepada rakyat.
Tugas Raja dalam bidang administrasi Negara dibantu oleh Sekertaris negeri dan dibantu oleh 3 tiga kepala bidang yakni pemerintahan, pembangunan dan umum
dibawah tanggung jawab sekertaris negeri. Tempat untuk melaksanakan pekerjaan pemerintahan sehari-hari adalah Kantor Negeri, sedangkan tempat untuk Saniri Besar
untuk mengadakan rapat adalah Baileu.
16
14
Raja berperan dan berfungsi mengatur semua yang menyangkut kepentingan masyarakat bertindak sebagai kepala pemimpin seluruh masyarakat dalam menentukan strategi pertahanan jika ada ancaman dari luar,
memerintah sesuai dengan kesepakatan rapat dan mengatur perjanjian dengan suku-suku lain. Raja diangkat berdasarkan keturunan dan bisaanya ditentukan oleh raja yang lagi berkuasan dan atas dasar marga-marga soa
yang telah ditetapkan dan dikukuhkan dalam pertemuan Saniri Negeri.
15
LembagaBadan Saniri disahkan oleh paraturan tahun 1824 zaman kolonialisme Belanda. “Saniri
Negeri” adalah lembaga musyawarah rakyat sekaligus lembaga peradilan yang menetapkan aturan-aturan dan memusatkan perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah-masalah adat.
16
Baileu atau Balai desa merupakan tempat untuk melakukan upacara adat seperti pelantikan Raja Bapa Raja = pemimpin Negeri, upacara penyerahan harta kawin mas kawin dan digunakan sebagai tempat rapat negeri
desa.
47
3.2.7 Kehidupan Sosial, ekonomi dan Budaya
Kehidupan masyarakat negeri Ouw tidak terlepas dari hubungan sosial, budaya dan ekonomi. Hubungan sosial dan budaya yang paling dominan dan melekat dalam
kehidupan masyarakat negeri Ouw adalah hubungan Pela Gandong. Karena hubungan pela gandong yang dimiliki masyarakat negeri Ouw berhubungan atau terjalin dengan
beberapa negeri di Maluku. Hubungan Pela, negeri Ouw terikat pela dengan 6 negeri yaitu negeri Siri-sori
Sarani di pulau Saparua sebagai Pela Tempat Siri, hubungan ini terjadi ketika negeri Ouw membantu negeri Siri-sori Sarani berperang melawan pasukan Ternate. Negeri
Abubu di pulau Nusalaut sebagai Pela Bisaa, hubungan ini terjalin ketika pengangkatan raja Pelupessy yang pertama tanpa adanya perjanjian antara kedua negeri. Negeri
Wakasihu dan Asilulu di pulau Ambon sebagai Pela Bisaa, dikarenakan kedua negeri ini menganggap bahwa orang Ouw berasal dari negeri mereka yang ada hubungannya
dengan negeri Seith, namun itu dibantah oleh negeri Seith itu sendiri. Negeri Laimu di pulau Seram sebagai Pela Perang, hubungan ini terjadi ketika negeri Ouw membantu
negeri Limau melawan Belanda ketika menduduki Seram timur. Dan negeri Kaibobu sebagai Pela Batu Karang, hubungan ini terjadi ketika negeri Ouw membantu negeri
Kaibobu pada saat perang Huamual.
17
Hal menarik dari hubungan pela gandong yang dimiliki antara negeri Ouw dengan negeri Seith membuahkan hasil yang positif bagi kedua negeri ini, dimana dari
hubungan sosial yang dimiliki kedua negeri ini dijadikan contoh kerukunan agama dan
17
Maramua H. Silahoy dan Demianus Silahooy II, Sejarah Negeri Ouw, …119.
48
perdamaian oleh pemerintah daerah provinsi Maluku pada tahun 2005 dengan mengadakan panas gandang pasca konflik Maluku yang terjadi berapa puluh tahun
silam. Bukan hanya itu saja, dari kearifan lokal yang dimiliki kedua negeri ini menghasilkan budaya yang hingga saat ini masih terjaga dan terus dilestraikan oleh
negeri Ouw yakni budidaya sempe yang merupakan tempat penyajian makanan khas Maluku yakni Papeda.
Hingga saat ini negeri Ouw dikenal dengan istilah “Ouw negeri Sempe” dikarenakan satu-satunya negeri di Maluku yang masih mempertahankan dan
masih membuatnya sampai pada saat ini.
3.3 Sejarah singkat hubungan negeri Ouw dan Seith
Kearifan lokal yang begitu mengental di negeri raja-raja yang dikenal oleh masyarakat luas adalah hubungan pela gandong. Pranata pela gandong antara dua atau lebih
negeri yang ada di Maluku tidak akan terlepas dari sejarah yang melatar belakangi pranata tersebut. Demikian juga dengan pranata gandong yang dimiliki oleh negeri Ouw dan Seith
yang penulis mencoba tuangkan dalam tulisan ini berdasarkan buku sejarah yang ditulis oleh kedua negeri dan wawancara dengan beberapa tua-tua adat dari kedua negeri.
Seith sekarang adalah kumpulan dari lima negeri yang semula hidup terpisah-pisah. Tetapi berkat prakarsa dari pimpinan masyarakat Nukuito mendatangkan masyarakat
Hautuna. selanjutnya pimpinan dari kedua masyarakat tersebut mendatangkan masyarakat Lebelehu, Wasila dan Eli Lain. Pusat kegiatan masyarakat Seith terletak di puncak gunung
Eli Lain kota Eli dan pemerintahan dipimpin oleh kapitan-kapitan yakni, Kapitan Latuhuul, Kapitan Pattisulit, Kapitan Latusama Hunu-hunu, dan 2 orang kapitan pengawal, yaitu
Kapitan Kayahon dan Kapitan Tarutung. Kota Eli pada saat itu masih menganut animisme,
49
suatu waktu kota Eli didatangi oleh seorang guru besar agama Islam yang juga ahli dalam bidang nujum yang bernama Al Kubais Muhammad dari marga Hataul yang berasal dari
negeri Lebeluhu dan Waisila. Maksud kedatangannya adalah untuk menyiarkan agama Islam kepada masyarakat yang mendiami kota Eli dan sekitarnya.
18
Kehadiran Al Kubais diterima dengan baik oleh Kapitan Latuhuul sehingga dia diangkat sebagai saudara. Sewaktu Al Kubais menetap di kota Eli, ia mempelajari sikap dan
kehidupan masyarakat setempat. Menurut Al Kubais untuk menjadikan masyarakat kota Eli menjadi Islam, mereka harus hidup dengan masyarakat Islam yang mendiami wilayah pesisir
pantai. Berdasarkan hal tersebut Al Kubais meminta izin dari Kapitan Latuhuul sebagai penguasa kota Eli yang bernama Leisoununu, untuk kembali ke tempat asalnya, namun dia
meminta kesediaan beberapa orang dari kota Eli untuk turun dan mempelajari agama Islam. Akhirnya kedua anak Kapitan Latuhuul yakni Kapitan Asabate dan Kapitan Asarate
menyanggupi permintaan Al Kubais. Namun pada saat itu juga masyarakat yang mengetahui keputusan Kapitan Asabate dan Kapitan Asarate, ikut bersama untuk turun ke pantai.
19
Setibanya Kapitan Asarate dan Kapitan Asabate berserta rombongan di Waehula yang merupakan tempat pemberhentian terakhir, Kapitan Asabate mengajukan 1 satu permintaan
dan harus dikabulkan oleh sang kakak yakni Kapitan Asarate yaitu, Kapitan Asabate ingin berlayar dengan keluarganya mencari tempat kediaman yang baru. Kapitan Asarate
memberikan keputusan dengan berat hati untuk melepaskan adiknya Kapitan Asabate berserta keluarga untuk pergi berlayar. Setelah beberapa hari kapitan Asarate meminta
masyarakat untuk membuat gosepa rakitkora-kora. Dalam waktu 3 tiga hari gosepa yang
18
Ibid., 125.
19
Ibid.
50
dikerjakan telah siap, tiba pada hari perpisahan Kapitan Asarate memberikan nasihat kepada Kapitan Asabate yang isinya, yakni:
20
1. Hai Adik Kapitan Asabate, kamu berlayar dengan keluarga dengan selamat dan tidak boleh lupa kepada kakak dan masyarakat serta seluruh moyang-moyang kita,
Kapitan-kapitan dan hulubalang-hulubalang yang masih ada di gunung Eli dan sekitarnya.
2. Ini bekalmu berupa sinole, papeda bungkus makanan khas Maluku, ikan gutan 1 satu waya, air minum didalam bambu, ini ikan gutana kalau ingin dimakan dengan
bekal, tulang-tulangnya jangan dibuang, nanti sesampainya ditempat dimana kamu tinggal barulah tulang-tulang ikan itu kamu buang di laut. Dan air dalam bambu jika
diminum janganlah sampai habis airnya, sisa air tersebut kamu siram ditempat dimana kamu tinggal.
3. Ini tanah saloko segenggam bila adik singgah di tempat dan mendiami tempat tersebut, tanamlah tanah itu untuk kelangsungan hidup anak cucumu dikemudian hari.
4. Hai adik, ditempat mana saja adik singgah dan adik mendiami tempat tersebut berilah nama tempat itu dengan sebutan Ouwllo Ouwl
Sejauh Kapitan Asabate dan keluarga berlayar, gosepa mau bersandar di pantai paperu namun anak Kapitan Asabate menangis terus menerus, sehingga Kapitan Asabate dan
keluarga berpikir bahwa tempat ini tidak bisa untuk mereka singgahi. Peristiwa ini berulang hingga gosepa yang mereka gunakan mulai sandar secara perlahan di labuang Ouw ternyata
anak Kapitan Asabate tertawa bersukaria maka inilah tanda untuk Kapitan Asabate dan keluarga mendiami tempat ini, tempat yang sampai sekarang dikenal dengan nama negeri
20
Ibid., 133.
51
Ouw. Untuk menjaga tali persaudaraan yang mengikat kedua negeri ini, negeri Ouw dan negeri Seith melakukan panas gandong pada tahun 1956 dan 1997 yang berlangsung di Seith,
pada tahun 2005 panas gandong dilaksanakan di Ouw sekaligus menjadi contoh perdamaian pasca konflik Maluku.
21
Gambar 2. Tugu Panas Gandong Ouw – Seith pada tahun 2005 di negeri Ouw
3.4 Sejarah asal mula Sempe dan cara pembuatan Sempe. 3.4.1 Sejarah asal mula Sempe